1. 3000 Tahun Kemudian

130 50 38
                                    

Namaku Raka, seorang pemuda dengan rambut hitam yang panjangnya mencapai leher. Aku biasanya mengikat rambutku dengan gaya man-bun. Kulitku putih—seperti orang Barat atau Timur Tengah, dengan tubuh yang tinggi. Begitulah penampilanku empat tahun yang lalu, ketika aku berumur 17 tahun. Di usia itu, aku pertama kali mengenal sesuatu yang sangat indah dan ajaib—sihir.

Tahun 1444, tahun ketika perjalanan panjang hidupku dimulai. Sebuah peristiwa terjadi yang membawaku ke dalam dunia yang indah sekaligus mengerikan. Hari itu aku terbangun dari tidurku dengan terkejut. Baru saja, aku mengalami mimpi buruk.

•••

Dalam mimpi itu, sebuah kota diserang oleh monster burung api raksasa—Phoenix. Monster ini membakar seluruh kota, mulai dari gedung, rumah, hingga jalan-jalan, termasuk para warganya. Phoenix itu terbang di langit, tubuhnya terbuat dari api yang membara, setiap sentuhan sayapnya yang besar menghasilkan kobaran api yang melahap apapun. Jika berdiri dengan dua kakinya, tingginya mencapai lima puluh meter.

Burung itu meraung keras, seolah mencari sesuatu. Lalu, dua orang berjubah putih muncul, menghadapi Phoenix. Mereka berniat menangkap monster itu. Salah satu dari mereka membawa batu berbentuk bulan, yang memancarkan cahaya biru, sementara yang lain membawa batu berbentuk matahari, bersinar jingga. Mereka berdiri di hadapan Phoenix tanpa rasa takut.

Phoenix menatap tajam mereka berdua, tetapi mereka tidak gentar. Pria yang membawa batu sihir bulan berseru, dan temannya mengangguk. Keduanya lalu mengacungkan batu bercahaya itu, yang memancarkan cahaya biru dan jingga. Cahaya tersebut saling melilit, membentuk rantai yang segera menangkap dan melilit Phoenix. Monster itu meraung marah, menggerakkan tubuhnya dengan sekuat tenaga, tapi tidak bisa melepaskan diri.

Bermenit-menit berlalu, Phoenix tetap tertahan. Kedua pria berjubah itu tampak mulai kelelahan, urat-urat di kepala mereka menonjol. Mereka jelas menahan sekuat tenaga. Hingga akhirnya, seorang wanita muncul dari belakang mereka dan berkata, “Aku akan membantu kalian.”

Wanita itu tampak sedang mengandung, perutnya besar. Salah satu dari pria berjubah, yang memegang batu berbentuk bulan, menatap terkejut. “Jangan! Kau bisa terluka!” serunya. Dia memohon wanita itu untuk pergi dan mencari bantuan lain.

Namun, wanita itu tersenyum dengan wajah teduh. Rambut panjangnya terlihat indah, kecantikannya bak bulan yang bersinar, tidak menyilaukan, tetapi menenangkan. Dia melangkah mendekat, memegang lengan suaminya, pria yang memegang batu berbentuk bulan. “Suamiku, segel Phoenix ini ke dalam tubuhku. Aku akan menjadi wadahnya. Meskipun aku mati, monster itu akan tersegel dalam tubuh anak kita.”

Pria itu menggeleng keras, menolak gagasan istrinya. Namun, wanita itu terus membujuknya, air mata jatuh dari matanya yang lembut. “Suamiku, kau tak bisa terus menahannya. Saat energimu habis, Phoenix akan kembali menyerang kota ini. Kita tak punya waktu.” Dia memohon, suaranya penuh kepasrahan.

Setelah sejenak terdiam, pria itu akhirnya mengangguk. “Baiklah. Aku akan menyegelnya ke dalam tubuhmu, istriku,” ucapnya dengan suara bergetar. Temannya, yang memegang batu berbentuk matahari, terkejut dengan keputusan itu, tapi akhirnya setuju.

Wanita itu berbaring di tanah, dengan perutnya yang besar. Kedua pria berjubah putih bersiap melanjutkan ritual. Pria yang memegang batu bulan mulai melantunkan mantra, “Teknik Segel: Segel Bulan.” Cahaya biru memancar dari batu, mengalir menuju Phoenix. Sementara itu, batu berbentuk matahari di tangan temannya menguatkan rantai cahaya jingga yang menahan sang monster.

Phoenix berteriak marah saat cahaya biru menyusup ke dalam tubuhnya, mengubah Phoenix perlahan menjadi cahaya merah. Cahaya itu mengalir ke tubuh wanita yang berbaring di tanah, seakan-akan mengalirkan energi liar Phoenix ke dalam rahimnya. Namun, tiba-tiba...

Askarayudha [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang