Membingungkan

100 66 26
                                        

***

Meysha berlari menyusuri koridor dengan mata basah. Dia mengingat semua yang pernah dikatakan oleh sahabat-sahabatnya dulu.

Flashback on..

Hari itu Meysha berada di kamarnya bersama Jessy dan Fara yang masih berusaha menenangkannya. Meysha benar-benar kecewa dengan perlakuan Arsen padanya.

"Mey, udah ya. Lo harus bisa lepasin apa yang bikin lo sakit!" tutur Jessy sambil menepuk-nepuk pelan punggung sahabatnya itu.

"Bener Mey, lo jangan buta hanya karena lo cinta dia, lo biarin diri lo nahan sakit terus-terusan. Arsen itu Toxic, Mey!" Fara tak tega melihat Meysha yang terlalu dibutakan cintanya pada Arsen hingga membiarkan dirinya tersakiti terus-menerus.

"Tapi dia sayang sama gue, dia kayak gitu cuman karena emosi aja!" katanya yang masih mencoba memberi pembelaan.

"Mey, lo sadar ga sih kalau Arsen itu toxic, kasar dan temperamental? Kemarin-kemarin dipukul hari ini ditampar, udahlah lepasin aja!" Jessy prustasi dengan pemikiran Meysha yang sudah tertutup oleh cintanya pada cowok itu.

"Jessy bener, Mey. Kita juga sakit hati sama perlakuan dia ke lo! Please, kali ini aja, lo dengerin kita." bujuk Fara.

Jessy dan Fara benar-benar tidak habis pikir dengan kekasih sahabatnya. Dia posessive, bucin dan gentle dalam satu waktu, namun juga toxic dan kasar pada Meysha di waktu yang sama. Seperti dicintai dan disakiti dalam satu waktu yang sama.

Ini bukan yang pertama kalinya Meysha diperlakukan seperti itu oleh Arsen. Hampir setiap kali Mereka bertengkar, Meysha selalu pulang dengan badan yang dipenuhi memar dan lebam.

Sudah sesering itu juga Jessy dan Fara menasehati Meysha, namun lagi-lagi Meysha kembali kepada kekasihnya itu. Sampai Mereka bingung harus berbuat apa untuk memberitahu sahabat mereka itu.

Flashback off...

"Andai dari dulu gue nurut sama Fara dan Jessy, mungkin ga bakal sesakit ini sekarang!" ujarnya meruntuki diri.

Meysha tersentak ketika tangannya ditahan oleh seseorang. Meysha reflek mengangkat wajahnya dan melihat Areza yang baru saja keluar dari ruang OSIS. Kini pergelangan tangannya dingenggam oleh cowok itu.

"Sha?" katanya

Meysha hanya diam dan tangannya terus memegangi pipi kirinya yang masih berdenyut panas dan ngilu. Areza memandangi nya bingung.

"Kenapa sama pipinya?" tanya cowok itu.

"Gapapa"

"Kenapa sama pipinya?" ulangnya.

"Gapapa! Lepasin tangannya, gue mau pergi!" katanya hendak beranjak pergi.


Areza mendecak dan menurunkan paksa tangan Meysha dari pipinya. Mata Areza melebar ketika melihat pipi Meysha yang merah dengan darah disudut bibirnya.

"Siapa yang lakuin?" tanya Areza dingin.

Bibir Meysha mulai bergetar. Lidahnya seakan kelu dengan dadanya yang terasa kian sesak.

Rules vs ChaosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang