Chapter 01: Awal

12 1 1
                                    

Di sebuah ruangan yg gelap dan hanya di terangi dengan cahaya remang dari sebuah bola lampu, banyak sekali orang yg tergeletak tak berdaya dengan berlumuran darah dan diantara banyak orang itu seorang perempuan berjalan dengan santai sambil membawa sebuah sabit berukuran besar.

"Menjijikan, emosi mereka semua bahkan tidak dapat memuaskan rasa laparku." Ucap seorang perempuan itu

"Nonaku maaf jika semua ini tidak cukup untuk anda" Balas lelaki berambut putih panjang dengan mata hijau berkilau

Perempuan itu hanya tersenyum lalu mengelus kepala pelayanya yg sedang berlutu di hadapannya itu.

"Kau sudah berusaha, terimakasih"

Kriiiiiinggggggg....Suara alaram terdengar jelas dan begitu nyaring dari kamar seorang anak gadis yg kini terbangun dari mimpinya

"Mimpi itu lagi" ~Keluh Rien

Rien menoleh ke arah jam alaramnya waktu memperlihatkan jam 6 pagi yg berarti masih dan 2 jam lagi sebelum masuk sekolah.
Rien bangun dari tidurnya dan berjalan ke toilet kamar, di lihatnya luka gores di pipinya yg pada akhirnya menghilangkan secara tiba-tiba.

"Sudah 10 tahun sejak mimpi itu menghantuiku" ~Rien
"Siapa wanita itu dan semua laki-laki itu" ~Keluh Rien lagi

Karna tak ingin berpikir panjang rien pun segera bersiap untuk berangkat di sekolah. Bukan pertama kalinya dia bermimpi tentang seorang wanita yg menghabisi banyak orang dan pada akhirnya seorang laki-laki datang dan meminta maaf.

Setelah sampai di gerbang sekolah rien langsung memarkirkan motor biru bergaris-garis merahnya di parkiran dan berjalan ke arah kelasnya.

"Pagi..!"
"Pagi"
"Selamat pagi"

Semua orang saling bertegur sapa satu sama lain tetapi, Rien hanya membalasnya dengan anggukan kepala saja tanpa mengucapkan satu katapun.

"Merepotkan sekali harus bertegur sapa" ~Rien

"Selamat pagi Rien" ~Zevandro

Rien menolehkan kepalanya ke arah sang pemilik suara. Lelaki dengan tubuh tinggi dan seragam guru itu menyapanya dengan senyuman hangat di wajahnya.

Tanpa membalas sapaan Zevandro Rien berjalan pergi begitu saja. Alasannya karena Rien tidak suka menyapa orang lain di pagi hari terutama seorang guru.

"Jangan bicara kalian, moodku sedang sangat buruk" Ucap Rien dalam hatinya.

Rien langsung menuju ke kelasnya dan begitu Rien baru membuka pintu kelas tiba-tiba saja sebuah penghapusan terjatuh di atas kepalanya Rien dan semua itu adalah ulah teman-temannya.

"Hahahaha, Lihat Rien kena" ~Boy¹
"Payahnya, dia gak liat" ~Boy²
"Hei, dia diam aja. apa kau marah anak pendek?" ~Boy³

Seperti biasanya di tanggapi dengan santai oleh Rien. hanya dengan sedikit senyum saja sudah bisa membuat mereka ketakutan.

"Serem" ~Boy²
"Dia bukan manusia" ~Boy¹

Di sisi lain meja Rien sudah di penuhi dengan coretan ejekan yg bertuliskan kata-kata kasar dan tidak sopan

"Dia pantas mendapatkannya" ~Girl²
"Iya siapa suruh caper Ama guru" ~Girl¹
"Dasar payah" ~Girl³

"Author ini masih awal udh di giniin akunya" ~Rien

Hari-hari yg biasa di lewati Rien di sekolah sudah seperti melakukan kegiatan sehari-hari saja. Ejekan,bully, bahkan sampai kekerasan semua pernah di rasakannya.

"Jangan membalas, cukup kejadian saat SMP aku tidak mau itu terulang lagi" ~Rien

Mengingat kejadian saat Rien SMP yakni saat dia berkelahi sampai si pembully meninggal menjadi masa terkelam dalam sejarah sekolah Rien

"Sedikit di tahan itu tidak apa-apa kan" ~Rien
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Waktu SMP Rien pernah di bully dan Karna kesal Rien membalas dengan menusuk dada di pembully dengan kayu yg ujungnya sudah di asah Rien

Untuk Masa Depan dan Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang