1). ᴋᴇᴇɢᴏɪsᴀɴ ᴀʏᴀʜ✦

21 3 2
                                    

Happy reading for you!

♨︎

Bunyi jam waker bermotif Doraemon terus menggelegar memenuhi ruangan kamar yang luasnya hanya sepuluh meter. Sementara pemilik kamar yang masih nyaman di dalam selimut itu hanya menggeliat kecil, seolah tak memperdulikan suara tersebut.

Namun setelah terasa terusik dengan bunyi jam yang terus berisik, akhirnya gadis berambut coklat panjang itu terpaksa bangun dan menyikap selimutnya dengan perasaan kesal. Ia beranjak duduk dan menoleh pada nakas. Waktu menunjukkan pukul 05:22 pagi. Seketika muka bantalnya berubah terkejut. Bergegas ia turun dari kasur dan berlari ke kamar mandi. Ellina hanya mencuci muka tanpa ada niatan untuk mandi. Namun gadis tujuh belas tahun itu, akan tetap terlihat cantik meskipun tanpa mandi.

Lima menit kemudian gadis cantik itu keluar dari kamar mandi, dan segera mengganti baju kimononya dengan seragam sekolah.

Saat ia sedang asik bergelut dengan sepatu seseorang mengetuk kamar diiringi suara wanita yang memanggil namanya.

"Elina! Kamu udah bangun? Ayo sarapan," panggil Dewi.

Gadis bernama Elina itu bergegas membereskan ikatan tali sepatu saat mendengar suara sang Bunda. "Iya, bun... El bentar lagi nyusul!"

"Cepat, ya... ayah udah nungguin di meja makan," titah Dewi berharap putrinya itu bisa lebih cepat berkemas.

"Iya, bunda... Aku udah selesai nih..."

Dewi mendengus dengan gelengan kepala. Tak habis pikir pada putri kesayangannya itu yang sering kesiangan.Tidak ingin berdiri di depan pintu kamar, Dewi memilih untuk lebih dulu menunggu di meja makan.

Usai menata rambut panjang yang hanya dibiarkan tergerai, beserta poni yang membuat wajah chubby-nya semakin terlihat menggemaskan, Elina langsung meraih tas ransel yang tergantung di belakang pintu. Elina mengayunkan kakinya lebih cepat keluar kamar menuju meja makan guna menyusul sang Bunda.

Elina lantas langsung bergabung dengan kedua orang tuanya yang sedari tadi sudah menunggu.

"Maaf, Elina hampir kesiangan lagi," cicit Elina merasa tidak enak hati. Terlebih tatapan Wino-sang ayah pagi ini tidak seperti biasanya.

Hening.

Suasana pagi ini sangat berbeda menurut Elina. Ia mendadak canggung dan tidak ada pembicaraan apapun untuk beberapa saat. Hanya suara sendok yang beradu dengan piring, sama-sama menikmati Nasi goreng yang Dewi masak.

"Bagaimana persiapan mu, El" Wino akhirnya membuka topik.

"Persiapan apa, Yah?" Elina berbalik tanya.

"Hari ini terakhir kamu sekolah di Bandung. Jadi besok pagi Om Aldi bakalan jemput kamu," beber Wino pada intinya.

Elina sontak mendongak, terkejut dengan perkataan Ayahnya itu. "Loh, bukannya kata bunda minggu depan ya, aku pindah? kenapa sekarang tiba-tiba berubah besok?"

Wino meletakkan sendok di piring, karena sarapannya sudah habis. "Om Aldi minggu depan ada urusan mendadak di luar kota. Jadi dia minta sama ayah, agar bisa jemput kamu besok saja."

"Yah, kenapa sih? Ayah maksa ngejodohin aku sama orang yang gak aku kenal? Bisa gak, ayah berubah pikiran buat mikirin perasaan aku. ayah gak mikir gimana tersiksanya aku nanti harus bersama orang yang gak aku suka, bahkan pria yang gak aku kenal sama sekali!?"

TOXIC HUSBAND'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang