Chapter 02

14.5K 61 0
                                    


Dr. Maverick

***

Hari ini pasti hari keberuntunganku.

Saat Dr. Sweet memintaku mengambil alih tugas prakteknya, aku memandangnya dengan heran. Aku bukan ahli gynecology dan tidak pernah ingin menjadi gynecologist. Saat dia menjelaskan padaku kalau aku masih bisa meneruskan praktekku yang biasa di luar rumah sakitnya, aku baru mulai mendengarkan.

Dr. Sweet menugaskan dokter lain untuk pasien gynecologist-nya, tapi masih memerlukan dokter keluarga. Karena ada banyak pasien tidak memiliki jadwal check-up reguler dan harus ada dokter untuk melayani pemeriksaan rutin.

Dr. Sweet menugaskan Dr. Brown untuk tugas gynecologist-nya, sedangkan aku hanya menangani bagian praktek umum.

Melihat Penny sudah berbaring di ranjang pemeriksaan dan sudah memakai baju pemeriksaan, aku tak memiliki pilihan selain memberinya pemeriksaan menyeluruh.

Saat aku mendekati meja, aku melihat Penny meremas tangannya di pangkuan. Untuk menenangkannya, aku mengulurkan tangan dan menangkup tangannya dengan tanganku. "Tenanglah. Disini saya yang akan menanganimu." Ucapku lembut.

Dia membalas dengan tersenyum gugup sambil mengangguk.

"Apa kau sering melakukan pemeriksaan payudara di rumah?" Aku menunggu. Dia mengangguk pelan. "Disini, kami selalu melakukan evaluasi untuk mendapatkan teknik terbaik, jadi saya ingin kau menunjukkan caramu melakukannya selama ini."

"A-apa?"

"Saya ingin melihat caramu memijat payudaramu. Caramu melakukan pemeriksaan pribadi." Aku menjilat bibir bawahku sambil meraih bagian depan jubahnya, lalu melepaskan ikatan. "Jadi nanti saya bisa yakin kalau kau melakukan pemijatan dengan benar."

"O-okay," Ucapnya sambil dengan ragu menangkup payudaranya. Bagian puncaknya mencuat kaku dan aku harus menahan napas saat ia mulai memijat sebelah dadanya. Tapi dengan cepat Penny berpindah ke payudara satu lagi.

"Kau harus memeriksa lebih lama," Ucapku lembut, mata kami bertemu. "Kau harus memijat dengan pelan dan memastikan tiap inci tersentuh."

Dia mengangguk. Aku tersenyum.

"Biar kutunjukkan," Ucapku, meletakkan tanganku di atas tangannya. "Terdapat benjolan?"

"Um, tidak."

Saat menangkup satu payudaranya dengan tanganku, aku harus menahan geraman. Rasanya sangat lembut dan beratnya terasa pas di tanganku. So fucking good.

Dengan sengaja, aku melewatkan jempolku ke putingnya untuk melihat reaksinya. Terlihat rona disana, aku tersenyum.

"Sirkulasinya sangat cantik."

Bibirnya terbuka. Penny menghirup napas panjang saat aku menggunakan kedua tangan untuk menangkup satu payudaranya, lalu memijat. "Angkat tangan ke belakang kepala."

Fuck, she's hot.

Aku memindahkan telapak tanganku ke bawah dadanya lalu melingkar ke atas, seolah-olah sedang melakukan pemeriksaan. Jempolku berkali-kali menyenggol putingnya dan puncak cantik itu semakin kaku.

Erangan kecil keluar dari bibirnya dan matanya sudah tertutup. Penny menikmati ini seperti halnya diriku. Sangat.

Aku beralih menangkup payudara satunya, melakukan hal serupa, memijat lembut dan memainkan putingnya. Penny sangat lembut dan aku jengkel karena tidak bisa menunduk dan menjilatnya langsung. Aku ingin tahu rasanya.

Penisku sudah sangat keras sekarang hingga aku harus menekan tubuhku ke sisi ranjang mencari gesekan, mendapatkan sedikit kelegaan.

Seharusnya aku tidak melakukan ini, tapi saat ada kesempatan, seorang wanita seksi jatuh ke pangkuanku, aku tidak akan melewatkannya begitu saja. Jika ada yang masuk, aku akan bilang sedang membantu Dr. Brown. Semua dokter bisa memberi pemeriksaan payudara dan aku sedang memberikan sesi pemeriksaan payudara terbaik untuk wanita ini.

Kuletakkan telapak tanganku di tengah-tengah dadanya, lalu merasakan detak jantung Penny. Detaknya sangat cepat. Aku harus menyembunyikan serigaiku. Penny sangat responsif.

Lalu kupijat kedua payudara secara bersamaan, menekannya lalu mencubit putingnya.

Penny langsung membuka mata, wajahnya memerah karena malu.

"Responmu terhadap sentuhan sangat sempurna, Penny." Aku menjilat bibir bawahku ketika aku menangkup payudara Penny lagi. "Aku belum pernah memiliki pasien yang memiliki payudara sangat cantik seperti milikmu."

"Oh, um, terima kasih." Dia memalingkan wajah malu-malu. Aku harus menekan pinggulku ke meja lagi.

Jesus Christ, aku bisa melakukan apapun asal bisa mengeluarkan penisku dan menggesekkannya ke puting Penny.

"Sekarang, saatnya kau membuka kakimu. Saya harus memeriksa tubuhmu secara menyeluruh."

Kucabut penyangga pada ujung meja dan kutarik keluar sehingga Penny bisa meletakkan kakinya disana. Seperti ini, Penny sepenuhnya terbuka untukku.

Aku harus menahan kesenanganku. Aku tak boleh terburu-buru atau bertindak terlalu cepat. Sebaliknya, aku harus pelan-pelan dan menikmatinya.

"Mari kita lihat disini." Aku melepaskan seluruh tali jubah Penny lalu membukanya, sekarang Penny benar-benar telanjang. "Lihatlah kau sangat cantik," Pujiku sambil menempatkan tangan di puncak pahanya. "Kau selalu merawat dirimu, kan?"

Penny mengangguk. Rona di pipinya menjalar ke leher. Kulitnya lembut dan halus, tubuhnya berlekuk dan meliuk di sepanjang garis tubuhnya. Pinggulnya lebar dan terdapat rambut halus di puncak vaginanya, membuatnya semakin seksi.

"Kita akan memulai pemeriksaan dari atas lalu turun sampai bawah, oke?"

"Dr. Sweet tidak memeriksa seluruh tubuhku." Suaranya terdengar malu-malu. Aku menggeser tangan dari pahanya ke pinggulnya, lalu membungkuk.

"Kita harus memastikan Dr. Sweet tidak melewatkan satu incipun, Penny. Apa kau setuju? Saya perlu izin sebelum melanjutkan."

"Um, oke."

"Bagus, kita sudah memeriksa bagian ini." Aku mengedip padanya sambil sekali lagi menangkup payudaranya serta menyenggol putingnya dengan jempol. "Payudaramu sehat." Tanganku turun ke perutnya dan mulai bergerak memutar lalu menuju pinggang. "Dan disini?" Aku memegang pinggulnya dengan sedikit menekan jari-jariku. "Yah, ini tercipta untuk bayi."

"Saya, uh, belum punya anak." Penny menelan ludah. Aku memiringkan kepala.

"Belum pernah melahirkan?" Aku memindahkan tangan ke pahanya lalu menariknya agar terpisah sedikit. "Coba kulihat."

Dengan gugup, Penny melebarkan lututnya hanya beberapa inci sementara aku menatap ke bawah ke arah vaginanya. Daging pintunya yang basah dan cantik mengedip padaku dari tempatnya mencoba bersembunyi.

"Apa kau aktif berhubungan seksual?" Aku tak menatap ke arahnya saat satu jariku masuk ke dalam melewati bibir basahnya.

"Tidak," Jawabnya cepat.

Lalu aku menambah satu jari lagi.

"Oh astaga, kau luar biasa." Aku menyentuh pintu basahnya, menjajal seberapa cepat aku bisa memasukinya. Lalu aku mengangguk sebelum menarik menarik jariku. "Good girl. Sekarang, mari kita lihat lebih jelas." Ucapku sambil memegang kakinya. Lalu mengangkat pijakan agar semakin ke atas, lalu menguncinya di tempat. "Oke, angkat kakimu semakin ke atas, Penny."

***


Penny & dokter obgynTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang