𝗦𝗲𝗹𝗳𝗶𝘀𝗵

339 25 13
                                    

"Huh, akhirnya selesai."

Berkacak pinggang, pemuda ber-apron biru itu menatap puas hidangan yang baru saja disajikannya di atas meja makan. Merasa jika salah satu tugasnya telah selesai, ia menghembuskan nafas lega.

Tersenyum, ia merasa jika beban di pundaknya sedikit berkurang sekarang. Namun, kelegaan itu tak berlangsung lama saat ia teringat suatu hal.

Dengan cepat ia menoleh ke arah kiri, matanya sontak membulat saat melihat jika jam di dinding itu sudah menunjukkan pukul enam pagi lebih sepuluh menit.

"Ji!." Ia sedikit berteriak seraya berjalan cepat ke arah lantai dua, setelah sebelumnya ia menutup hidangan yang ia buat.

Cklek-

Memasuki kamar yang menjadi tujuannya, ia kemudian menghampiri jendela dan membuka seluruh gordennya, ia pun membuka jendela itu untuk menjadi akses masuknya udara.

Menghampiri nakas di samping ranjang, ia kemudian mematikan lampu tidur di sana. Selesai dengan itu, ia pun mengambil remote AC untuk mematikan benda tersebut.

"Ji?." Kini, Han beralih pada ranjang untuk membangunkan pemilik kamar. Menyingkap selimut dan menepuk anak yang masih memejamkan mata itu, ia terus memanggil berusaha membangunkan.

"Ji, ayo bangun, Kau harus pergi ke sekolah hari ini."

"Eunghh..."

"Wake up, Ji."

Anak itu membuka mata, sekejap kemudian ia mengerjapkannya saat cahaya di sekitarnya terasa menusuk. Ia sedikit merengek, membuat Han langsung menenangkannya.

Si anak pun mendudukkan diri kemudian berdiam untuk mengumpulkan nyawa dan juga semangatnya. Han sendiri membiarkan, ia hanya perlu menunggu untuk beberapa saat sekarang.

Beberapa menit sudah berlalu, dan Han segera menyudahi kegiatan pagi si anak. "Sudah cukup. Sekarang, Kau harus mandi dan pergi ke sekolah. Ayo."

Han mengangkat anak laki-laki itu ke dalam gendongannya dan membawanya ke kamar mandi. Dengan telaten, ia memandikan anak itu dan memakaikannya seragam sekolah.

"Nah, Ji sudah menggemaskan sekarang."

Seraya menepuk pelan pucuk kepala si anak, Han berujar seraya tersenyum manis.

Si anak tampak menautkan kedua alisnya tak terima. "Aku tampan, bukan menggemaskan!."

Han terkekeh. "Iya, Ji tampan, tidak menggemaskan."

"Tentu saja, Aku tampan seperti Daddy!."

Mendengar kata 'Daddy', Han teringat sesuatu, ia ingat jika ia belum membangunkan pria itu. 'Aishh, shibal!.' Han memutar otak, mencari cara untuk membangunkan pria itu tanpa perlu bertemu. Hey, tentu saja ia enggan dimarahi!

Menatap anak di depannya, ia terus berpikir, hingga beberapa saat kemudian ia tersenyum saat otaknya menemukan jalan keluar.

"Apa Ji ingin melihat Daddy? Sepertinya Daddy belum bangun sekarang."

"Membangunkan Daddy? Let's go!." Si anak tersenyum dan berujar penuh semangat, berhasil membuat Han langsung tersenyum lega.

"Jika Ji ingin membangunkan Daddy, Paman akan membereskan kamar Ji di sini, setuju?."

"Setuju!."

"Setelah Daddy bangun, katakan padanya untuk segera bersiap-siap dan turun ke ruang makan untuk sarapan, mengerti?."

"Em! Ji mengerti!."

"Anak pintar." Han sedikit mengusak rambut hitam si anak, membuat si anak merengut kesal. Namun, Han segera mengatasi itu dan anak itu pun kembali tersenyum.

𝗢𝘂𝗿𝘀 | Oneshots of Han JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang