Siang harinya, Rhea bersiap untuk pergi ke desa Minami. Perjalanan dari rumah nya hingga ke desa Minami memakan waktu cukup lama, mengingat ia tinggal di bagian hutan yang sangat dalam.
Dengan setelan dress tipis berwarna biru muda, tak lupa sabuk yang sudah di lengkapi belati dan beberapa botol potion, tas berisi bekal makanan dan juga uang tak lupa ia bawa. Sisanya hanya tinggal memakai jubah perjalanannya saja.
Rhea pun memulai perjalannya menuju desa Minami.
Sesekali ia bertemu dengan hewan penghuni hutan, mulai dari yang jinak hingga yang buas. Untung saja tidak ada yang menyerangnya. Ini salah satu alasan nya pergi di siang hari, penghuni hutan ini kebanyakan adalah hewan yang aktif di malam hari, sehingga cukup aman untuk berjalan seorang diri di tengah hutan saat siang hari.
Tiga puluh menit berjalan kaki, masih tidak ada yang berubah. Pepohonan lebat menghiasi jalan, cahaya matahari mengintip dari sela-sela dedaunan pohon. Banyak serangga maupun hewan-hewan kecil berlalu lalang. Rhea melanjutkan perjalannya dalam kesunyian.
Tak tak tak...
Suara langkah kaki kuda terdengar dari kejauhan. Rhea yang menyadari suara itu semakin mendekat, segera bersembunyi di balik salah satu batang pohon.
Tiga orang dengan baju zirah menunggangi kuda mereka masing-masing. Sepertinya mereka prajurit dari kerajaan, Rhea melihat sekilas emblem kerajaan di kalung kuda yang mereka tunggangi.
"Kalian berdua telusuri bagian hutan ini, aku akan mencari di bagian yang lebih dalam." Ucap salah seorang prajurit, sepertinya ia merupakan pimpinan tim ini.
"Baik." Dua prajurit lainnya menjawab patuh.
Tak berapa lama mereka pun berpencar sesuai perintah sang ketua. Dirasa mereka sudah pergi cukup jauh, Rhea keluar dari persembunyiannya.
"Apa yang mereka lakukan di sini? Tumben sekali prajurit kerajaan berada di dalam hutan yang cukup dalam seperti ini." Rhea sedikit termenung, memikirkan hal tak biasa ini.
Tak mau ambil pusing, Rhea pun bersikap acuh tak acuh, dan melanjutkan perjalannya.
∞∞∞
Merasa sudah berjalan cukup lama, Rhea beristirahat sebentar di tepi sungai yang ia lewati. Ia beristirahat sambil membuka bekalnya. Terlihat dua buah nasi berbentuk bulat sebesar kepalan tangan, dengan isian daging Usavire panggang dan saus yang ia racik sendiri. Meskipun sudah di simpan beberapa jam, ketika lapisan kertas yang membungkus nasi itu di buka, terlihat asap tipis mengepul menguarkan aroma lezat menggugah selera.
Rhea pun makan dengan lahap sambil diiringi suara gemericik aliran air sungai. Baru saja akan memakan suapan keduanya, tiba-tiba terdengar suara seseorang memanggil dirinya.
"Kau yang disana." Suara berat yang sedikit menyentak itu mengagetkan Rhea.
Rhea berbalik dan mendapati salah satu prajurit yang tak sengaja ia temui tadi sedang berjalan menuju kearahnya.
"Apa yang kau lakukan di tengah hutan seperti ini sendirian?" Prajurit itu bertanya dengan aura mengintimidasi.
Sayangnya itu tidak berpengaruh untuk Rhea. Dengan santai Rhea menunjukkan isi tas nya, "Saya baru saja selesai mencari tanaman obat dan beristirahat sebentar disini." Jawab nya tenang.
Prajurit itu melihat sekilas ke dalam tas Rhea. Memang benar terdapat tanaman obat yang baru di petik di dalam sana.
"Jika sudah selesai cepatlah pulang, berbahaya di sini sendirian." Masih dengan tatapan curiga prajurit itu memperingati Rhea.
"Setelah ini saya memang berniat untuk segera pulang." Rhea mengangguk singkat dan menjawab tenang.
Tanpa mengatakan sepatah katapun prajurit itu berbalik dan melangkah menjauh meninggalkan Rhea.
KAMU SEDANG MEMBACA
EIEN
FantasyRhea seorang gadis yang terlahir dalam garis keturunan bangsa Eien. Seperti namanya seluruh keturunan bangsa ini di karuniai sebuah kelebihan yaitu, keabadian. Dari pada kelebihan, mungkin lebih cocok di sebut sebagai kutukan. Setidaknya itu yang se...