3

76 9 3
                                    

Pagi ini, Ino bekerja seperti biasa sebagai barista di sebuah kafe kecil yang ramai. Ia menyapa para pelanggan dengan senyuman dan melayani mereka dengan sigap, mengaduk kopi dan mengatur pesanan dengan telaten. Namun, ia bisa mendengar percakapan rekan-rekannya di sudut ruangan, yang tampaknya sedang membicarakan sesuatu tentang dirinya.

"Wah, jadi benar kekasihnya Ino itu Uchiha Sasuke," ujar salah satu karyawan dengan nada kagum.

"Iya, aku baru tahu dari acara TV kemarin. Hebat banget, ya! Aku jadi iri," sahut rekannya, terkekeh.

Ino bisa merasakan mata mereka mengarah padanya, sambil melanjutkan pembicaraan yang membuatnya sedikit canggung.

"Itu benar, Ino! Karena kamu pendiam, kami sama sekali tidak menyangka. Gimana caranya kamu bisa mendekati pria seperti dia? Kasih tahu dong triknya! Hahaha," ucap seorang rekan dengan nada bercanda, tapi ada sedikit sindiran yang tersembunyi di balik kata-katanya.

Ino hanya tersenyum kecil dan mengangguk sambil menjawab ringan, "Haha, entahlah, semuanya terjadi begitu saja..."

Sambil tetap membersihkan gelas, Ino mendengar salah satu rekannya melanjutkan, "Ah, jadi itu sebabnya kamu menolak tawaran jadi manajer, ya? Sibuk pacaran sama Sasuke, rupanya," celetuknya sambil melirik layar ponsel yang menampilkan akun media sosial Sasuke.

"Kalo aku punya pacar seperti dia, aku juga nggak bakal peduli sama pekerjaan ini," timpal yang lainnya, tertawa.

"Ino, kau pasti senang bertemu pria yang baik," ujar salah satu rekan kerjanya sambil tersenyum dengan nada bercanda.

Mendengar kalimat itu, Ino terhenti sejenak. Kata-kata itu membuatnya merenung, memikirkan kembali sikap Sasuke selama ini yang sering membuatnya bertanya-tanya. Apakah benar ia adalah pria yang baik? Apakah cintanya pada Sasuke sudah membutakannya? Tetapi Ino hanya bisa tersenyum tipis, menutupi keraguan yang melintas di pikirannya.

---

Saat jam kerja berakhir, Ino bersiap untuk pulang. Dia melangkah keluar dari kafe dan menarik napas dalam-dalam, menikmati udara malam yang dingin. Saat hendak berjalan menuju halte, matanya menangkap sosok seorang nenek tua yang tampak kebingungan di pinggir jalan. Nenek itu terlihat mencari sesuatu, mungkin seseorang atau sebuah tempat. Ino, dengan naluri pedulinya yang kuat, segera mendekati nenek itu.

"Permisi, Nyonya. Apakah Anda sedang mengalami kesulitan? Saya melihat Anda seperti kebingungan," tanya Ino lembut, mencoba membantu.

"Oh, anak muda, aku tersesat. Aku baru saja tiba di kota ini dan tidak tahu jalan. Bisakah kamu membantuku menemukan alamat ini?" jawab sang nenek sambil menyerahkan secarik kertas kecil dengan tulisan alamat yang hampir pudar.

Ino mengambil kertas itu, memeriksanya sejenak, dan menyadari bahwa alamat tersebut tidak jauh dari tempat mereka berada. Ia tersenyum. "Alamat ini tidak jauh, saya bisa mengantarkan Anda ke sana," ucapnya dengan ramah.

Sang nenek menghela napas lega. "Oh, terima kasih, kamu baik sekali," ucapnya dengan penuh rasa syukur.

Ino membantu nenek itu berjalan perlahan-lahan menuju tujuan. Sepanjang jalan, mereka berbicara tentang banyak hal—cuaca, kebaikan orang-orang di kota, dan kehidupan. Ino merasa sedikit tenang dengan percakapan ini; kadang-kadang berbicara dengan orang asing terasa lebih menenangkan daripada yang ia duga.

Setelah memastikan nenek itu sampai dengan selamat, Ino kembali ke kafe, berharap tidak terlambat. Namun, setibanya di sana, dia melihat Sasuke berdiri di depan pintu kafe yang sudah tertutup, wajahnya tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Tanpa sepatah kata pun, Sasuke masuk ke mobilnya. Ino menelan ludah, merasa sedikit cemas, dan segera mengikuti Sasuke masuk ke dalam mobil.

revenge for being let go Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang