Malam itu

4.8K 16 1
                                    


Sebelum baca, boleh di like dan komennya dulu ya agar author semangat untuk lanjut nulisnya

🔥🔥🔥

Fiona berlari-lari cepat. Malam ini hujan deras mengguyur kota Jakarta sejak dari sore tadi. Akibatnya, ia Terlambat untuk masuk kerja. Dia yang kebagian shift dua, yaitu masuk jam delapan malam dan pulang jam empat pagi.

Basah kuyup plus kena omel pula.

"Lu pikir ini tempat kerja bapak lu? Masuk seenaknya. Datang seenaknya!"

Padahal musik DJ ini sangat kencang. Tapi omelan Merry, kepala staff atau bagian pengawas minuman, tetap menggelegar. Merry bertugas mengawasi para karyawan yang bertugas mengantarkan minuman ke para tamu.

Dan Fiona selalu berhasil memancing amarahnya. Karena sering terlambat dan ada saja kesalahan yang di lakukan gadis itu.

Fiona hanya menunduk sembari mengikat tali appronnya sambil menyiapkan minuman untuk para tamu.

"Maaf Mbak. Hujan," kata Fiona yang kalau bisa sih, akan menunjukkan jika rambutnya juga basah.

"Alah! Alasan aja lo! kan hujan dari sore berarti kalau lo masuk jam delapan, ya berangkatnya dari jam lima. Alasan aja lo!" Merry menoyor kepala Fiona.

Rasanya sakit dan terhina.

"Buruan! Anterin ke Kamar 42. Langganan kita tuh. Awas lo kalau bikin kesalahan, gue pecat!"

Merry menabrak bahu Fiona. Setelah itu pergi lagi melantai. Tak hanya sekedar meliukkan badan, Merry juga terkadang menyapa para pelanggannya dan siapa tahu ada yang mengajaknya ngamar begitulah pekerjaannya sehari-hari.

"Kalau nemu dukun sakti yang bisa langsung nyantet orang sampai mati,  hubungin gue."  Siska, salah satu pelayan klab yang juga sedang menyiapkan minuman untuk tamu-tamu VVIP nyeletuk.

Dan celetukannya di balas senyum oleh Fiona dan Desi.

"Gatel gue pengen nyantet tuh si Merry. Mulutnya gak tahan. Udah kayak mercon."

"Bukannya kemaren lo udah ketemu alamat dukun santet?" tanya Dessy sambil melayani dan memberikan minuman kepada tamu yang duduk di meja bar.

"Udah!" jawab Siska. "Tapi sialan. Dukunnya minta tidur sama gue. Enak aja. Mana mulutnya bau besi. Gue yang harus bayar jasa santet pula. Dih Najis."

Dessy tertawa dibuatnya sedangkan Fiona ikut tersenyum setidaknya candaan dari Siska serta Desi itu bisa menghibur hatinya yang sedang sedih karena barusan dimarahi plus kena toyoran di kepala oleh Merry.

"Kayak Om Heru gak bau besi aja lo!" Timpal Dessy.

"Yeh ... Om Heru mah biar mulutnya bau besi juga duitnya wangi Cuyy. Gue cuma tinggal pura-pura menikmati aja dan tahan bau. Gak sia-sia sih. 10 juta keluar." Siska dengan bangga memamerkan keberhasilannya.

"Buset deh. Mantep banget Sis. Ah, sayang Om Heru gak mau sama gue. Coba mau sama gue," kata Dessy.

"Lu sih, kemaren bau ketek. Jadi Om Heru yang royal itu kapok sama lu!"

"Sialan lu!"

Siska tertawa dengan Desy yang marah padanya. "Om Heru ngadi-ngadi. Dia emang lagi pengen tidur sama lu!"

"Ya iyalah. Gue mah goyangannya mantep," kata Siska sambil menggerakkan bokongnya.

Obrolan Siska dan Desi itu membuat Fiona hanya menggelengkan kepala sambil fokus menata botol minuman serta gelas dan es yang berada di nampannya untuk dia antarkan pada kamar nomor 42 sesuai dengan apa yang di titahkan oleh Merry.

DI NODAI PAPA TEMANKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang