Halo para readers setia! di ceritaku sebelumnya belum ada ya yang namanya 'prolog' ? nah! sekarang di cerita kedua saya ada nih prolognya.
Semoga kalian suka ya, maaf kalau paragraf atau kalimatnya kurang nyambung dan maaf masih banyak typo menebar dimana mana🙏🏻.
Semoga kalian terhibur...
•
•
•
•
•
Perempuan buruk rupa itu sudah sangat membuatnya muak dengan sikap yang tidak waras dan membuat dirinya rasa ingin menjauh. Vatdzriek sudah sangat jengkel dan ia merasa sangat malu dengan tingkah dan perkataan dari perempuan cupu serta culun itu yang menyatakan perasaannya kepadanya. Benar benar memalukan!
“Ngapain cewe jelek kaya lo suka sama gue? gue kasih tau lagi ya ke lo, jangan pernah ada rasa sama gue! mau sampai kapanpun gua nggak akan pernah suka balik sama lo! paham? dimana harga diri Lo? sadar diri! nggak usah kepedean! sudah jelek,item,dekil,pendek pula. Apa yang harus gue kagumin dari lo? nggak ada!” bentak Vatdzriek.
Suara bentakan Vatdzriek bergemuruh sampai seisi ruangan di kantin itu, dari sekian banyaknya siswa di kantin itu, tidak ada satupun orang yang peduli dengan keadaan Vena.bSemuanya hanya menonton seenaknya. Ada yang merasa kasian, ada yang biasa saja dan ada juga beberapa orang yang mendukung Vatdzriek.
Mata Vena mulai berkaca kaca, genangan air murni di matanya sudah tak sanggup ia tahan lagi. Rasanya hatinya sudah sangat hancur berkeping keping dan telah pecah retak bagaikan gelas kaca yang jatuh ke lantai. Pecah belah tak tersisa.
“Kenapa lo? nangis? yaudah nangis aja. Nangis sekencang-kencangnya! jadilah orang yang paling menyedihkan!”
Vena tidak dapat berkata-kata lagi, rasanya begitu sangat sakit, mendengar gelombang suara tinggi yang keluar dari mulut tajam dari seorang lelaki itu membuat tubuhnya guncang,dadanya terasa sangat sesak, di permalukan di depan umum oleh banyaknya siswa yang menonton ia di perlakukan tidak adil oleh Vatdzriek.
Vatdzriek sangatlah keterlaluan. Seharusnya ia tidak perlu berbicara sampai seperti itu.
Air mata tidak bisa berbohong, mutiara indah milik vena pun mulai menyentuh pipinya yang lembut itu. Rasanya ia sudah tidak kuat untuk tahan tangis terus.Dia juga berhak sedih dan patah hati karena dia manusia.
Semua siswa masih sama, tidak ada yang peduli, hanya jadi penonton saja. Mereka menganggap bahwa pertengkaran antara vena dan Vatdzriek adalah sebuah drama yang baru.
“Nangis lo? drama banget!” Vatdzriek tersenyum penuh kejahatan.
Vatdzriek mendekatkan wajahnya ke wajah Vena dan mengangkat dagu Vena yang tengah menunduk nangis itu dengan sedikit kasar.
“Perempuan kaya lu nggak pantes nangis, caper!” ucapnya di hadapan wajah Vena seraya meludah dan memberikan tatapan yang tajam kepada Vena.
Tak lama kemudian,Mellysa datang dan tanpa perhitungan ia langsung menendang dari arah samping kanan pinggang Vatdzriek.
Saat ia tahu kalau sahabatnya itu sedang di perlakukan tidak adil terhadap harga dirinya oleh lelaki yang memiliki hati berdarah hitam itu.
Bug!
Tendangan Mellysa begitu kuat, sehingga membuat Vatdzriek terkejut dan menjerit kesakitan. Tidak hanya ia, tetapi orang-orang yang berada di sana pun ikut terkejut dan jantungnya serasa ingin lepas setelah mendengar tendangan keras yang mengarah ke arah Vatdzriek.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAMENTACIONS✔️
Teen FictionManusia memiliki sifat yang beragam, terutama dalam hal menghargai, hanya sedikit saja orang yang membiasakan adab terutama adab menghargai. Itupun hanya bagi mereka yang benar-benar memakai otaknya untuk berpikir. ••• Novel ini menceritakan tentang...