Please, stay alive.

432 95 5
                                    

Dua hari kemudian setelah kejadian itu, TNF memilih sembunyi untuk sementara diambang kebimbangan Rion dalam mengambil keputusan.

Mia dilarikan ke rumah sakit dan harus dirawat karena lukanya cukup parah sedangkan Caine berhasil melawan argumen Rion untuk tidak di rawat dirumah sakit.

Kini ketegangan terasa diantara mereka semua, rumah yang tadinya hangat kini terasa dingin.

Rion sedang menenangkan pikirannya yang berantakan itu dibelakang rumah sambil menatap laut.

"Rion, kata echi kamu belum makan" Ujar [name] yang berdiri dibelakang Rion sambil membawakannya sepiring makanan.

"..."

Tidak ada yang keluar dari mulut laki laki berambut ungu gelap itu, tatapan tajamnya kini terlihat sayu dan lelah.

"Rion" Panggil [name] untuk kedua kalinya dan barulah dia menengok.

"Aku tidak lapar" Ujar Rion.

"Kamu lapar, tapi kamu menolak untuk makan" Ujar [name].

Rion menghela napas dan kembali menatap laut.

"Leave" Ujarnya dengan suara berat dan kasarnya itu.

"Aku ngga akan pergi." Ujar [name].

"Aku akan keras kepala kali ini! Kamu banyak membantuku dan bahkan menarikku dari kegelapan yang ku alami! Terima ini dan bangkitlah dari kebingunganmu itu saja sudah membuatku merasa kalau..aku juga bisa membantumu!"

Suara [name] terdengar jelas ditelinga Rion bahkan suara ombak pun tidak terdengar, gadis kecil didepannya ini punya rasa untuk bertahan lebih lama darinya walaupun dia mengatakan itu sambil menahan air matanya.

"Maaf [name].."

Rion mendekat dan menghapus air mata [name] yang baru jatuh kepipinya itu.

"Aku terlalu lama memikirkan apa yang harus kami lakukan, aku terlalu percaya dengan omongan orang orang itu kalau mereka mau memberikan satu minggu untuk TNF dan malah membuat yang lain terluka.."

Suara Rion terdengar sedih dan menyerah saat mengatakan itu sambil menghapus air mata di pipi [name].

"Jangan menangis, itu membuatku ingin melakukan hal buruk kepada mereka" Ujar Rion sambil menangkup kedua pipi [name].

Dibalik tembok ada Caine dan Echi yang sedang memantau mereka.

"Papi akhirnya menemukan seseorang yang membuat hatinya menjadi lembut." Ujar Echi.

"Hatinya masih keras seperti biasa tapi untuk [name].. dia melembutkannya.." Batin Caine.

"Iya.." Jawab Caine.

"Aku akan pergi bersama Krow untuk memata matai pergerakan mereka, mami..jaga diri" Ujar Echi dengan senyum.

"Pulang sebelum matahari tenggelam ya? hati hati" Ujar Caine sambil mengelus kepala Echi.

Echi dan Krow pergi untuk memata matai posisi musuh sedangkan sisanya mempersiapkan barang untuk berperang.

Caine dan Gin menunggu momen yang tepat untuk memberitahu Rion kalau mereka siap untuk berperang melawan Cosa Nostra.

Rion masih menangkup kedua pipi [name] yang sedang menangis didepannya.

"Aku akan makan dan memilih apa yang harus aku lakukan" Ujar Rion sambil mengambil piring itu dari tangan [name].

"Memangnya apa yang mau kamu lakukan?" Tanya [name].

"Aku akan menyatakan perang" Jawab Rion dengan santai sambil memegang sendoknya untuk makan.

"Rion.." Panggil [name] dengan suaranya yang bergetar.

"Jangan khawatir, aku tidak akan mati" Kekeh Rion sambil mengunyah makanannya.

"Ih serius!" Kesal [name], dia memukul mukul lengan Rion dan Rion hanya tertawa, dia menaruh piringnya lalu menarik [name] untuk duduk disebelahnya.

Tubuh mereka berdekatan, tangan [name] terasa sangat kecil saat digenggam oleh tangan Rion yang terasa kasar dan besar.

"Serius" Bisik Rion.

"Kamu meremehkan seorang godfather?" Kekeh Rion.

"Iya! Kamu kan manusia juga!" Kesal [name].

Wajah mereka berjarak 5 jari, mata mereka saling menatap satu sama lain dan mereka akhirnya tertawa kecil.

"Terima kasih, [name]...kamu disini mendewasakan TNF, aku yakin percikan api yang kecil kini besar, mereka pasti menungguku untuk menyatakan perang" Ujar Rion dengan seringainya.

"Serem" Ujar [name] dan membuat Rion tertawa.

"Tapi aku mohon...tetaplah hidup, Rion" Ujar [name].

"Tentu saja, nanti kamu hidup dengan siapa kalau aku tidak ada?"

Perkataan Rion membuat [name] merasa tersipu malu, apa maksudnya? apakah Rion benar benar ingin menjaga [name] bahkan seumur hidup?

"Pipimu memerah, apa yang kamu pikirkan?" Tanya Rion dengan seringai.

"Ngga ada!" Jawab [name].

Tidak lama Caine dan Gin mendekati mereka.

"Ada telepon dari Souta" Gin memberikan handphonenya ke Rion dan Rion langsung berdiri untuk berbicara dengan Souta.

"Sou?" Ujar Rion sambil menjauh dari mereka.

"Aku sudah pulih, aku dengar Mia dirawat tapi alat operasinya tidak ada di rumah sakit kota jadi dia dipindah ke sini" Jelas Souta.

"Dia bersamaku, kamu..harus urus apa yang sudah putih putih itu lakukan" Ujar Souta.

"Pasti, tolong jaga mia" Ujar Rion.

Disisi lain, Gin dan Caine berhadapan dengan [name].

"Are you okay? Matamu merah" Ujar Gin sambil mengelus kepala [name].

"I'm okay, kalian gimana?" Tanya [name].

"Kita mah selalu okay, jangan khawatir!" Ujar Gin dengan senyum lebar.

[Name] tersenyum tipis sambil menengok keatas untuk menatap mereka berdua.

"Maaf ya...aku..tidak bisa bantu apapun" Ujar [name] dan air matanya lagi lagi membendung.

"Shhh, kamu selalu membantu kok" Ujar Caine sambil menepuk bahu [name].

"Tenang aja [name], ada Rion" Timpal Gin.

Perkataan keduanya membantu [name] merasa tenang, Rion mendekati mereka setelah menutup telepon Souta.

"Kumpulkan semua anggota, Kita rapat."

Caught By Him. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang