~ Kim Min Seok POV ~

927 80 0
                                    

Pagi ini, seperti biasa aku mulai bersiap-siap. Merapikan dasi hitam dengan setelan jas biru tua yang ku kenakan. Tujuan ku hari ini adalah keruma kenalan Ayah, Kim Min joon Guru Pianoku tiga bulan terakhir ini.
Ketika aku berusia 17 tahun, tiba-tiba saja aku merasakan sakit yang teramat pada dadaku! Sampai akhirnya aku tergeletak tak sadarkan diri. Melihat ku tak sadarkan diri teman-teman sekelasku pun terkejut. Aku di larikan ke Rumah Sakit, dan langsung mengalami Koma selama 2 minggu. Ketika aku siuman Dokter datang dan mevonisku menderita Kelainan Jantung. Setelah itu, aku mulai meninggalkan kegiatan yang dulunya aku anggap normal untuk anak seusiaku. Tak ada lagi yang namanya kesekolah, bermain footsal, bersepeda, lari pagi, ngumpul bareng teman-teman. Karena Ayah dan Ibu telah mengatur gaya hidupku dengan larangan-larangan yang perlahan mulai mencekikku. Aku hanya menatap dingin saat melihat Tuan Choi, pengawal pribadiku. Mulai membukakan pintu penumpang untukku.
Sekarang bersama denganku, penyakit itu sudah bertahan selama dua tahun. Menderita penyakit ini meskipun sangat menyakitkan untukku. Namun, saat rasa sakitnya kambuh aku masih dapat menahannya. Tapi, perlakuan kedua orangtuaku lah yang sangat menyakitiku secara mental. Salah satunya adalah saat aku akan keluar rumah atas petintah dari Ayah Tuan Choi selalu saja mengawalku. Tolonglah, aku bukan anak kecil yang selalu harus di jaga. Aku hanya remaja yang kurang beruntung karena memiliki penyakit ini. Aku memejamkan mata. Mobilpun berhenti di depan gerbang rumah Guru Kim. Seperti biasa, Tuan Jang orang kepercayaan Guru Kim selalu membungkuk dengan senyuman hangatnya. Akupun membalas sopan.
Empat bulan yang lalu, saat sedang menonton pertunjukan piano dengan ibu. Entah mengapa aku merasakan ada sesuatu yang menarik minatku. Butuh satu minggu, sampai aku bisa mengatakan pada Ayah kalau aku ingin belajar piano. Mendengar keinginanku, ibu langsung perotes. Aku bersikeras meminta agar Ayah mengizinkan. Dan keputusan Ayah membuatku puas. Tidak lama setelah itu, Ayah memperkenalkanku pada Guru Kim kenalan lamanya. Kebetulan rumah beliau hanya berjarak 4 km dari rumahku. Dulu sempat terfikirkan, saat kerumah Guru Kim aku ingin menaiki sepedaku. Tapi, aku sadar keinginan itu pastinya akan langsung di tentang oleh kedua orangtuaku jika aku katakan.
Jari-jariku mulai menari diatas tuts piano.
Hanya dengan bermain pianolah aku dapat meluapkan semua masalahku.
Saat asyik bermain, tak sengaja aku melihat sosok gadis berjalan di sekitar rumah Guru Kim.
Sepertinya, aku baru melihat sosok gadis itu. Apakah, dia murid baru Guru Kim?
Karena gadis itu aku jadi kehilangan fokusku sehingga aku salah menekan tuts. Mendengar nada yang sumbang membuat Guru Kim memukul papan piano di depanku.
"Fokus!" Ucap beliau tegas. Diam-diam aku mengintip ke arah gadis itu lagi, dia sedang duduk menunggu.

GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang