7 - Kalung Hadiah

132 10 0
                                    


"Ketakutan itu sudah menjadi teman terbaikku meskipun ancaman itu tidak ada di sekitarku."

***

Di atas bukit pada malam hari yang dipenuhi dengan kerlipan bintang, dua anak manusia tengah berbaring di atas rerumputan yang dilapisi karpet hitam yang telah disewa.

Sudah hampir satu jam mereka bertahan pada posisinya memandang langit malam yang begitu terasa damai dan nyaman, tidak ada suara yang keluar dari bibir mereka masing-masing. Hanya terdengar angin sepoi-sepoi juga beberapa tawa dari manusia lain yang berada di tempat yang sama dengan mereka.

Dalam diam, pikiran mereka sama-sama berperang. Bagaimana caranya memulai dan bagaimana caranya mengakhiri hal yang baru saja akan mereka bangun.

Kalaya—gadis berhoodie babyblue yang terlihat kebesaran dengan ripped jeans di tubuhnya itu menoleh ke kanan dan menatap sosok laki-laki berparas tampan yang baru saja menghubunginya tiga jam yang lalu.

"Sean?"

Cowok dengan hoodie navy itu menoleh dengan raut wajah penuh tanya. Senyumnya terbit di sana, senyum yang pernah membuat Kalaya jatuh cinta pada pandangan pertama dan mungkin akan selalu menjadi alasan Kalaya jatuh cinta.

"Kenapa?" Tanyanya masih dengan senyum yang tidak luntur.

Kalaya ikut tersenyum—lebih tepatnya tersipu, dan hal tersebut tertangkap oleh Sean hingga membuat kekehan kecil keluar dari bibir tebal cowok itu.

"Jadi, alasan Sean ngajak Kala ke sini untuk apa?" Tanya Kalaya pada akhirnya.

Sean terdiam sejenak masih dengan menatap Kalaya, lalu cowok itu mengalihkan pandangan dengan kembali menatap langit-langit di atasnya.

"Mau ngomongin tentang kita," jawab Sean yang membuat jantung Kalaya memompa lebih cepat.

"Tapi sebelum itu, gue mau tau apa alasan lo ngasih gue flashdisk yang isinya lo nyanyi satu lagu buat gue?"

Kalaya terdiam sejenak sebelum akhirnya bersuara. "Sean, menurut Sean Kala sama enggak sama mereka?" Kalaya balik bertanya dan hal tersebut membuat Sean yang mengerti langsung terkekeh pelan.

"Kalau lo sama kayak mereka, lo gak akan di sini sama gue."

"Jadi...?"

Sean menoleh pada Kalaya dan kini ia sudah memiringkan tubuhnya dengan menopang kepalanya menggunakan tangan kirinya. "Scarletta... lo suka sama gue?"

Kalaya mengerjap dan mengangguk lugu. Hal itu membuat Sean terkekeh pelan.

"Sesuka apa?" Sean mengulurkan tangan kanannya untuk merapikan rambut Kalaya yang berterbangan karena angin.

"Kala gak bisa jelasin, tapi Kala suka liat Sean senyum, Kala suka liat Sean ketawa, Kala suka liat Sean yang ramah, pokoknya Kala sesuka itu sama Sean!" Pekik gadis berbando putih itu riang.

Sean hanya tersenyum kemudian menanggapinya dengan mengelus pipi gadis itu pelan.

"Lo tau gak? Setiap hal yang kita rasain pasti selalu ada sebab, akibat, bahkan risiko yang harus ditanggung?"

Kalaya mengangguk sambil mendengarkan.

"Sama seperti ketika lo suka sama gue, Scarletta."

"M-maksudnya? Perasaan Kala juga ditolak sama Sean?" Tanya gadis itu berubah muram. Sean lagi-lagi terkekeh pelan.

"Apa lo bisa cinta sama gue tanpa gue balas?"

KALASEANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang