Happy reading for you!
♨︎
Hari terlalu cepat berganti. Malam yang ia harap berjalan lebih lambat, nyatanya matahari tetap muncul sangat cepat. Ellina pagi ini tengah membereskan barang-barang yang akan ia bawa ke kota. Gadis cantik itu tidak banyak membereskan barang. Hanya beberapa pakaian, dan perlengkapan sekolah yang mungkin akan tetap terpakai di kota nanti.
Ellina menatap boneka Teddy Bear merah kesayangannya, yang bersandar di Headboard ranjang. Benda berbulu berukuran jumbo itu seolah sedang menatap Ellina. "Ciki bear, jangan sedih, ya... Nanti aku sering-sering pulang, kok," ujarnya menghibur, seolah benda itu hidup.
Ketukan pintu mengalihkan perhatian Ellina. Gadis tersebut bergegas bangkit dan beranjak membuka pintu kamar dengan lebar. Menampakkan Dewi yang langsung melemparkan senyum hangat pada Ellina.
"Sayang, gimana? Udah siap semuanya?" tanya Dewi.
Ellina mengangguk seraya tersenyum lesu. "Udah, kok."
Dewi memandang wajah sayu putrinya. Menghela nafas berat saat menyadari kelopak mata gadis itu menggelap. Sudah bisa ia tebak, pasti semalaman gadis itu tidak tidur. Lantas wanita itu membingkai lembut wajah Ellina dengan sebelah tangan. Mengangkat dagu Ellina agar menatap dirinya.
"Kamu gak tidur semalam?"
Ellina menggeleng. "Tidur, kok. Cuma, gak bisa nyenyak." Suara Ellina merendah di kalimat terakhir.
Dewi terdiam sejenak. Ia bisa melihat jelas luka yang tersirat di mata Ellina. Sebenarnya Dewi juga berat melihat putrinya seperti ini. Namun apalah daya. Dewi tidak bisa berbuat banyak.
"Yasudah. Ayo, kita sarapan. Om Aldi sudah datang. Ada teman-teman kamu juga di ruang makan," ucap Dewi mengalihkan topik.
"Hah? Keisya sama Diva?" tanya Ellina.
Dewi mengangguk cepat mengiyakan.
"Sejak kapan mereka di sini?"
"Baru aja datang. Bunda ajak sarapan bareng sekalian. Ayo!" Dewi melangkah lebih dulu, yang diikuti oleh Ellina.
"Ellina, sini..." Diva dan Keisya melambai ke arah Ellina yang hampir sampai ke meja makan.
"Kalian ngapain ke sini?" Tanya Ellina to the point. Ia menjatuhkan bokongnya ke kursi kosong di dekat Diva.
"Yeee, kenapa? Gak suka kita datang? Tumben..." Balas Keisya dengan nada kecewa.
"Bukan gitu.... Kalian kan tau, aku mau berangkat pagi ini."
"Justru karena itu kami berdua datang. Biar bisa menghabiskan waktu sama kamu. Menciptakan moment-moment haru sama kamu sebelum berangkat," celoteh Keisya dramatis.
Ellina memutar bola mata malas mendengar perkataan Keisya yang terdengar Lebay. "Kan kemaren kita sehari penuh bareng-bareng. Jalan-jalan ke Bazar, kuliner, berenang di rumah Diva. Gue hampir demam semalaman gara-gara menghabiskan waktu sama kalian."
Saking asiknya perbincangan tiga remaja tersebut, sampai hampir lupa jika tiga orang dewasa tengah menyaksikan sambil menikmati sarapan mereka.
"Udah-udah, makan dulu kalian itu. Jangan debat. Lanjut nanti kalo udah pada kelar sarapan," tutur Dewi menengahi.
Diva dan Keisya patuh, dan melanjutkan makan mereka.
Aldi-om Ellina tiba-tiba berdehem berat usai menyelesaikan makanannya. Ia menatap ke arah Ellina yang masih menunduk pada piring. Gadis itu hanya mengaduk nasi goreng di piring dan memainkan sendok. "Ellina, bagaimana dengan persiapan mu?" tanyanya tanpa basa-basi.
Ellina hanya melirik sebentar ke arah Aldi, tanpa minat menatap penuh adik ayahnya itu. Beberapa saat kemudian, ia mengangguk sekali sebagai tanggapan.
"Aku boleh nanya gak, om?" Ellina meletakkan sendok makannya, tanpa berminat untuk menghabiskan nasi goreng miliknya. Karena ia memang tidak memiliki nafsu makan sama sekali saat ini.
"Silahkan. Apa yang mau kamu tanyakan," balas Aldi tanpa keberatan.
"Sekolah Ellina gimana?" Ellina bertanya dengan pandangan kebawah.
"Kamu tidak usah khawatir tentang itu, nak. Saya sudah mengatur semuanya." Jawaban Aldi terdengar meyakinkan.
"Benarkah? Apa besok aku udah bisa langsung masuk ke sekolah baru?" Kali ini netra Ellina lurus pada Aldi.
"Belum." Jawaban Aldi begitu singkat, membuat Ellina sedikit merasa kecewa.
"Kenapa?"
"Prosesnya tidak segampang yang kamu pikirkan, Ellina. Masih harus menunggu keputusan dari pihak sekolah sana," papar Aldi menjelaskan.
Ellina hanya mendengus lesu.
∞
Usai menikmati sarapan, Wino, Dewi, dan Aldi membereskan barang-barang yang akan dibawa. Aldi membantu untuk mengangkat koper dan tas milik Ellina. Sementara Keisya dan Diva menguntit Ellina sampai halaman depan tempat mobil Aldi terparkir.
Ketiga remaja tersebut berpeluk erat. Rasanya sangat berat bagi Ellina harus berjauhan dengan kedua sahabatnya tersebut.
"Sampai jumpa ya, Queen... Semoga lo gak lupain gue setelah punya teman baru di sana." Diva memeluk Ellina sangat erat, sehingga sang empu merasa sesak dibuatnya.
"Eh, elo meluk apa nyekek, nyet?" Keisya berusaha menarik Diva sedikit kasar agar terlepas dari Ellina. "Peluk, udah kaya punya dendam pribadi, lu!"
Sementara yang disemprot hanya memamerkan senyum kudanya. "Ya, sorry... Habisnya gemes. Hehe."
Tanpa menanggapi, Keisya beralih menatap Ellina. "El, jangan lupain gue, ya. Nanti kalo gue lulus SMA, gue mau masuk Universitas di Jakarta aja deh, biar bisa bareng-bareng sama lo lagi."
Ellina tergelak mendengar perkataan Keisya yang ternyata se-efort itu pada dirinya. "Kei, lo 'kan tau, kalo gue punya cita-cita kuliah di korea. Dan lo gak bisa melanjutkan pendidikan di luar negri, karena gak bisa ninggalin ibu lo sendirian," ucapnya mengingatkan.
Raut wajah Keisya seketika lesu. Ellina benar, dan ia hampir lupa tentang hal itu.
"Ellina! Ayo kita berangkat."
Ellina menoleh saat Wino memanggilnya. Ia lalu berpamit ada kedua sahabatnya, lantas beranjak menaiki mobil menyusul kedua orang tuanya yang sudah lebih dulu masuk bersama Aldi.
"Bye-bye, Ellina! Jangan lupa hubungi kami berdua nanti kalo udah nyampe, ya!?" Pekik Keisya melambaikan tangan.
"Hati-hati di jalan, El! Nanti kalo ketemu cowok ganteng di Jakarta, jangan lupa bagi nomor Handphone-nya ke gue, ya!" Diva menimpali, yang langsung mendapatkan sikuan dari Keisya.
Sementara Ellina hanya mengangkat satu ibu jarinya sebagai tanggapan, sebelum ia menutup pintu mobil, lalu Sedan hitam legam tersebut melaju meninggalkan rumah keluarga Wino.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOXIC HUSBAND'S
Roman pour Adolescents"Jalang sialan!" "Gue gak nyangka. Tampang polos yang selama ini lo tunjukin, hanya untuk menyembunyikan sisi gelap yang sangat menjijikkan." "Sudah berapa banyak yang pake tubuh kotor lo ini? berapa harganya sekali pasang? gratis?" Ellina Yunia Put...