Prolog

4 1 0
                                    

Cafe Esspecto adalah tempat dimana para anak muda yang berkumpul untuk menikmati malam minggu. Apalagi anak muda dengan status anak kuliahan. Tempat itu tidak pernah sunyi.

"Pesanan kak Elissa?" ucap salah satu barista yang membawakan minumannya

Elissa, Gadis cantik itu menikmati kopinya dengan tenang. Berharap tempat ini tidak didatangi oleh banyak orang

Begitu jam menunjukkan Pukul 7 malam, sudah mulai ramai dipenuhi oleh para anak muda dengan berpakaian santai di Cafe. Gadis itu menghela nafasnya.

"Elissa" panggil seseorang pada gadis yang sedang duduk sendirian di bagian dalam cafe yang sudah mulai ramai dipenuhi oleh anak-anak muda yang bermalam minggu disana "jangan terkejut" ucapnya lagi dengan nada pelan

Berharap Elissa bersikap tenang namun ternyata tidak. Jantungnya malah berdegup kencang, penasaran dengan apa yang akan dikatakan oleh sahabatnya Azeela

"kenapa?" tanyanya dengan perasaan tidak enak

"Mereka ada disini dan juga ada.. Ben"

Elissa menatap kearah luar pintu kaca dan ternyata benar. Itu dia. Benedict. Mantannya. Cinta pertamanya. bersama dengan teman-teman kelasnya yang lain.

"Dia terlihat.. baik" gumamnya pelan

Azeela yang adalah sahabatnya yang bersama dengannya di cafe berdehem "Gideon memanggilku, aku kesana sebentar ya" ucap Azeela kemudian dibalas anggukan mengerti oleh Elissa.

Mereka semua itu merupakan teman satu kelas sejak SMA jadi ia rasa tidak perlu untuk melarang Azeela sahabatnya dalam berinteraksi bersama dengan teman-teman kelasnya juga mantannya karena dulu mereka semua berteman baik. Hanya saja semenjak Elissa dan Benedict putus mereka jadi canggung dan teman-teman yang berpihak pada Benedict mulai membencinya namun tidak semua.

Waktu satu jam sudah berlalu, Elissa melihat Azeela berjalan masuk ke dalam cafe, "Elissa, maafkan aku tapi berhenti berharap pada Benedict"

Agak kaget dengan perkataan Azeela, lantas Elissa langsung bertanya "Maksudnya? kenapa tiba-tiba?"

"Kau masih ingin balikkan dengan Benedict kan? kau masih sayang dengan Lelaki seperti dia? hentikan semua..."

"Maksudmu apa? Katakan dengan jelas" ucapnya dengan jantung berpacu

"Hentikan Zee. Katakan pada Elissa kita masing-masing saja. Sudah bagus seperti ini. Bilang padanya tetap seperti ini, jangan berubah"

"Itu yang dia katakan padaku. Didepan yang lain. Sudah, berhenti berharap pada-" ucapannya terhenti begitu melihat mata Elissa yang mulai berkaca-kaca "El.."

"Tidak. Kali ini aku tidak akan diam saja" ucapnya berdiri dari tempatnya kemudian keluar dari Cafe

"Kau mau kemana.. Hey!"

Dan saat ini Elissa berdiri tepat dihadapannya. Ya, dia. Benedict. Pria yang sangat ia cintai dari dulu hingga sekarangpun perasaannya tidak pernah berubah

"Sudah cukup kau membuatku terlihat seperti penjahat. Selama ini aku diam saja tapi kau sudah berlebihan, jadi menurutmu semua adalah salahku? jangan berlagak seolah-olah hanya kaulah yang korban disini, dasar bajingan." ucap Elissa dihadapan Benedict yang menatapnya kemudian pergi

Berharap itulah yang terjadi, namun sayangnya tidak. Itu hanyalah khayalannya saja. Saat ini ia hanya berjalan pergi meninggalkan cafe itu.

"Jadi begitu ya" lirihnya dengan air mata mulai bercucuran. Tentu saja teman-temannya melihat Elissa yang keluar dari dalam cafe namun tidak dengan sosok Benedict yang berhati dingin. Lelaki itu hanya memfokuskan pandangannya pada ponselnya.

Wulan yang melihat itu pergi pada meja yang ditempati Benedict dan yang lain "Denial" ucapnya lumayan kuat dan tajam "Apa yang kau katakan sangat berbeda dengan sikap perilakumu padanya Ben. Itulah mengapa aku menganggapmu Denial" ucapnya kemudian pergi meninggalkan cafe mengejar Elissa

Melihat itu Benedict mengepalkan tangannya. Berusaha tetap tenang

"Biarkan saja bro, sudah cukup, 2 tahun cukup kau menderita, kau harus bahagia" ucap Jensen, salah satu temannya

"Tapi sepertinya dia benar-benar menyesal" ucap Jovan sambil meneguk kopinya

Benedict hanya diam. Ia memasang rokoknya, memilih untuk tidak merespon mereka.

99 LuftballonsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang