03. Si Cerewet Abis!!

11 2 0
                                    

Hari kedua ospek tiba, para pendamping telah berdiri di depan gedung rektorat guna menyemangati para mahasiswa baru yang datang dan hendak menuju lapangan utama. Karina yang baterainya masih lima puluh persen sedang menghidupkan mode hemat daya hingga jam setengah delapan nanti.

Juan yang baru memasuki gerbang dan berjalan mengikuti teman-teman seangkatannya dibuat salah fokus dengan salah satu kakak pendamping yang tengah menyemangati para maba di depan gedung rektorat. Dia tersenyum lebar dan berlari menghampiri kakak-kakak pendamping.

"Kak Karina, pagi!" sapa Juan seraya hormat ke gadis berjas yang ada di depannya.

Karina tersenyum tipis dan ikut hormat. "Pagi juga."

"Kakak udah sarapan belum?" tanya Juan.

Karina menggeleng. "Belum, kenapa?"

Dapat dia lihat pemuda di depannya itu langsung menyipitkan mata. "Ya makan dong, sakit nanti. Aku beliin sarapan mau?"

Karina menggeleng. "Nggak perlu, nanti dikasih sarapan kok sama panitia."

"Btw kakak belum jawab pertanyaanku yang kemarin, kakak udah ada yang punya belum?"

Tiba-tiba salah satu pendamping berjalan menghampiri Karina dan Juan yang masih asik mengobrol. Pendamping perempuan yang tingginya sama dengan Karina itu mulai merangkul pundak Karina.

"Kamu ini bukannya ke lapangan utama malah nanya-nanya hal nggak penting ke kakak pendamping," sindir gadis tersebut.

Juan mengerutkan kening. "Itu emang nggak penting buat Kakak, tapi penting buat aku. Nah lho, nggak bisa jawab, kan?"

Karina refleks tertawa terbahak-bahak melihat temannya tak bisa membalas ucapan adik tingkatnya satu itu. Dia saja sudah lelah menanggapi pertanyaan Juan. Lantas salah satu dari pendamping itu menyuruh Juan untuk segera pergi ke lapangan utama, Juan yang sudah berjalan agak jauh langsung berbalik badan menghadap kakak-kakak pendamping.

"Kak, kapan kita jalan bareng?" tanya Juan.

"Nunggu aku S2 di UGM dulu," balas Karina yang langsung ditertawai oleh teman-temannya.

"Waduh, lama buanget!!" Juan hanya bisa tepuk jidat lalu berlari kecil menuju lapangan.

『✎﹏ 』

Selama menunggu ketua BEM datang untuk memberikan sambutan kepada Maba, para pendamping duduk di barisan paling depan dengan membawa papan nama kelompok, sedangkan instruktur pendamping ada di belakang untuk beristirahat sejenak.

Juan yang duduk di belakang Karina terus memiringkan kepala melihat kakak pendampingnya itu terus menganggukkan kepala sambil menutup kepalanya dengan papan nama kelompok agar terhindar dari teriknya matahari.

Saat papan nama kelompok yang Karina pegang jatuh, Karina terbangun dengan perasaan terkejut. Tak hanya dirinya, namun pendamping yang ada di kiri kanannya ikut terkejut.

Salah satu pendamping mulai menepuk pundaknya. "Jangan ngantuk dulu ya, Kakak pendamping. Kurang empat jam lagi menuju ishoma," pesannya.

Karina mengangguk seraya mengusap kedua matanya. "Bisa nggak, sih, langsung lompat ke bagian materi aja? Ketua BEMnya lama banget kasih sambutannya," keluhnya.

Juan yang melihat Karina yang tak sengaja tertidur dan kembali terbangun saat papan nama kelompok yang dipegang kembali jatuh ke tanah diam-diam menahan tawa. Ia menepuk pundak kakak pendampingnya, Karina yang setengah tertidur langsung terbangun dan menoleh ke belakang.

Let's Meet Thirty Time Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang