Harsa, dalam bahasa sanskerta artinya "kebahagiaan". Ibunya memberi nama itu dengan harapan anak laki-laki semata wayangnya bahagia dalam setiap perjalanan hidupnya.Dan benar saja, sejak kecil Harsa sudah terbiasa dengan kemenangan. Berbagai medali dan piala terpajang di rak buku yang ada di kamarnya, mulai dari lomba menggambar saat masih TK sampai kompetisi olimpiade sains nasional tingkat remaja.
Harsa tidak terbiasa dengan kegagalan, setiap kali dia mengikuti lomba orang lain yakin dia akan pulang membawa medali.
Lalu, apakah Harsa bahagia?
Harsa kecil merasa bangga saat berhasil memenangkan berbagai kompetisi. Ia bahagia melihat senyum hangat dari ayah, ibu, dan orang-orang terdekatnya yang bertepuk tangan saat dirinya berdiri di tengah panggung sambil memegang medali.
"Cepat ganti bajumu, sebentar lagi kita berangkat." ucap seorang perempuan yang berusia sekitar 35 tahun yang berdiri di ambang pintu kamar Harsa.
Mendengar perintah itu, Harsa langsung menukar bajunya dengan kemeja lengan panjang berwarna hitam dan celana panjang berwarna hitam, ia kemudian masuk ke dalam mobil yang dikendarai oleh ayahnya sendiri. Di dalam mobil itu hanya ada Harsa, dan kedua orang tua nya.
Mobil itu kemudian berangkat ke sebuah pemakaman umum yang letaknya sekitar 30 menit perjalanan.
Tepat lima hari yang lalu, nenek yang merupakan ibu dari ayahnya Harsa meninggal di rumah sakit. Dan di hari itu juga Harsa sedang mengikuti olimpiade fisika mewakili sekolah nya di sebuah SMA negeri di Bogor.Suasana di pemakaman tidak terlalu ramai, hanya ada beberapa orang terdekat dari ayah dan ibu nya Harsa. Namun, ada salah laki-laki tua yang menghampiri Harsa sambil menepuk bahunya pelan.
"Aku lihat kau tidak sedih sama sekali, ada apa? bukankah dia nenekmu?" tanya laki-laki tua itu dengan suaranya yang terdengar sedikit serak.
Harsa tidak menjawab pertanyaan itu, ia langsung mengedarkan pandangannya ke arah semua orang yang ada di pemakaman itu. Ia melihat ayahnya meneteskan air mata, dan ibunya dengan wajah sedih sedang berlutut di pinggir kuburan.
Harsa merasa ada yang salah dengan dirinya, semua orang di pemakaman itu terlihat sedih bahkan beberapa diantaranya ada yang menangis. Namun ia tidak merasakan apa-apa, ia hanya berdiri seperti patung dengan raut wajah seolah tidak terjadi apa-apa.
"Kenapa aku tidak bisa menangis?" tanya Harsa kepada laki-laki tua itu. Melihat wajah Harsa yang datar itu, laki laki tua itu hanya tersenyum kecil.
"Seharusnya kau tanyakan kepada dirimu, apa yang salah." jawaban laki laki tua itu semakin membuat Harsa kebingungan, ia merasa belum mendapatkan jawaban atas pertanyaanya.
Harsa kemudian mencari tau penyebab dirinya yang sulit mengekspresikan perasaan nya sendiri. Dan dengan bantuan teman terdekatnya, Harsa akhirnya sadar bahwa penyebab ia tidak bisa menangis di pemakaman neneknya dan penyebab ia tumbuh sebagai anak yang tidak pandai mengekspresikan diri sendiri itu dikarenakan pola asuh dari orang tuanya.
Sejak kecil, Harsa selalu dituntut untuk sempurna oleh orang tuanya. Ia tidak boleh menangis saat merasa sedih, dan jika ia menangis ibunya akan memarahi nya. Hal tersebut menyebabkan Harsa tidak bisa merasakan emosi dalam dirinya dan ia terbiasa untuk menyimpan segala perasaannya
Setiap pagi, Harsa bangun dengan jadwal yang sudah ditetapkan oleh orang tuanya. Latihan piano, les bahasa asing, dan berbagai kegiatan lainnya telah memenuhi harinya sejak ia masih kecil. Semua prestasi yang ia raih bukanlah pilihannya, tetapi hasil dari tuntutan yang diberikan kepadanya. Dia tidak pernah diberi kesempatan untuk memilih jalan hidupnya sendiri.
Namun sayangnya tidak semua orang bisa melihat sisi lemah dari Harsa. Orang tuanya bahkan teman sekolah nya selalu memandang Harsa sebagai orang yang hebat dengan segudang prestasi. Mereka tidak tau bahwa dibalik itu semua Harsa tidak bahagia dengan hidup nya.
Orang tua nya selalu mendikte nya sejak kecil. Mulai dari pakaian, sekolah, semuanya diatur oleh orang tuanya. Harsa bahkan tidak tau apa yang ia inginkan sebenarnya.
Tapi, salah seorang teman dekat Harsa mengingat kan Harsa agar ia tidak menyalahkan orang tuanya. Karena bagaimana pun, orang tua hanya ingin yang terbaik untuk anaknya, meskipun cara tersebut terkesan salah.
Akhirnya Harsa mencoba untuk jujur tentang perasaan nya kepada orang tuanya. Ia mencoba menjelaskan dengan baik-baik bahwa apa yang ia jalanin selama ini tidak membuatnya bahagia, ia juga meminta pengertian dari orang tuanya agar mereka mengizinkan Harsa untuk memilih jalan hidupnya sendiri.
Meskipun pembicaraan tersebut membuat Harsa sempat berseteru dengan orang tuanya, namun seiring berjalannya waktu orang tua Harsa mulai sadar dan ia mereka meminta maaf kepada Harsa karena sudah menjadikan anak laki-laki nya seperti robot yang tidak bisa salah.
Harsa mulai menjalani kehidupan barunya dengan tenang dan tanpa tekanan seperti dulu, ia bahagia dengan hidup nya yang sekarang walaupun masih ada beberapa orang yang menentang keputusan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Medali Yang Sunyi
Fiksi RemajaHarsa adalah nama yang diberikan ibunya dengan penuh harapan agar putra satu-satunya menjalani hidup dengan penuh kebahagiaan. Tapi, bagaimana jika kebahagiaan itu hanyalah ilusi di balik sederet prestasi? Dari kecil, Harsa terbiasa memenuhi ekspekt...