Terciduk.

989 116 48
                                    

Di sekolah Aurora.

Aurora memasuki kelas dengan senyum cerah diwajahnya, Rami dan Chiquita yang melihat itu sangat bingung, tumben sekali pagi-pagi begini wajah Aurora sudah terlihat sangat cerah. Biasanya anak itu selalu menunjukkan wajah menyebalkan nya kepada semua orang.

"Cerah banget tuh muka, kek habis menang lotre." Ucap Rami jahil saat Aurora baru saja mendudukkan dirinya di kursi nya.

"Ini jauh lebih berharga dari sekedar menang lotre, Sayang." Aurora menjawab ucapan Rami, gadis itu tidak juga melunturkan senyuman nya sama sekali.

"Idih idih najis, apaan si lo nyet, sayang.. sayang." Rami geli sendiri mendengar kalimat itu keluar dari mulut Aurora.

"Ahahaha sial, najis banget si lo, Ra." Chiquita pun tertawa, ikut geli mendengar kalimat Aurora.

"Lo berdua diem deh! Jangan rusak mood gue." Aurora tidak terima mendengar ucapan kedua sahabatnya, mengganggu kebahagiaan nya saja si.

"Ck, kenapa si nih anak setan. Mood nya gak jelas banget, Shiballl!" Ingin sekali rasanya Chiquita menjitak kepala Aurora, namun Ia tidak akan melakukan itu, Chiquita tidak ingin dirinya terkena amukan titan. Jika dirinya merusak suasana hati Aurora pagi ini.

"Makanya kasih tau, kenapa bisa lo keliatan bahagia banget hari ini? Tumben banget tau gak." Rami kepo sekali rasanya, pasti ada sesuatu yang tidak beres yang terjadi pada Aurora.

Aurora kembali mengingat kejadian yang terjadi saat Ia segera bergegas berangkat ke sekolah. Ahyeon pagi ini tidak mengalami morningsick, jadi Aurora dengan leluasa mendapatkan banyak morning kiss dari Ahyeon.

Aurora jadi senyum-senyum sendiri kembali mengingat moment yang terjadi pagi tadi bersama Ahyeon.

"Udah gila deh kayak nya temen lo itu, Ram." Ucap Chiquita menggelengkan kepalanya, saat melihat Aurora kembali senyum-senyum sendiri. Chiquita menyerah menghadapi seorang Aurora.

"Hahaha.. Biarin, si Chik. Mungkin dia emang lagi bahagia, iri aja lo." Ucap Rami membela Aurora. Sedangkan si tokoh utama yang menjadi perbincangan hangat di antara kedua sahabatnya masih sibuk sendiri dengan dunianya.

"Yeee.. pala lo, siapa juga yang iri." Protes Chiquita tidak terima.

"Berisik banget si kalian berdua, ganggu aja deh. Gue tuh bahagia banget pagi ini." Protes Aurora, gadis itu merasa terganggu dengan keberisikkan kedua sahabatnya.

"Yeeee.. makanya kasih tau nyet, lo bahagia kenapa." Chiquita yang tidak tahan lagi pun memukul kepala Aurora dengan novel yang saat ini Ia pegang.

"Sakit, Chiki. Lo kebiasaan banget si mukul kepala gue terus. Ketularan Ahyeon ya lo lama-lama." Aurora mengusap-usap kepalanya.

Ngomong-ngomong soal Ahyeon, Chiquita jadi merindukan gadis itu.

"Oh iya, gimana kabar Kak Ahyeon?." Tanya Chiquita tiba-tiba excited. "Kemarin juga kenapa Lo gak masuk?." Lanjutnya bertanya.

"Pagi ini Ahyeon baik-baik aja si." Jawab Aurora. "Kemarin tuh yang gak baik-baik aja." Jelas Aurora.

"Kenapa?." Kini Rami lah yang bertanya.

"Kemarin gue gak masuk karena, Ahyeon muntah-muntah terus, gak tega kalau harus gue tinggal ke sekolah. Jadi gue coba ajak Ahyeon jalan-jalan. Mungkin Ahyeon membutuhkan udara segar." Jelas Aurora. Aurora tidak menceritakan bagian penting kepada kedua sahabatnya kalau kemarin sebenarnya Ia meminta Ahyeon untuk menjadi kekasih nya.

"Duh kasian banget si, Kak Ahyeon." Chiquita menatap khawatir wajah Aurora. "Gue kangen banget sama Kak Ahyeon, deh. Please Ra, izinin gue buat jenguk Kak Ahyeon ya hari ini." Chiquita meminta izin kepada Aurora, bahkan Chiquita memohon kepada Aurora. Agar dirinya mendapat izin dari sahabatnya untuk menjenguk Ahyeon, Chiquita sudah sangat merindukan wanita itu.

Lowkey [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang