1

1 0 0
                                    

    Nyata nya aku harus tetap hidup. Harus tetap menjalankan aktivitas seperti biasanya. Nyatanya,aku harus tetap terlihat baik-baik saja.Meski di sini rasanya sangat sakit. Bukan untuk pertama kali bukan? Merasa di tinggalkan begitu saja. Nyatanya,aku harus biasa-biasa saja,menerima kenyataan bahwa memang seperti ini adanya. Setiap detiknya setiap menitnya setiap jam nya bahkan di hari-hari yang aku lalui tanpa berkomunikasi lagi kepadanya.

Mirisnya,pertemuan 14 hari itu menyisakan rasa yang begitu sakit. Sial nya,aku mencintainya dengan sangat sampai malam-malam aku habisi dengan menangis sampai ketiduran karena merindukan nya. Untungnya,mata ku tidak bengkak.

Kemana dia? Apa aku harus menghubungi nya. Tapi murah sekali. Seharus nya kemarin cukup kenal saja tidak usah bawa perasaan.

"Cea,nanti mau makan lauk apa?" Tanya wanita berusia kisaran lima puluh tahun itu. Wajah nya yang khas orang Jawa, bahasanya yang medok Jawa juga. Toh,ibu nya memang orang Jawa.

"Apa aja bude,gak tau aku. Apa yang kalian makan aku juga ikut." Aku mengangkut tumpukan piring untuk di bawa kedepan.

Hambar. Pikiran ku melayang entah kemana,banyak pertanyaan-pertanyaan yang hendak aku tanyakan,banyaknya hal yang aku andaikan tak harusnya terjadi.

Dan,yang tak harus aku tanyakan ialah mengapa karena itu tidak akan ada jawabannya. Toh,dia baik-baik saja dia selalu melihat story Instagram ku. Sialnya semakin bergemuruh rasa di dada ku.

Satu persatu aku susun piring nya sesuai dengan bentuk dan gambar nya. Menyiapkan apa saja yang warung perlukan.

"Aku bosan sekali." Aku check Instagram ku,kemarin aku sempat bikin story dan dia lihat. Kenapa dia hobi sekali menghilang.

"Aku sayang kamu,moy"
"I love you."
"Aku akan support kamu,meski juga aku sedang berproses."
"Udah jangan nangis,kan ada aku di sini."

Kalimat itu melayang-layang di pikiran ku. Entah sampai kapan aku pun tidak tau. Kenapa ucapannya begitu membekas. Lama-lama aku bisa gila memikirkan nya,memang sudah gila tapi masih bisa di handle.

Duduk termenung menatap lurus kedepan. Memikirkan hal yang memang tidak patut di pikirkan.

"Tolong dong,ambil masakan di belakang." Lamunan ku buyar,kala Ima setengah berteriak sembari menutup pintu dan pergi. Aku beranjak dari kursi ku mengambil makanan di atas meja dan meletakkannya di etalase kaca. 

Satu hal yang harus aku ingat,dunia akan tetap berjalan. Rasanya aku ingin sekali teriak.

Puk!.

"Wa Ki neh merawak nyarik gara-gara"¹

Aku terkekeh mendengar ucapannya yang sangar dan sedikit menakutkan itu. Aku memang suka menggoda janda satu ini. Perawakannya yang pendek, gayanya yang tomboi dan bicaranya blak-blakan. 

"Agik ade dak?"²

"Ade,yang mentak nak? Isi depan nu."³

Aku ambil masakannya lalu pergi kedepan. Bisa gawat jika di depan aku tinggal begitu lama nanti bos bisa marah. Marah setiap hari,sudah menjadi makanan ku setiap hari pula. Aku ingin libur menghilangkan semua beban pikiran yang menumpuk ini.

"Hallo ibuu,udah lama gak kelihatan,kemana aja nii?" Tanya ku kepada pelanggan setia warteg. Garis bawahi berpura-pura itu menyakitkan.

"Ah iya,maklum lah ibu sibuk."

"Ibu mau apa?" Tawar ku. Kemudian pembeli itu menunjukkan makanan apa saja yang ia mau. Aku mengambilnya memasukkannya ke dalam plastik kecil menginput nya lewat tab.

"Total 35,bu."

Ia menyerahkan uang pas lalu pergi. Setidaknya aku bisa lupa jika masalah ku sedang berjalan.Masalahnya ada di diriku sendiri. Ayo,Cea kamu harus bisa konsisten dan tetap profesional dalam bekerja.

Lisma atau biasa di panggil Ima datang. Rapi,dandan ala kadar. Aku heran kenapa para janda begitu memukau cantik dan kelihatan bercahaya seperti cahaya mematikan. Tapi tidak heran begitu banyak yang mau dengannya dan juga terpikat.

Dia punya lekuk badan yang zaman sekarang ini bilang tobrut istilah lainnya semok. Untuk aku pribadi pun aku tidak begitu suka.Aku kerap membandingkan diriku dengannya. Kadang juga suka ingat buat apa membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Toh,aku lebih cantik dari dia,minusnya pendek saja. Aku imut kok minusnya muka ku penuh dengan bekas jerawat. Badan ku ideal kok minusnya kurus. Ah,kok jadi banyak kekurangan nya.

Tapi apapun bentuk diriku aku tetap love my self . Aku tidak akan kalah saing walau sebenarnya aku juga kalah. Makanya,dia meninggalkan ku pergi tanpa pamit dan aku benci itu. Tapi,aku tidak bisa membencinya. Ya Allah, kenapa harus dia yang engkau hadirkan,begitu apes soal asmara ku yang tidak seindah bunga matahari,yang tak semanis beng-beng coklat.

"Cea,aku mandi dulu ya." Aku mengangkat kepalaku dan mengangguk angguk pertanda iya. Arrabela anaknya bos,yang aku saja tidak tau kenapa mandi saja dia harus izin. Mungkin jika ramai pembeli dia akan membantu,tentu saja tidak hanya aku sama Ima yang bergerak. Walau Ima itu lelet.

Penderitaan ku bekerja sebagai kasir+waiters juga terbilang memakan batin. Satu bulan lebih warteg ini berjalan,setiap hari pula aku menderita.

Awalnya aku tidak menyukai Imot,karena dia seperti caper sekali dengan ibu bos. Dia lebih dekat dengan ibu bos,tapi kenapa harus aku yang salah? Mereka yang salah aku juga ikutan salah. Memang terbilang ambigu.

Tapi ada hal yang aku ketahui. Pernah mendengar istilah sepandai-pandainya tupai melompat akan jatuh juga. Sepandai-pandainya menyimpan bangkai akan tercium juga bau nya,iyalah bangkai kemana-mana akan tercium. Coba saja manusia yang meninggal di kuburkan dengan ala kadar pasti kecium aroma pembusukannya.

"Gimana udah banyak pembelinya?" Aku menatap wanita berusia empat puluh itu.

"Sepi." Ucap ku sendu. Padahal aku bodoh amat,buat apa aku memikirkan usaha orang lain.Dia sendiri tidak memikirkan karyawannya dan malah pilih kasih.

Aku cemburu? Iya,karena dia tidak memperlakukan karyawannya tidak baik. Ingin sekali aku teriak tapi yang aku lakukan malah melakukan balik apa yang ia lakukan terhadap ku. Ibu bos sering menyindir tapi aku tidak peduli.

Toh,hidupnya memang seperti itu. Jika mau sempurna lakukan sendiri saja. Ah, tiba-tiba aku kepikiran susu vanila.

"Mot,titip ya? Gak lama kok,mau ke Indomaret."

Aku bergegas pergi berlari dekat kok sepuluh langkah saja sampai.

Kita tidak bisa menebak isi kepala para manusia yang merasa derajatnya paling tinggi. Lakukan saja apa yang memang seharusnya di lakukan.

Bisa baku hantam kok,tapi aku bukan orang seperti itu.

























Lanjut readers?
Jangan lupa buat vote and komen nya yaaa
See uuuuuuu





¹. Wah,kamu ini menantang,cari masalah.
². Masih ada gak?
³.ada yang mentah,mau? Isi di depan sana.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AGUSTUS (the Secret of My Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang