1

145 11 0
                                    

Pagi itu menjadi hari yang paling shani benci, mengapa? karena ia bukan lagi menjadi anak satu satunya dari keluarga Laksani, papahnya menikah lagi setelah ibu kandungnya mengidap penyakit kejiwaan yang mengharuskannya untuk tinggal di rumah sakit jiwa.



"Lo ngapain di kamar gua, lo pilih keluar sendiri atau gua seret ?! "

" Oh, jadi ini kamar lo ya? tapi gua dah nyaman disini, kenapa ga lo aja yang keluar?"

"Lo yang pilih ya gausa salahin gua"

"Arghhh, gila ya lo?! gimana kalo rambut gua rontok, kasar banget si jadi cewe lo shan"

"Eh, gua dah ngomong baik baik ya aninditha, tapi lo milih buat ga baik baik, emang lo kek binatang aja yang harus di kasarin dulu baru nurut! "

Ya, mereka adalah Shani dan Anin yang baru saja menjadi saudari tiri.

"Gua cepuin kelakuan lo ke papah abis lo shan" ucap Anin

"Lo pikir gua takut? cepuin sekarang kita liat papah bakal bela siapa, toh gua anak kandung nya" balas Shani menantang

Melihat itu Anin langsung pergi keluar dari kamar shani dan menuju ruangan papah nya.

"Selamat menikmati hukuman Shani"




====================================

Matahari mulai mengganggu tidur seorang wanita yang sedang tertidur pulas, dengan wajah lebam dan mata yang sembab, Shani.

Shani tidak menyangka jika papahnya sekarang berada di pihak anin entah apa yang anin bicarakan kemarin kepada papah nya sehingga papah nya menjadi seperti iblis yang tidak ada hati.

Dengan kondisi fisik yang kurang fit ia tetap harus berangkat sekolah karena sebentar lagi ujian akhir semester, papah nya termasuk orang tua yang menuntut nilai sempurna. jika tidak mendapat nilai sempurna bisa bisa luka di wajahnya bertambah lagi.



"Lo telat ya? kalo lo diem aja disini yang ada ketauan anak osis terus di hukum, ayo ikut gua deh" ucap seorang pemuda yang baru saja sampai di depan gerbang sekolah, ya dia telat di karena kan kemacetan kota jakarta

" Nah, lo bisa manjat ga gua pegangin ni tangga terus lo loncat ya ke dalem" ucapnya lagi

"Modus ya lo?! dasar mesum pasti mau ngintip kan!" balas seorang wanita yang menjadi lawan bicara pemuda tadi

" Ngga, gua hadep sana deh percaya sama gua ya?" balas pemuda itu lagi

Namun, wanita itu terlihat ragu ragu untuk naik

" Nama gua gracio anak XI ips 3, kalo gua macem macem laporin aja"

Shani hanya diam mendengar nama tersebut, Gracio bukan lah orang asing baginya namun ada hal lain yang membuatnya diam.

"Ayo, Shan! lo gabisa naiknya ya?"

Shani tidak menjawab pertanyaan Gracio, dia memilih untuk menaiki tangga dan masuk kedalam sekolah.

Sayang sekali mereka terlalu lama memakan waktu yang akhirnya berujung di hukum hormat kepada bendera di panas terik pada hari itu.

"Lo masi kuat shan? udahan aja lo pucet banget"

Gracio mengawali percakapan di karena kan Shani terlihat sangat pucat, ia khawatir Shani jatuh sakit apalagi ia sedikit salah fokus dengan luka memar di wajahnya.

"Kita ke uks aja ya shan? lo pucet banget gua khawatir" Gracio yang semula berada di samping shani kini pindah dan berhadapan dengan wajah shani yang semakin pucat, setidaknya ia membantu agar sinar matahari tidak mengenai Shani saat ini pikirnya.

About youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang