Karena dia Freya

358 69 2
                                    

Hari ini, Ashel sedang menginap di rumahku. Kami diberi libur oleh sekolah karena para guru akan mengadakan rapat keesokan harinya. Aku sedang tiduran santai di kasur, menikmati waktu luang, sementara Ashel berada di kamar mandi. Tak lama kemudian, dia keluar dengan rambut basah yang masih meneteskan air.

"Pinjem anduk dong, Sha," pinta Ashel sambil menyentuh rambutnya yang basah kuyup.

Aku menatapnya sekilas, melihat air yang mulai menetes ke lantai. "Kenapa nggak minta tadi sebelum keluar kamar mandi?" tanyaku sedikit kesal.

"Hehe, lupa," jawab Ashel dengan senyum polos.

Aku mendelik, merasa sedikit terganggu dengan ketidaktelitiannya. Dengan enggan, aku bangkit dari kasur dan mengambil handuk yang tergantung di dinding kamar, lalu menyerahkannya pada Ashel.

"Makasih, Sha," ucapnya dengan cepat sebelum kembali masuk ke kamar mandi untuk mengeringkan rambutnya. Beberapa menit kemudian, Ashel keluar dengan rambut yang lebih kering, tapi tetap terlihat berantakan. "Kamu nggak punya hair dryer, Sha?" tanyanya, masih tampak belum puas dengan hasil pengeringan manualnya.

"Rusak," jawabku singkat.

"Oh," balas Ashel sambil meletakkan handuknya, lalu dia naik ke kasur dan mendekat ke arahku. Suasana kamar menjadi hening sejenak, hanya terdengar suara napas kami yang tenang.

"Sha," panggil Ashel tiba-tiba.

"Apa?" sahutku dengan nada waspada, merasa ada sesuatu yang serius.

"Aku penasaran deh, kenapa kamu bisa pacaran sama Freya?" tanyanya, suaranya penuh dengan rasa ingin tahu.

Aku terdiam sejenak, memandang ke atas, dan pikiranku mulai melayang

kembali ke dua tahun yang lalu…

Waktu itu, aku sedang berada di SMA Negeri Bunga Bangsa, berusaha mencari ruang pendaftaran. Aku datang sendirian, bertekad untuk mandiri tanpa merepotkan orang tua. Mataku sibuk melirik ke kanan dan kiri, mencari tanda-tanda yang menunjukkan ruang pendaftaran. Aku tidak menyadari bahwa seseorang sedang memperhatikanku dari kejauhan.

Setelah beberapa saat berputar-putar, aku akhirnya menemukan ruang pendaftaran. Dengan percaya diri, aku menenteng berkas-berkas yang sudah kusiapkan jauh-jauh hari dan masuk ke dalam ruangan. Proses pendaftaran berjalan lancar tanpa hambatan berarti. Namun, ketika aku keluar dari ruangan, aku berpapasan dengan seorang wanita. Dia bukan hanya cantik, tapi ada sesuatu yang ganteng dalam cara dia membawa dirinya. Hal itu menarik perhatianku.

Aku membalikkan badan, memperhatikan wanita itu dari luar pintu pendaftaran. Ada sesuatu dalam dirinya yang membuatku penasaran, dan tanpa sadar, aku duduk di bangku di luar ruangan, masih terus memperhatikannya. Beberapa saat kemudian, dia keluar dari ruang pendaftaran dan, tanpa ragu, duduk di sampingku.

"Kamu tadi merhatiin aku, ya?" tanyanya tiba-tiba, membuatku terkejut.

"I-iya," jawabku terbata-bata. Saat itu, aku merasa seharusnya aku berbohong saja, tapi kejujuranku lebih cepat daripada pikiranku.

"Hahaha, ya pesonaku memang semenarik itu," ucapnya dengan nada sombong. Aku hanya diam, merasa malu dan sedikit kesal.

"Nama kamu siapa?" tanyanya lagi, kali ini dengan nada yang lebih lembut.

"Marsha," jawabku singkat. "Kalau kamu?"

"Freya," jawabnya sambil tersenyum manis, senyum yang membuatku semakin terpesona.

"Oh iya, boleh minta nomor kamu nggak?" tanya Freya tiba-tiba, sambil menyerahkan ponselnya padaku.

Wanita ini benar-benar sat-set, pikirku. "Boleh," jawabku, dan segera mengetikkan nomorku di kontaknya.

Keluh kesah Marsha (Fresha) ( Hiatus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang