13. Tears in Heaven

53 7 0
                                    

Minho meraih jaketnya asal dan memakainya sambil berlari keluar rumah. Tadi, ia menerima telpon dari Rachel, gadis itu bilang, bahwa ia sudah memberitahukan tentang semua yang terjadi pada Seungwan. Tentang, bagaimana Felix.

Tidak ada taxi atau bus pada jam itu. Sudah telalu larut, sehingga Minho memilih untuk berlari secepat yang kakinya bisa. Jarak rumah Seungwan tidak jauh, tetapi juga tidak dekat. Ia berjalan kaki untuk menjemput Seungwan kalau sesekali mereka pergi keluar dahulu. Jadi, ini bukan apa-apa.

Detak jantungnya terpacu cepat, bukan karena sedang berlari, tetapi karena ia begitu risau.

Ia berhenti saat sampai di depan Kedai Seo. Rachel bilang, Seungwan ada disana. Minho menyapu pandangan ke seluruh ruangan, tetapi tidak ada.

"Paman, apa Seungwan tadi kesini?"

Pak Seo yang sedang membersihkan salah satu meja itu sedikit terkejut dengan kehadiran Minho.

"Oh, Minho-ya! Gadis berambut pendek itu? Dia pergi baru saja."

Tanpa berucap apa-apa, Minho lantas langsung pergi terburu-buru keluar kedai. Seungwan pasti masih di sekitar sini, pikirnya. Ia merasa begitu takut sesuatu terjadi padanya karena sudah pasti Seungwan akan minum banyak.

Minho menelusuri taman bermain yang ada di dekat sana. Batapa ia merasakan jiwanya kembali utuh memasuki raganya, kelegaan yang luar biasa saat melihat Seungwan duduk di salah satu ayunan, kepalanya tertunduk menatap tanah.

Minho mendekatinya dengan berlari lagi.

Seungwan menatapnya penuh tanya saat Minho sampai didepannya. Pria itu berdiri dengan tangan di pinggang, napasnya terengah-engah. Ia terlihat memejamkan matanya dan menghirup udara dalam-dalam.

"Apa kau dikejar sesuatu?" Seungwan menoleh ke belakang.

Minho menatapnya nanar. Seungwan tidak menangis seperti dugaannya. Gadis itu juga terlihat sadar sepenuhnya, tidak mabuk. Apa ini?

"Kau bertemu Rachel Nuna?"

"Eung," Seungwan mengangguk sekali, tetapi tanpa ekspresi yang berarti.

"Bisa dorongkan ayunannya untukku?"

Minho pun menuruti permintaannya walau dilanda seribu pertanyaan. Sudah lewat sepuluh menit dia melakukan itu, hingga akhirnya berani buka suara.

"Kau baik-baik saja?"

"Aku baik-baik saja."
Minho terdiam lagi, ia banyak berpikir sebelum akhirnya memberanikan diri berkata,

"Maafkan aku, aku menyembunyikannya darimu."

"Aku sudah tau," kata Seungwan membuat Minho menahan ayunan itu, sehingga tidak bergerak lagi.

Lantas Seungwan menoleh ke arahnya dengan dramatis.

"Kenapa berhenti? Dorong lagi!"

"Apa maksudmu kau sudah tau?" Minho bertanya dengan perasaan yang campur aduk.

Lalu, Seungwan menarik napas dalam-dalam seolah bersiap-siap menceritakan hal yang panjang dan rumit.

"Yah, aku ini memang tidak terlalu peka, tapi aku tidak bodoh juga."

Flaschback on

Waktu itu, hari yang berawan, tetapi cerah. Seungwan ingat waktu itu masih musim panas menuju musim gugur. Cuaca tidak terlalu terik dan udara terasa sejuk. Jadi, Felix mengajaknya untuk sekedar jalan-jalan di sekitar Sungai Han. Namun, tidak seperti biasanya, Felix waktu itu datang terlambat. Pemuda itu selalu tepat waktu bahkan datang lebih awal selama ini.

Tears In Heaven (Bromance & Romance)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang