1. Putri Syurgawi

70 6 35
                                    

Dahulu kala, ketika para Bidadari, Dewa-Dewi dan manusia masih hidup berdampingan. Kahyangan menyambut kelahiran seorang Dewi, seorang Dewi yang rupawan juga cerdas, yang terlahir dari anugerah cahaya dewa surya, Dewi Sadhya.

Suatu saat, ia ditugaskan turun ke bumi untu menjaga kestabilan kehidupan dibumi. Berrtahun-tahun berlalu, ketika sedang menjalankan misinya, ia justru bertemu dengan seorang pria dan jatuh cinta padanya. Tanpa diketahui oleh pria itu bahwa Sadhya adalah seorang Dewi, keduanya pun memutuskan untuk menikah dan pada akhirnya mengandung anak manusia setengah Dewi atau yang disebut dengan anak syurgawi.

Para Dewa di Kahyangan mengetahui hal itu marah, mereka beri hukuman Dewi Sadhya, tetapi hukuman itu justru sebagai anugrah bagi orang lain. Para Dewa memberkati putri Dewi Sadhya pada seorang Begawan untuk menjaga kestabilan bumi dan Kahyangan.

Dewi Sadhya memberikan anaknya pada Begawan Vyasa sebagai berkat atas segala kebajikan yang Begawan Vyasa lakukan sekaligus hukuman bagi Dewi Sadhya. Putri syurgawi itu di beri nama Ambika.

Ambika benar-benar menjadi berkat untuk sang Begawan, bukan hanya begawan tapi siapa pun yang berada di sekitarnya. Setiap Ambika menari seolah seluruh hewan menari mengikutinya, para merak menari indah mengelilinginya bahkan bunga yang kuncup pun kian bermekaran.

Ambika jatuh cinta pada seorang Ksatria bernama Auriga, karena ketulusan keduanya, mereka memutuskan untuk kemudian menikah. Berbulan-bulan menjalani kehidupan pernikahan yang bagai syurga untuk mereka yang dimabuk asmara, harus terhenti sejenak kala Auriga meminta ijin untuk pergi berperang.

Ambika pun mengijinkan dan mengantar Suaminya pergi, "Kembalilah dengan selamat, Tuan-ku. Aku akan menunggumu," ucap Ambika padanya.

Auriga mengangguk, lalu mencium kening Ambika dan perlahan hilang dimatanya. Ambika setia menunggu, berhari-hari, berbulan-bulan, bahkan hampir 2 tahun berlalu. Tetapi Auriga tak kunjung kembali, menyisakan tanda tanya dibenak Ambika.

Ambika sering menangis memikirkan Auriga yang tak kunjung kembali. Ambika memutuskan untuk mencarinya mengembara tanpa arah dengan sedikit putus asa. Ia percaya Auriga belum tiada.

Setelah mengembara mencari tanpa arah, langkah kakinya membawanya sampai di sebuah Kerajaan yaitu, Kerajaan Adhyaksa. Hari itu tengah ada perayaan besar, perayaan penobatan seorang Raja.

Sebuah karnaval diadakan dengan Raja diarak keseluruh kota untuk menyapa rakyatnya. Tanpa sengaja Ambika melihat Sang Raja dan Ratu yang tengah melambaikan tangan menyapa hangat para rakyat. Wajah Raja itu sangat dikenal oleh Ambika, yaitu Auriga.

Ambika langsung berlari dan berteriak memanggil-manggil Sang Raja dengan sebutan 'Suamiku' ataupun 'Tuan-ku' sehingga memancing semua orang langsung menatapnya. Karena berusaha berlari mendekati Sang Raja, Ambika pun ditahan oleh para penjaga. Sang Ratu pun menatap tajam Ambika sembari memegangi tangan Sang Raja.

Karena keributan tersebut, Ambika pun dibawa ke Istana atas perintah Sang Raja. Ambika pun terus mengatakan bahwa Sang Raja yang diketahui bernama Chandrakumara adalah Suaminya, Auriga.

Sang Raja pun nampak menepis hal itu, ia justru terlihat kebingungan. Ratu pun terlihat marah dan mengusir Ambika dengan begitu kejamnya, Ambika pun pergi dengan perasaan sakit dihatinya. Beberapa orang melemparinya dengan batu dan sampah karena berani mengaku sebagai Istri Raja.

Ambika berlari menjauh sembari menangis tersedu-sedu, dengan perasaan hancur sampai kesebuah tebing. Atas apa yang terjadi pada Ambika, para penghuni Kahyangan pun menjadi marah. Itu terjadi karena air mata Ambika itu suci, karena ibunya adalah anugrah dari Dewa Surya itu sendiri.

Dan air mata itu tidak pantas jatuh ke bumi dalam keadaan bersedih, karena akan menimbulkan amarah bagi para penghuni Tanah dan Air, maupun Dewi Sadhya.

Between Two Heart : Pengantin Ke TujuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang