2

81 8 6
                                    

Pagi itu, sinar matahari menerobos melalui tirai kamar, membelai wajah Ino yang perlahan membuka matanya. Ia mengerjap beberapa kali, berusaha menyesuaikan diri dengan cahaya yang memenuhi ruangan. Kepalanya terasa sedikit berat, dan tubuhnya masih lelah. Ia menoleh ke samping, mencari Sasuke, tetapi tempat tidur di sebelahnya kosong.

"Di mana dia?" gumamnya pelan, masih setengah mengantuk.

Ino mendengar suara air mengalir dari kamar mandi. Ia menghela napas lega, merasa sedikit lebih tenang. Pikirannya masih mencoba mengumpulkan ingatan dari malam sebelumnya. Ia menggerakkan tubuhnya untuk duduk, namun langsung terkejut saat melihat bekas bercak merah yang banyak di area dadanya, mengingatkan pada jejak-jejak ciuman Sasuke. Tubuhnya yang polos tanpa sehelai benang pun membuatnya buru-buru meraih selimut dan membungkus dirinya. Pipi Ino memanas, merasa malu pada dirinya sendiri.

Tiba-tiba, suara bel pintu apartemen terdengar nyaring, mengagetkannya. "Siapa pagi-pagi begini?" gumam Ino, sedikit panik.

Ia cepat-cepat meraih pakaian yang tergeletak di lantai, memakainya asal-asalan. Kemeja kebesaran Sasuke yang ia kenakan malam tadi menutupi sebagian besar tubuhnya. Dengan terburu-buru, ia melangkah ke pintu, membuka kunci dengan tangan gemetar.

Di depan pintu, berdiri dua orang polisi, wajah mereka serius namun netral. Salah satu dari mereka, pria dengan kumis tipis, langsung berbicara. "Selamat pagi, Nona. Kami dari kepolisian. Kami ingin meminta keterangan," katanya tegas.

Ino terkejut dan merasa cemas. “Apa yang terjadi?” tanyanya gugup. "Apakah ada sesuatu yang salah?”

Pria polisi yang lain, seorang wanita dengan rambut diikat rapi, melirik sekilas ke arah rekannya sebelum menjawab. "Benar, Nona. Kami sedang menyelidiki sebuah kasus dugaan pembunuhan yang terjadi di apartemen sebelah. Apakah Anda tahu sesuatu tentang itu?"

"Pembunuhan?" Ino terbelalak, menutup mulutnya dengan tangan. “Tidak… saya… maksud saya, apakah itu terjadi tadi malam?” suaranya gemetar.

Polisi wanita mengangguk pelan. "Ya, sekitar tengah malam. Apakah Anda mendengar sesuatu yang mencurigakan?"

Ino merasa tenggorokannya kering. Ia teringat suara gaduh yang sempat ia dengar semalam, saat ia ingin memeriksa keadaan. Tapi, bukankah Sasuke sudah menelepon polisi? Mengapa mereka masih bertanya-tanya padanya? "Um... ya, kami mendengar beberapa suara," jawabnya pelan, masih mencoba mengingat dengan jelas. "Tapi… Sasuke, kekasih saya, dia bilang akan menelepon polisi."

Kedua polisi itu saling bertukar pandang sekilas, ekspresi mereka berubah sedikit. "Maaf, Nona, tapi kami tidak menerima laporan apa pun dari apartemen ini semalam," kata polisi pria dengan nada serius. "Itulah mengapa kami ke sini sekarang untuk menanyakan langsung."

Ino tertegun, wajahnya langsung memucat. “Tidak ada yang menelepon?” bisiknya bingung. “Tapi... Sasuke bilang—”

Sebelum ia bisa melanjutkan, Sasuke muncul dari arah kamar mandi. Dengan tenang, ia melangkah mendekat dan merangkul bahu Ino dengan lembut, menenangkan. "Ada masalah di sini?" tanyanya, suaranya terdengar tenang dan sopan.

Polisi wanita menjawab, "Kami hanya ingin memastikan apakah Anda atau pasangan Anda mendengar sesuatu tadi malam, mengingat ada kejadian yang cukup serius di apartemen sebelah."

Sasuke tersenyum tipis, tampak sangat tenang, seperti seseorang yang tidak memiliki beban. "Ah, saya mengerti," katanya sambil mengangguk. "Maaf, tapi kami benar-benar tidak mendengar apa-apa. Kami tidur lebih awal semalam dan tidak terbangun sama sekali."

Ino menatap Sasuke dengan bingung. "Tapi, Sasuke," bisiknya pelan, “bukankah kamu sudah—”

Sasuke langsung memotong, memiringkan kepalanya ke arahnya dengan senyuman lembut. "Sayang, aku bilang kita tidur nyenyak, kan? Tidak ada yang perlu dikhawatirkan."

revenge for being let go Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang