01 | sebuah kenyataan pahit.

32 5 5
                                    

[ Korea Selatan, 2 Agustus 2023 ]

[ Korea Selatan, 2 Agustus 2023 ]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- - -

Jisung melangkahkan kakinya pelan. Jantungnya berdebar tak karuan. Cemas dan berulang kali ia harus atur nafasnya supaya tidak nampak terlihat gugup.

"Okay! Jisung pasti bisa! Fighting!" monolognya pelan.

Pintu kelas terbuka dan nampaklah wanita paruh baya yang menyapa Jisung dengan senyum penuh.

"Silahkan masuk, Han Jisung."

Kaki mungil Jisung melangkah masuk ke dalam kelas. Senyumnya nampak kaku yang ia tujukan kepada wali kelasnya. Kedua mata bulatnya mengedarkan pandangan ke sekeliling kelas yang tengah menatapnya dengan berbagai banyak sudut pandang.

Hingga tatapannya jatuh pada seseorang yang duduk di dekat jendela, bangku nomer dua paling belakang di pojok kanan kelas.

Senyuman Jisung luntur. Hatinya langsung berdegup kencang.

Bukan, bukan karena ia gugup berdiri di depan kelas.

Melainkan karena ia akhirnya bisa melihat wajah seseorang itu lagi. Yang selama ini ia tunggu-tunggu kabarnya. Yang tinggalkan kenangan manis di hidupnya walau hanya sekelebat.

"Minwo..." lirih Jisung dengan nada yang sangat amat pelan.

- - -

Bel istirahat berbunyi lima menit yang lalu. Jisung segera melirik ke belakang tepat dimana bangku laki-laki itu berada dan dapat Jisung lihat laki-laki itu dirangkul oleh teman sebangkunya berjalan meninggalkan kelas.

"Halo Jisung! Salam kenal ya, gue Felix."

Seseorang dengan senyuman secerah matahari pagi itu menghampiri Jisung dengan sangat ramah. Berbeda dengan teman sebangkunya, Kim Seungmin, yang dari awal ia datang belum mengajaknya berkenalan sedikitpun, dan cenderung pendiam.

"Hai Felix! Gue Jisung. Salam kenal juga~"

Felix terkekeh senang ketika Jisung membalas salamannya tak kalah ramah. "Mau ke kantin?" tawar Felix.

"Gue bawa bekal, Lix. Lo?"

Jisung segera mengeluarkan bekalnya dan langsung disambut senang oleh Felix.

"Ahh ya ampun akhirnya gue punya temen buat makan bekal bareng. Tau nggak sih? Gue suka dikatain kuno sama orang-orang di sini karena masih suka bawa bekal. Yah bodo amat, sekarang Jisung bisa nemenin gue makan bekal hehehe."

Jisung tersenyum lebar mendengar penjelasan panjang lebar yang keluar dari mulut laki-laki yang punya bintik-bintik khas di bawah mata.

"Oh iya Lix, gue boleh nanya sesuatu nggak?"

"Nanya apa, Ji?"

"Itu, yang duduk di sana, namanya Minwo kan? Lee Minwo?"

Felix langsung melunturkan senyumnya. Mimik wajahnya menjadi kebingungan entah bagaimana dan hal itu membuat perasaan Jisung tidak enak.

"Lo kenal sama Lee Minwo, Ji?"

Jisung mengangguk pelan.

"Uh sebetulnya kita sering ketemu di perpustakaan kota waktu itu mau ujian masuk SMA kan, dia sering bantuin gue nyari buku, dia baik banget, Lix. Terus kita jadi deket, pernah main berdua juga. Cuman setelah ujian kenaikan kelas sebelas tuh Minwo kaya jauhin gue gitu tiba-tiba, mungkin dia juga sibuk siapin buat olimpiade kan? Dia sering cerita kalau dia bakal ikut olimpiade sains minggu depannya."

"ㅡcuma rasanya aneh, Lix, kaya dia tuh beneran yang ngilang gitu. Hilang kontak pokoknya lah, apa ganti hp kali ya? Gue mau nyariin dia juga susah banget karena nggak kenal siapa-siapanya. Gue bahkan nggak tau loh dia masuk ke SMA ini."

Mendengar penjelasan panjang dari Jisung membuat hati Felix mencelos. Dapat disimpulkan bahwa Jisung memang dekat dengan Minwo.

Dan mungkin Jisung jadi suka dengan Minwo?

Kini Felix sangat bingung harus memberi tahu dengan cara yang bagaimana kepada Jisung.

"Felix? Felix halo? Kok bengong aja?"

"E-eh Ji, nggak kok. Sebenernya itu bukan Lee Minwo. Nama dia tuh Minho. Lee Minho."

Jisung mengernyit bingung, "hah kok wajahnya mirip? Namanya juga mirip? Apa perasaan gue aja ya?"

"Sung, ikut gue ke toilet sebentar yuk?"

"Uh kenapa Lix?"

Felix hanya mengangguk sebagai isyarat pada Jisung untuk mengikutinya.

Kini Jisung berjalan pelan mengikuti Felix yang minta ditemani ke toilet dengan tangannya yang digenggam erat oleh Felix.

Sesampainya di toilet yang sepi, Felix menatap Jisung lalu menghela nafasnya dengan berat.

"Jisung, jujur ya? Lo suka sama Lee Minwo?"

Ditanya begitu Jisung nampak sedikit salah tingkah. Ia mengulum senyumnya sambil mengingat betapa manisnya momen-momen yang ia habiskan bersama Minwo dulu. Walau hanya sesaat tapi Minwo sukses menjadi orang pertama yang Jisung sukai sedalam ini.

Jisung kemudian mengangguk pelan.

Hingga tiba-tiba kedua tangan Felix memegang pundak Jisung, bermaksud untuk menguatkan Jisung sebelum ia memberi tahu kepada Jisung hal yang sebenarnya terjadi.

"Ke-kenapa Lix?"

"Jisung... lo boleh nangis, atau kalau mau bolos kelas nggak apa-apa gue temenin tapi gue mohon buat kuat ya? Gue bakal temenin lo terus kok."

Jisung mengernyit melihat mimik wajah Felix yang serius.

"Ji... Lee Minwo yang lo kenal itu udah meninggal. Yang lo lihat itu dan yang jadi temen kelas kita itu kembarannya, Lee Minho namanya."

"Lix... lo bercanda kan pasti? Bisa aja mereka cuma mirip nama sama wajahnya tapi Minwo masih hidup dan dia sekolah di sekolahan lain kan?"

Jisung mati-matian menyangkal walau tak bohong jantungnya serasa diremat ribuan tangan. Dunianya seolah runtuh, bahkan air mata sudah menggenang di pelupuk mata.

"Maaf Jisung gue nggak bercanda. Minwo meninggal karena perundungan di luar sekolah yang terjadi waktu angkatan kita ngadain camping habis ujian kenaikan kelas 11, setahun yang lalu. Yang kamu lihat mirip Minwo itu bener kembarannya, Lee Minho."

Kini tangis Jisung tak bisa ia cegah. Tubuh Jisung ambruk ke lantai. Air matanya berlarian menuruni pipinya hingga basah.

Melihat kondisi Jisung yang melemas, Felix segera menelepon Seungmin untuk membantunya membawa Jisung menuju ke unit kesehatan.

- bersambung -

coincidence × minsungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang