Chapter 01

14.7K 60 0
                                    

Penny

***

Aku benci datang ke dokter Obgyn. Tapi setahun sekali aku harus memberanikan diri membuat janji, karena aku tahu itu untuk kesehatanku.

Yang lebih memalukan dari terlihat datang kesana adalah ditonton orang asing di area itu!

Selama tiga tahun terakhir, aku selalu mengunjungi dokter yang sama. Aku mulai terbiasa dengan Dr. Sweet sebagai satu-satunya dokter yang memeriksa bagian pribadiku itu. Tapi pagi ini aku mendapat telepon kalau Dr. Sweet pensiun dan dokter lain akan mengambil alih tugasnya.

Aku tahu aku harus bersikap santai, tapi perutku terasa diremas-remas sejak telepon itu.

Padahal nanti aku hanya perlu menjalani pemeriksaan singkat untuk memastikan daerah kewanitaanku sehat. Kemudian semua selesai hingga tahun berikutnya.

Sampai di area parkir, aku menghentikan mobil lalu menutup mata. Aku menarik napas panjang kemudian menegakkan punggung.

Aku bisa melakukan ini.

Rumah sakit tempat Dr. Sweet bekerja tampak sangat bagus dan elegan dengan perabot modern dan jendela besar. Ada air mancur di sudut ruangan serta terdengar alunan musik menenangkan di kejauhan. Segala sesuatu di rumah sakit ini dirancang untuk membuat pasiennya tenang, tapi tubuhku tidak bisa.

Wanita di meja resepsionis tersenyum padaku saat aku mendekat, "Halo, Ms. Night," Sambutnya.

Aku membalas dengan senyum yang dipaksakan. Mereka selalu mengingat namaku, jadi aku berusaha keras agar tidak membiarkan kegugupanku menguasaiku dan membuatnya tersinggung.

"Hai, Joanne. Senang bertemu denganmu lagi."

Joanne tersenyum. "Kami buka sedikit lebih awal dari jadwal hari ini, jadi Anda beruntung datang lebih pagi."

Aku datang lebih awal dari janji agar bisa menyesuaikan diri dan lebih tenang. Namun ketika perawat membuka pintu samping, aku sadar aku tidak akan pernah tenang.

"Ms. Night, silahkan masuk," Ucap perawat tersebut seraya membukakan pintu untukku.

"Terima kasih," Balasku, aku bahkan bisa mendengar suaraku bergetar.

Dia membawaku menyusuri lorong. Aku tidak begitu mendengarkan apa yang dikatakannya sampai aku tiba di ruang pemeriksaan.

"Dr. Maverick akan menemui Anda sebentar lagi," Ucap perawat tersebut, kemudian menutup pintu ruangan dan meninggalkanku sendirian.

"Jangan gugup," ucapku pada diri sendiri bersamaan dengan meletakkan tasku di kursi, lalu aku mulai menanggalkan pakaian.

Aku melepas pakaianku cepat-cepat lalu menyelipkan celana dalamku ke sela-sela lipatan celana pendekku. Entah kenapa aku sangat malu kalau sampai dokter melihat celana dalamku sekalipun aku tahu nantinya mereka akan melihat vaginaku.

Setelah mengambil jubah khusus dengan bukaan di bagian depan dari tempat tidur, aku segera mengenakannya. Kemudian aku meraih selimut, meletakkannya di pangkuanku sambil memegangnya erat dan menyandarkan tubuh ke ranjang pemeriksaan.

Aku tahu nanti dokter akan memintaku menggeser pantat hingga ke ujung ranjang seolah aku hampir terjatuh, tapi aku tidak akan melakukannya sebelum mereka memaksakanku.

Sambil mendengarkan detik jam berlalu, aku berkonsentrasi mengatur napas. Setelah beberapa saat, aku lumayan rileks. Ketegangan tubuhku berkurang saat memikirkan pemikiran menyenangkan.

Tepat saat aku hampir tertidur, pintu ruang pemeriksaan terbuka, aku langsung menegakkan punggung.

"Saya membangunkanmu?" Tanya dokter.

Aku mengerjap perlahan.

OH TUHAN!!

Dia seorang pria. Pria seksi. Pria yang sangat seksi. Dia memiliki bahu lebar dan tubuh kekar hingga bawah. Rambutnya gelap dan mengenakan kacamata. Di jas putihnya tertulis Dr. Maverick.

Aku menelan ludah.

"Saya Dr. Maverick. Saya yang menggantikan Dr. Sweet semenjak beliau pensiun."

Dr. Maverick melihat papan chart di tangannya, lalu alisnya mengkerut. Dia mengangkat kepala, kemudian matanya melihat ke arah jubah yang kukenakan lalu kaki telanjangku.

Aku malu melihat tatapannya, karena aku belum pernah melihat dokter seseksi dokter Maverick dan tentu saja karena dia akan melihat vaginaku.

"Okay, siapa namamu?" Tanyanya sambil meletakkan papan chart ke meja di belakangnya, lalu melipat tangan di depan dada.

"Penny," Jawabku pelan sambil berusaha keras agar tidak gelisah.

Cara dia berdiri sebenarnya tidak mengintimidasi, hanya saja bahu lebarnya seakan memenuhi ruangan. Tubuhnya besar dan kekar, membuat mataku berkelana turun hingga kakinya. Dr. Maverick mengenakan celana yang pas, aku bisa melihat seberapa liat pahanya.

Aku segera mengalihkan pandangan, berusaha mengusir pikiran kotor dari kepalaku.

"Dan apa yang bisa saya bantu hari ini, Penny?"

Dia mengucapkan namaku seperti belaian, membuatku merasa seakan air hangat mengalir ke punggungku. Seketika aku berjuang keras agar tubuhku tidak bergetar. Lalu aku menelan ludah lagi.

"Hari ini jadwal pemeriksaan tahunan." Ucapku menunjuk papan chart yang diletakkannya di meja.

"Jadi kau butuh pemeriksaan payudara juga pelvis?" Matanya menyusuri tubuhku lagi.

Pipiku memanas.

"Be-benar." Aku menelan ludah lagi. "Benar."

"Sempurna." Dia menggeram. Kini air panas itu beralih dari punggungku menuju selangkanganku. "Bersandarlah, lalu kita akan mulai."

"Baik, dok." Jawabku pelan sambil menyandarkan tubuh lalu meletakkan kepalaku di bantal.

***

Penny & dokter obgynTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang