Karena Dia Freya 2

374 73 9
                                    

"Sayang, siap untuk membuat kenangan bersama pangeranmu ini," ucap Freya dengan nada dramatis yang khas. Aku hanya bisa menggeleng pelan, tersenyum di balik helm yang kututup rapat. Pikiranku melayang, Freya memang selalu punya cara untuk membuat segalanya terasa seperti adegan dalam sebuah drama.

"Putri ini selalu siap," jawabku, mencoba menyesuaikan diri dengan gaya bicaranya. Inilah yang kusuka dari Freya, dia selalu tahu cara membuat segala sesuatu terasa istimewa, meski hanya sekadar pergi ke Dufan.

Setelah duduk dengan nyaman di belakangnya, aku memegang erat pinggang Freya, memberikan isyarat bahwa aku sudah siap. "Berangkat," ucapku dengan semangat.

"Siappp," balas Freya dengan penuh antusias, lalu motornya mulai melaju, membawa kami meninggalkan halaman rumah. Angin pagi yang sejuk menyapa wajahku, sementara kota mulai bergerak menuju siang hari yang sibuk.

Perjalanan menuju Dufan terasa seperti waktu yang terbang begitu cepat. Jalanan kota yang biasanya penuh sesak dengan kendaraan terasa berbeda ketika bersama Freya. Dia selalu menemukan cara untuk membuat perjalanan terasa ringan dan menyenangkan, dari cara dia menghindari kemacetan hingga candaan kecil yang dia lontarkan saat berhenti di lampu merah.

Saat kami tiba di Dufan, tempat itu sudah mulai ramai dengan pengunjung yang datang untuk menikmati hari libur mereka. Freya memarkir motor dan kami turun, masih dalam suasana hati yang riang. Senyumku tak pernah lepas, meskipun sebenarnya aku tidak terlalu suka keramaian. Tapi, bersama Freya, semua kekhawatiranku seakan hilang begitu saja.

Freya menarik tanganku dengan lembut, membawa aku ke pintu masuk. "Ayo, Putri! Petualangan kita dimulai dari sini!" katanya dengan mata berbinar, seolah dunia ini milik kami berdua.

Aku mengangguk, mengikuti langkahnya dengan penuh semangat. Ya, ini bukan sekadar pergi ke Dufan, tapi ini adalah hari untuk menciptakan kenangan baru bersama Freya, yang entah kenapa selalu tahu bagaimana caranya membuatku merasa istimewa.

Kami menghabiskan hari itu dengan mencoba berbagai wahana, tertawa bersama, dan menikmati setiap momen yang ada. Dari roller coaster yang membuat jantungku berdebar hingga permainan-permainan sederhana yang membuat kami saling menggoda, hari itu terasa seperti mimpi yang indah. Di setiap sudut Dufan, aku menemukan lebih banyak alasan untuk menyayangi Freya, dengan segala keanehan dan pesonanya.

Sore hari, ketika matahari mulai terbenam dan langit berwarna jingga, kami duduk di bangku taman, menikmati es krim bersama. Freya menatapku dengan senyum yang tak pernah pudar, membuat hatiku kembali berdebar.

"Aku senang hari ini, Ca," ucapnya pelan.

"Aku juga," jawabku, tersenyum balik. "Hari ini benar-benar sempurna."

Freya mengangguk, lalu mengeluarkan sesuatu dari saku jaketnya. Sebuah gelang kecil dengan liontin berbentuk hati. "Ini buat kamu," katanya, memasangkan gelang itu di pergelangan tanganku. "Biar kamu selalu ingat hari ini."

Aku tertegun sejenak, merasakan betapa berartinya momen ini. "Makasih, Freya. Aku nggak akan pernah lupa," jawabku dengan suara bergetar sedikit.

Freya tersenyum lebar, lalu tiba-tiba memelukku erat. "Kamu selalu jadi yang paling spesial buat aku, Ca."

Aku membalas pelukannya, merasa hangat di dalam hati. Di tengah keramaian Dufan, dengan suara tawa dan kegembiraan di sekitar kami, aku tahu bahwa aku telah menemukan tempat yang paling aman dan nyaman—di sisi Freya.

Hari itu, aku pulang dengan hati yang penuh cinta dan kenangan indah, yakin bahwa apapun yang terjadi, Freya akan selalu menjadi bagian penting dalam hidupku.

.
.
.
.
.
.
.

Makasih sudah baca, maaf cuma dikit, soalnya buat lanjutin chapter sebelumnya.

Oh iya, biasanya kalo ada momen kayak gini, biasanya chap selanjutnya bakalan ada tragedi wkwkwkkw.

Apakah Freya bakal jadi ubi???

See you next time babay

Keluh kesah Marsha (Fresha) ( Hiatus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang