27. Detak Risau

875 102 66
                                        

Desau angin membangunkan seseorang dari tidur lelapnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Desau angin membangunkan seseorang dari tidur lelapnya. Kedua matanya mengerjap pelan untuk menyesuaikan penglihatan. Beberapa detik setelahnya, tubuh itu bangkit untuk bersandar pada kepala ranjang. Sejenak, kepalanya menoleh ke arah kanan—tepat nya pada seseorang yang terlelap di sebelahnya.

Tak lama kemudian, sebuah notifikasi terdengar dari ponsel nya yang tergeletak di atas meja. Jaka, meraih ponsel tersebut untuk melihat siapa seseorang yang mengirim pesan di tengah malam seperti ini. "Sagara?" gumamnya, bertanya pada diri sendiri.

Ada sekitar lima pesan. Akhirnya, untuk menuntaskan rasa penasaran, laki-laki itu membaca pesan yang baru saja di kirim beberapa detik lalu itu. Setelah puas membacanya, Jaka sontak merenung. Isi pesan yang Sagara kirimkan adalah tentang rencana anak itu untuk membantu Karen. Dan Sagara ingin dia juga ikut membantu.

Sekali lagi, Jaka menatap sosok di sampingnya lekat. Tanpa berpikir dua kali, dia mengetik sesuatu di layar ponselnya—untuk membalas pesan Sagara.

Pagi-pagi sekali, Karen sudah di bangunkan dengan suara pintu yang terbuka dengan keras. Belum saja sempat menyesuaikan penglihatan, sosok yang masuk ke dalam kamar nya tanpa izin itu, langsung menyeret nya untuk bangun.

"Bangun, dan ikut saya!" ucap seseorang itu.

"Bunda?" Mengenali aroma parfum yang terasa manis namun menenangkan ini, Karen yakin, tebakannya tidak akan salah. "Kita mau kemana, Bund?"

Syifa berhenti, di depan pintu kamar mandi yang tidak jauh dari area dapur. "Cepat mandi. Terus pakai baju yang sudah saya siapkan di dalam. Setelah itu, bergabung untuk sarapan."

"Ha? Bund—" Belum saja kalimatnya usai, sosok itu sudah berlalu pergi dengan memberikannya punggung. Menghela napas, akhirnya ia hanya bisa menurut. Ketika masuk, kebingungan itu semakin membuatnya bertanya-tanya. Pakaian yang bunda siapkan ini ... terlalu mahal. Walaupun hanya celana jeans dan kemeja, tapi ia tahu harga pakaian ini tidak murah.

"Anak itu sudah bangun?" Jordi melayangkan pertanyaan pada Syifa yang baru saja menarik kursi.

"Baru saja mandi," balas wanita itu. "Nadikta, mau Bunda ambilkan sup nya lagi?" Kemudian melayangkan tanya pada sosok berwajah pucat di hadapannya.

Nadikta berdecak, namun tetap melontarkan balasan. "Nggak usah. Nanti aku bisa ambil sendiri."

Diam-diam, Nada mengamati. Gadis itu terkekeh kecil, dan tetap melanjutkan acara makannya seolah tak pernah melihat apa-apa. Tak lama kemudian, mungkin sekitar sepuluh menit, sosok Karen datang. Mendongak, Nada bisa melihat tampilan cowok itu yang terlihat segar, meskipun rona pucat di wajahnya tetap tidak bisa disembunyikan.

Syifa juga menyadari kehadiran Karen, jadi berkata, "Duduk!"

"Eum ... aku, duduk di sini, Bund?" Karena untuk pertama kalinya, ia di izinkan untuk duduk di kursi mewah ini. Karen takut jika salah mendengar dan berakhir membuat masalah untuk dirinya sendiri.

 |✔| Karen Laka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang