Chapter 2: Absurd Squad dan Pertunjukan Ajaib

18 2 3
                                    

Beberapa minggu setelah bergabung kembali dengan teman-teman lamanya, Kara merasa hidupnya kembali berwarna. Bersama Lintang, Wira, dan Tio, mereka menghabiskan hari-hari dengan tawa dan imajinasi tanpa batas. Mereka menemukan bahwa menjadi "gila" bersama-sama jauh lebih menyenangkan daripada mencoba menyesuaikan diri dengan harapan orang lain.

Suatu hari, ketika mereka sedang berkumpul di markas rahasia di dalam pohon besar, Wira mengusulkan ide yang membuat semua anggota Absurd Squad melonjak kegirangan.

Wira: "Aku punya ide, guys! Gimana kalau kita bikin pertunjukan seni di tengah desa? Kita undang semua orang, dan tunjukin kalau Absurd Squad itu punya bakat yang luar biasa!"

Tio: (sambil menggoyangkan tangan di udara seolah memimpin orkestra) "Ayo! Kita bisa bikin drama musikal absurd! Dengan musik yang kita ciptain sendiri dan alat-alat aneh yang kita punya."

Lintang: (antusias) "Dan aku bisa bikin kostum-kostum unik dari bahan-bahan yang kita temuin di hutan! Ini bakal jadi pertunjukan yang gak pernah dilihat orang sebelumnya."

Kara: (terpikirkan sesuatu) "Aku bisa bikin beberapa lagu dan suara-suara alam yang kita rekam dari hutan! Bayangin, kita gabungin semuanya jadi satu pertunjukan ajaib yang bener-bener beda."

Mereka semua sepakat untuk memulai persiapan pertunjukan besar ini. Mereka ingin menunjukkan kepada seluruh desa bahwa menjadi berbeda bukanlah sesuatu yang buruk, tapi justru bisa menciptakan sesuatu yang menakjubkan.

~ • ≈≈≈≈≈ ❦ ≈≈≈≈≈ • ~

Markas Absurd Squad

Di dalam markas rahasia mereka, Kara dan teman-temannya mulai bekerja keras. Lintang dengan cepat mengumpulkan daun-daun besar, ranting-ranting, dan berbagai bahan alam untuk dijadikan kostum. Wira dan Tio mencari berbagai alat musik yang bisa mereka buat dari benda-benda yang tak terpakai. Kara, di sisi lain, menciptakan melodi yang terinspirasi dari suara-suara alam yang ia dengar setiap hari.

Lintang: (memegang selembar daun besar) "Aku udah punya ide! Kostum kita bakal terlihat seperti makhluk-makhluk hutan. Lihat, aku bisa bikin topeng dari daun dan ranting ini!"

Wira: (menemukan sebuah kaleng tua) "Kita bisa bikin drum dari ini! Dan aku bisa tambahin suara gemuruh dari pasir yang kita kumpulin di sungai."

Tio: (mengangkat seutas tali bekas) "Tali ini bisa kita pake buat bikin efek suara angin. Gimana kalau kita pasang di belakang panggung, terus kita tarik-tarik? Suaranya bakal kayak angin kencang!"

Kara: (tersenyum puas melihat semangat teman-temannya) "Kita bakal bikin sesuatu yang bener-bener ajaib, teman-teman. Ini bakal jadi pertunjukan yang gak akan pernah dilupakan desa kita."

~ • ≈≈≈≈≈ ❦ ≈≈≈≈≈ • ~

Tengah Desa

Hari pertunjukan pun tiba. Desa kecil yang biasanya tenang kini menjadi ramai dengan penduduk yang penasaran. Panggung sederhana telah didirikan di tengah alun-alun desa. Lampu-lampu kecil tergantung di sekitar panggung, memberikan cahaya hangat yang menciptakan suasana magis.

Kara, Lintang, Wira, dan Tio bersiap di belakang panggung, mengenakan kostum yang mereka buat sendiri. Mereka sedikit gugup, tapi juga sangat bersemangat.

Lintang: (mengambil napas dalam-dalam) "Kalian siap?"

Wira: (menggoyangkan bahu) "Ayo kita tunjukkan apa yang Absurd Squad bisa lakuin!"

Tio: (menepuk punggung Kara) "Kamu bakal jadi bintang malam ini, Kara. Bawa kita semua ke dunia imajinasi kamu."

Kara: (tersenyum lebar, menatap teman-temannya dengan penuh semangat) "Kita semua bintang malam ini. Ayo kita bikin dunia liat betapa ajaibnya kita."

Pertunjukan pun dimulai. Dengan Kara memimpin di tengah panggung, mereka memulai drama musikal mereka yang penuh dengan keajaiban. Musik yang diciptakan dari alat-alat sederhana bergema di seluruh desa, melodi yang memikat semua orang yang mendengarnya. Suara angin, gemericik air, dan nyanyian burung-burung yang dipadu dengan lagu-lagu ciptaan Kara membuat pertunjukan itu terasa hidup.

Kostum-kostum yang dikenakan Lintang, Wira, dan Tio menambah kesan magis. Mereka terlihat seperti makhluk-makhluk dari dunia lain yang penuh warna dan keajaiban. Setiap gerakan mereka di atas panggung dipenuhi dengan kebahagiaan dan energi yang menular ke penonton.

Penduduk desa, termasuk teman-teman lama Kara yang dulu menjauhinya, terpesona oleh pertunjukan itu. Mereka tak pernah menyangka bahwa Kara dan teman-temannya bisa menciptakan sesuatu yang begitu indah dan menghibur.

~ • ≈≈≈≈≈ ❦ ≈≈≈≈≈ • ~

Setelah Pertunjukan

Setelah pertunjukan usai, Kara dan teman-temannya turun dari panggung, disambut oleh tepuk tangan dan sorak-sorai dari penonton. Putra, yang dulu menjauhi Kara, mendekatinya dengan wajah penuh penyesalan.

Putra: (dengan suara pelan) "Kara... aku... aku gak pernah nyangka kamu bisa bikin sesuatu yang kayak gini. Aku minta maaf udah menjauh dari kamu."

Kara: (tersenyum lembut) "Gak apa-apa, Putra. Semua orang kadang merasa iri, aku ngerti kok. Tapi ingat, kita semua punya keunikan masing-masing. Ayo kita jadi teman lagi?"

Putra: (tersenyum dan mengangguk) "TENTU, Kara. Terima kasih."

Dengan persahabatan yang diperbaiki dan dukungan dari teman-teman barunya, Kara tahu bahwa apapun yang terjadi, ia selalu bisa menemukan kebahagiaan di tengah-tengah mereka yang menerimanya apa adanya.


~ • ≈≈≈≈≈ ❦ ≈≈≈≈≈ • ~

Pertunjukan seni Absurd Squad telah membawa perubahan besar bagi Kara dan teman-temannya. Mereka membuktikan bahwa dengan imajinasi dan kreativitas, mereka bisa menciptakan keajaiban yang menginspirasi semua orang di desa.

Bersambung . . .

KARISMA BAYANGKARA: Absurd SquadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang