𝗥𝗲𝘃𝗲𝗻𝗴𝗲

293 20 5
                                    

- Aetherlyn, Wispwood Kingdom, Veilstead Empire, 14xx -

Wooshh-!

"Hey!."

"Hhaahhaa--

Splash-!

--Hey!."

"Kau yang memulainya!."

"LYNN!."

Kegaduhan yang dibuat oleh anak-anak membuat suasana sore di tanah Aetherlyn menjadi bertambah hangat. Tidak ada dingin ataupun panas di sini, hanya ada hangat dan kehangatan.

Setiap orang yang menyaksikan pasti akan merasakan perasaan hangat, dan bibir masing-masing pasti akan dengan sendirinya tertarik ke atas untuk membuat senyuman.

Di sini, di tanah Aetherlyn yang terletak di Kerajaan Wispwood, Kekaisaran Veilstead, Kamu hanya akan menemukan kehangatan, bukan hanya karena udara dan lingkungan, tapi juga karena penduduknya.

Tetapi walau begitu, tak banyak orang yang mau tinggal atau berkunjung ke sana. Orang-orang sudah terlanjur termakan cerita jika tanah Aetherlyn adalah tanah para penyihir, dan sihir adalah hal yang tabu bagi mereka.

Penduduk Aetherlyn tak menyangkal, karena memang benar begitu adanya, mereka yang tinggal di sana hampir semuanya adalah penyihir--tidak, lebih tepatnya adalah orang yang bisa dan memiliki kekuatan magis.

Mereka tak tersinggung, bahkan saat orang luar menjauhi dan mengasingkan mereka. Mereka tahu, mereka tidak bisa terlalu dekat dengan manusia biasa karena tidak ingin kekuatan mereka menyebabkan hal buruk nantinya.

Karena itu lah, penduduk Aetherlyn jarang bersosialisasi dengan penduduk Kerajaan lainnya. Meski begitu, mereka tidak merasa sepi, karena mereka bisa dan selalu menciptakan kehangatan di daerah mereka sendiri.

"Paman! Grizz mengejarku!."

Seorang anak perempuan berpakaian merah mengadu dengan sedikit jeritan pada pemuda yang tengah berjalan seraya menenteng sebuah topi di tangan kanannya.

Anak perempuan itu bersembunyi di belakang tubuh si pemuda dan memegang erat pakaian yang dipakainya. "Paman, tolong Aku..," mohonnya seraya menarik-narik pakaian yang dipakai si pemuda.

Si pemuda tampak terkejut, namun kemudian ia menghela nafas mencoba menerima keadaan. Berbalik seraya mengalihkan topi pada tangan kirinya, ia pun berjongkok kemudian mengusap rambut si anak.

"Di mana temanmu itu sekarang?," tanyanya berusaha untuk tidak memihak. Di sini ia adalah pihak yang tidak tahu apa-apa, jadi ia harus bersikap netral.

"Hey, pendek!."

Baru saja anak perempuan itu akan menjawab, suara lain sudah lebih dulu menginterupsi. Berbeda dengan si pemuda yang langsung menoleh ke arah datangnya suara, si anak perempuan malah menyembunyikan diri.

"Paman..," lirihnya seraya berusaha menyembunyikan wajah.

"Apa Kau yang mengejar anak ini?." Si pemuda berdiri dan berbalik, ia pun menatap si anak laki-laki yang sudah berada di depannya.

Anak laki-laki itu langsung menunjuk anak perempuan yang masih setia bersembunyi seraya sedikit mengintip itu dengan kesal. "Dia menumpahkan minuman pada gambarku dengan sihirnya! Bukankah itu salah?."

"Kau yang memulainya! Kau mengotori gambar bagusku menggunakan tanah dengan sihirmu! Aku tidak akan mencubit jika Kau tidak mencubit terlebih dahulu, karena Aku bukan orang gila!."

Anak perempuan itu tiba-tiba keluar dari persembunyiannya seraya menyahut tak terima. Si pemuda langsung menghembuskan nafas, ia pun memperhatikan mereka dalam diamnya.

𝗢𝘂𝗿𝘀 | Oneshots of Han JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang