BAB V

59 8 1
                                    


Beomgyu merasa hampa beberapa hari belakangan ini. Sejak menerima surat penunjukannya sebagai ketua divisi kesehatan yang ditandatangani langsung oleh rektor, beban berat seakan menindih hatinya. Meski merasa terhormat dengan kepercayaan yang diberikan, di sisi lain, ia juga merasa tidak siap dan khawatir tidak dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Beban tanggung jawab yang besar membuat mood-nya menjadi buruk.

Matahari menyengat kulit, membuat Beomgyu berkeringat deras. Ia berdiri di bawah teriknya mentari, mengawasi ribuan mahasiswa baru yang tengah mengikuti kegiatan PKKMB. Tanggung jawab sebagai ketua divisi kesehatan terasa begitu berat. Sejak pagi, puluhan mahasiswa sudah tumbang karena kepanasan. Ada yang pingsan, ada pula yang muntah-muntah.

Divisinya bekerja keras untuk mengatasi situasi darurat ini. Botol-botol exilir telah habis puluhan buah. Ramuan ajaib ini memang mampu mengembalikan tenaga dengan cepat, namun persediaannya terbatas. Beomgyu terus memberikan instruksi kepada anggota divisinya agar segera memberikan pertolongan pertama kepada mahasiswa yang sakit. Ia merasa frustasi melihat begitu banyak mahasiswa yang menderita. Dalam hati, ia bertanya-tanya, "Mengapa hari ini begitu panas? "

Mentari mulai condong ke barat, meninggalkan bayangan panjang tenda divisi kesehatan. Di dalamnya, Beomgyu masih sibuk bergelut dengan tumpukan berkas. Sejak pagi, ia tak henti-hentinya bekerja untuk menangani masalah kesehatan para mahasiswa baru. Ia menghela napas panjang, kelelahan mulai menyergapnya.

Tiba-tiba, suara ceria Jeno memecah kesunyian. "Gyu!" panggilnya sambil melambai. Beomgyu menoleh dan melihat Jeno bersama Sungchan berdiri di depan tenda. Dengan sigap, Sungchan mengambil alih beberapa berkas dari tangan Beomgyu. "Biar aku saja yang bawa," tawar Sungchan sambil tersenyum. Beomgyu mengangguk sambil mengucapkan terima kasih. Ia merasa lega bebannya sedikit berkurang.

"Apakah Sion sudah kembali ke asrama, Hyung?" tanya Beomgyu dengan nada khawatir. Jeno mengangguk pelan sebagai jawaban. Beomgyu kembali bertanya, "Sudahkah dia meminum ramuan yang kuberi?" Jeno mengangguk lagi, kali ini dengan sedikit senyum. Mereka berjalan menuju asrama.

Hari ini, para mahasiswa baru Politeknik of Magic benar-benar diuji fisik dan mentalnya. Sejak pagi, mereka dihadapkan pada berbagai kegiatan yang padat dan melelahkan. Belum selesai dengan kegiatan di siang hari, malam ini mereka masih harus mengikuti kegiatan pencarian jejak yang sudah menjadi tradisi di kampus mereka. Tentu saja, kegiatan ini akan kembali menguras tenaga dan pikiran mereka.

Sesuai dengan surat edaran rektor, seluruh panitia PKKMB dan mahasiswa baru ditempatkan di asrama selama seminggu penuh. Hal ini dilakukan untuk memudahkan koordinasi dan pengawasan selama kegiatan berlangsung. Pihak universitas juga menyediakan semua peralatan yang dibutuhkan selama PKKMB, sehingga para peserta tidak perlu membawa banyak barang dari rumah.

Dengan kata lain, para mahasiswa baru ini benar-benar merasakan pengalaman yang tak terlupakan selama PKKMB. Mereka tidak hanya belajar tentang kehidupan kampus, tetapi juga dilatih untuk mandiri, bekerja sama, dan menghadapi tantangan.

Selama seminggu penuh, kegiatan PKKMB berjalan dengan lancar tanpa kendala berarti. Meski para peserta kerap merasa lelah dan tertekan, mereka tetap semangat menjalani setiap rangkaian acara. Semua ini berkat kerja sama yang baik antara panitia dan mahasiswa baru, serta dukungan penuh dari pihak universitas.

......

Beomgyu menguap lebar, matanya sulit fokus pada penjelasan dosen Minghao. Ia merasa bosan setengah mati dengan mata kuliah Sejarah Kerajaan yang menurutnya terlalu membosankan. Tiga SKS untuk mata kuliah ini terasa seperti siksaan baginya.

Symphony of Magic and LegendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang