27. Silent Heartbreak

1.4K 166 57
                                    


Pagi itu, Aurora memasuki kelas dengan senyum cerah yang menghiasi wajahnya. Tatapan matanya berbinar, langkahnya ringan, dan aura kebahagiaan begitu jelas terpancar darinya. 

Rami dan Chiquita yang sudah lebih dulu duduk di tempat mereka hanya bisa saling bertukar pandang, kebingungan. Tumben sekali Aurora terlihat begitu bersemangat pagi-pagi begini. Biasanya, gadis itu selalu datang dengan ekspresi malas dan sikap menyebalkannya yang khas—acuh tak acuh terhadap dunia sekitarnya. 

Namun hari ini berbeda. 

Ada sesuatu dalam ekspresi Aurora yang membuatnya tampak lebih hidup. Ada kebahagiaan yang sulit disembunyikan. Dan bagi dua sahabatnya yang mengenalnya dengan baik, ini adalah sesuatu yang patut dicurigai. 

"Cerah banget tuh muka, kayak abis menang lotre," ucap Rami dengan nada jahil saat Aurora baru saja duduk di kursinya. 

Aurora meliriknya sekilas, lalu tersenyum semakin lebar. "Ini jauh lebih berharga dari sekadar menang lotre, sayang."

"Ih, najis! Apaan sih lo, panggil sayang-sayang segala," Rami merinding sendiri mendengar kata-kata mesra itu keluar dari mulut Aurora. 

"Ahahaha! Sial, jijik banget Ra!" Chiquita pun ikut tertawa, geli mendengar percakapan mereka. 

Aurora mendengus kesal. "Lo berdua diem deh! Jangan rusak mood gue."

"Ck, kenapa sih nih anak? mood-nya gak jelas banget!" Chiquita berdecak, ingin sekali menjitak kepala Aurora. Tapi dia tahu itu ide buruk—risiko terkena amukan titan besar kalau dia sampai mengganggu kebahagiaan Aurora pagi ini. 

"Makanya kasih tahu, kenapa lo bisa kelihatan bahagia banget hari ini? Tumben, tahu gak," tanya Rami, semakin penasaran. 

Aurora terdiam sesaat, pikirannya kembali melayang ke kejadian pagi tadi. Saat ia hendak berangkat ke sekolah, Ahyeon tidak mengalami morning sickness seperti biasanya. Hal itu memberi Aurora kesempatan untuk mencuri banyak morning kiss dari kekasihnya tanpa gangguan. 

Tanpa sadar, senyum kembali mengembang di wajahnya. 

Chiquita menghela napas panjang, menatap Aurora dengan tatapan putus asa. "Udah gila deh kayaknya temen lo ini, Ram," katanya sambil menggelengkan kepala. 

Rami terkekeh. "Haha… Biarin aja, Chik. Mungkin dia emang lagi bahagia. Lo iri ya?"

"Yee, pala lo! Siapa juga yang iri?" Chiquita langsung protes. 

Aurora yang sejak tadi tenggelam dalam pikirannya akhirnya menghela napas dan menatap kedua sahabatnya. "Kalian berisik banget sih, ganggu aja. Gue tuh bahagia banget pagi ini!

"Ya udah, kasih tahu kenapa, makanya cepet" desak Chiquita tak sabar, lalu tanpa basa-basi memukul kepala Aurora dengan novel yang sedang dipegangnya. 

"Aduh, sakit, Chiki!" Aurora mengusap kepalanya dengan wajah cemberut. "Lo kebiasaan banget sih mukul kepala gue terus. Ketularan Ahyeon ya, lama-lama?" 

Mendengar nama itu disebut, Chiquita justru tersenyum kecil. Diam-diam, ia merindukan sosok Ahyeon. 

"Oh iya, gimana kabar Kak Ahyeon?" tanyanya tiba-tiba dengan nada excited. "Terus, kemarin lo kenapa gak masuk?"

Aurora meliriknya sekilas sebelum menjawab, "Pagi ini Ahyeon baik-baik aja, kok."

"Kemarin?" Kini Rami yang bertanya. 

Aurora menghela napas pelan, memilih kata-kata yang tepat. "Kemarin gue nggak sekolah karena Ahyeon muntah-muntah terus. Nggak tega kalau harus ninggalin dia sendirian, jadi gue ajak dia jalan-jalan. Karena dia pasti butuh udara segar."

Lowkey.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang