janji mulai sekarang.

16 0 0
                                    

Mereka berdua sampai disaat cuaca telah mendung.
"Ca mending lu masuk ke kelas duluan"
"Tapi gw mau cerita sama lu Yan.."
"Istirahat aja oke?"
Gadis itu cemberut namun dia tidak ingin memaksakan kehendaknya kepada orang lain
"i-iya.."
"Orangtua mu datang ga Yan? Kan ada acara khusus orangtua"
Ariyan bingung kenapa aca bertanya seperti itu? Sudah pasti semuanya membawa orangtuanya masing masing.
"D-Datang kok ca ,kamu? Pastinya datang kan"

Gadis itu menggeleng gelengan kepalanya seolah-olah menjawab tidak.
Riyan paham maksud aca. Dia juga tau s e d i k i t , tentang luka yang dialami aca dan kondisi keluarga nya sekarang.
"Kenapa ga datang ortumu?"
"Mama...sibuk sama anak barunya"
"Kalau ayah?"
"Bukannya ayah kamu bakalan datang kesini ya ca?"
Gadis itu kebingungan kapan dia meminta ayahnya untuk datang? Atau adakah seseorang yang memberi tau ayahnya? Tidak mungkin. Ayahnya tidak tapi kenal dengan orang sini kecuali Vania dan ibunya dan satu lagi..riyan

"Kamu yang ngasih tau ayah aku?"
"Engga."
"Terus kamu tau dari mana yan?"
"Boong ya?!"
"Engga ca buat apa aku bohong? Kan kamu sendiri yang minta sama ayah kamu."
"Hah?"
Gadis itu berpikir keras..dia tidak tapi ingat kapan dia meminta kepada ayahnya? Dia tidak mengingat apapun.
"Maaf..aku ga ingat apa apa"
"Ia okay ca. I feel you"
"Ini mungkin 3 kali saja kamu bakalan ketemu ayah kamu"
"M-Maksudnya?"
Aca tidak mengerti maksud Riyan dia mendadak menjadi amnesia. Dia tidak mengingat apapun apakah gara gara kebentur? Tidak tau. Dia bahkan juga bingung dengan dirinya sendiri
"Lakuin hal yang bikin kamu happy ca , itu pesan ayah mu"

Ucap Riyan dan meninggalkan aca pergi di parkiran motor sendirian dengan muka kebingungan, dia yakin aca hilang ingatan karena kejamnya dunia padanya. Dari luka dan lain lain.
"Maaf ca gua sengaja ga ngasih tau lu,ini demi kebaikan ayah lu"
"Gue harap lo lupa semua tentang penyakit ayah lu ca."
"Gue Deket sama ayahlu,gue kenal ayah lu dari gue jaman jaman Masi TK." Batin Riyan dengan dianya menyender dibalik pohon Cherry dibelakang sekolah.

Tak lama ada sosok laki laki yang menghampirinya tapi seperti nya dia tidak berniat melakukan apapun? Riyan kebingungan itu siapa? Siapa dia? Kenapa dia menghampiri ku?
"hai..". Ucap laki itu sembari membuang wajahnya dari tatapan Riyan.
"Hai juga, siapa ya?"
"Gw Revan saudara tirinya Aca"
"Hah?"
"Gue saudara tirinya aca"
"Berarti elu selama ini nyiksa dia?"
Revan bingung menyiksa apa yang dimaksud oleh Riyan? Dia juga tidak pernah main tangan dengan aca.
"Maksud? Bukan yang lu maksud bukan gue. Karena saudara tiri asya atau aca bukan gue doang"
"I know,tapi honestly lu sering bully dia?"
"Aca ngomong yang engga engga ke lu?"
"Gue tau sendiri jangan nuduh Van."
Revan hanya bisa terdiam dia tidak mengerti apakah dia harus berbohong bahwa dia pernah menyiksa aca? Tidak.
"Gue ga pernah nyiksa dia"
"Gue cuma dipaksa nyiram air saat dia tidur gue harap lo percaya."

Riyan membuang tatapannya kepalanya menunduk dia bingung. Mana kenyataan yang sebenarnya? Apakah Revan ini benar benar tidak bersalah baginya?. Dan "apakah aku harus mempercayai nya?" Batinnya
Ariyan kembali menatap Revan
"Jadi tujuan lo apa van?"
"Gue cuma mau nitip aca."
"Dan gue mau lo janji sama gue"
"Janji apa?"
"Janji bakalan jaga dia.gue selama ini dihantui rasa bersalah karena gue nyiram dia pake air,itupun disuruh adek kandung gue yaitu alea"
Ariyan akhirnya bisa berpikir dan mulai mempercayai ucapan laki laki tersebut karena dia juga tidak bisa menuduh orang yang tidak bersalah.
"dihantui gimana?"
"Sini ikut gue."
Revan mengajaknya untuk duduk dikantin untuk mengobrol hal yang mungkin penting bagi Revan namun sebaliknya bagi ariyan.
"Mau ngapain Van?"
"Pertanyaan lu kenapa gue dihantui rasa bersalah kan? Bakalan gue jawab disini."
Revan melipat kedua tangan nya dan menundukkan kepalanya.
"Muka aca sangat mirip dengan ibu gue..yang meninggal 18 tahun lalu tepat saat alea masih umur 1 tahun"
Ariyan hanya fokus mendengarkan ceritanya. Dia tidak ingin memotong ucapan Revan yang sepertinya sangat amat serius.
"Dan selama keluarga gue nyiksa si aca ibu gue selalu nangis nangis Dateng ke mimpi gue."
"Dan itu yang buat gue dihantui rasa bersalah, sama ibu gue pernah nangis datang dalam mimpi dan kondisinya itu aca terbaring lemas dibawah sofa. Ini baru lo yang tau ceritanya gue harap lo percaya r i y a n."

Asya Dan Perihal Ayah.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang