SEMOGA HARI - HARI KALIAN MENYENANGKAN
*******
PERINGATAN!
KARYA INI MENGANDUNG ADEGAN KEKERASAN/ DARAH, YANG MUNGKIN KURANG COCOK UNTUK SEBAGIAN PEMBACA.
MOHON KEBIJAKAN PEMBACA DALAM MEMBACA KARYA INI.
*******
415 - 1518 - 495
[SAFE DORM]
KAMU HANYA PUNYA DUA PILIHAN
•
•
•Suara bisik siswa yang begitu mengganggu terdengar jelas ditelinga seorang siswi yang tengah berjalan melewati koridor menuju ke loker. Acuh dengan tatapan merendahkan yang kini terarah padanya. Siswi bernama Hazel Zeanna memilih fokus mengambil semua barang miliknya di dalam loker. Walau begitu, ia mulai tak tenang dengan kalimat, yang semakin lama memancing emosi.
"Ayahnya bangkrut, dan lihatlah. Ekspresi menyebalkannya tak pernah berubah."
"Setidaknya tikus pengganggu telah dibasmi."
"Hmm, sekarang dia akan tinggal di mana? Apartemen bawah tanah? Hahahha."
"Mungkin dia akan mengemis bersama ayahnya."
"Kasian. Selama ini, dia begitu angkuh karena ayahnya investor utama. Sekarang ..., hmm kasiannya."
Hazel menutup loker. Berusaha tetap tenang dan tak terpancing. Ia pun berjalan keluar dan segera menyusul ayahnya yang telah menunggu di mobil. Hazel melempar tasnya ke dalam mobil dengan kesal. Menatap ayahnya yang tengah menatap sendu ke arahnya. "Masuklah, ibumu pasti telah menunggumu." Hazel menutup pintu dengan kuat. Ia menghela nafas, berusaha menenangkan diri. Membuka pintu depan mobil sembari tersenyum.
"Ayah, tunggulah sejenak. Aku sepertinya meninggalkan sesuatu." Hazel melangkah masuk ke dalam sekolah. Melonggarkan dasi. Menatap ke sekeliling, hingga pandangannya jatuh pada sekelompok siswa yang tengah menertawakannya.
"Bukankah ..., kalian harus mengucapkan salah perpisahan, ketua kelas?"
Hazel bersama dengan teman sekelasnya menuju ke kelas. Tatapan merendahkan sangat mengintimidasi dan membuat Hazel sedikit merinding. "Aku harus meninggalkan kenangan dengan salam perpisahan. Aku harap, kalian tak melarikan diri." Hazel membuat teman sekelasnya bingung. Hazel menutup kedua pintu kelas dan meminta siswa lain untuk mengunci kelas dari luar.
Setelah pintu terkunci, Hazel berbalik menatap teman sekelasnya sembari mengukir senyum. Ia kemudian berjalan kearah ketua kelasnya dan segera memberi tamparan keras. "Yaa! Sial!" Hazel memukul semua teman sekelasnya termasuk siswa laki-laki. Ia seolah tak merasa sakit dengan beberapa serangan dari siswa laki-laki ke arahnya. "Kau gila? Berandal sialan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
DO OR DIE
HorrorHazel terpaksa pindah sekolah karena ayahnya bangkrut, dan posisinya di yayasan yang menaungi sekolah tempat ia mengenyam pendidikan, terancam. Oleh karena itu, ia memilih pindah sekolah, ke sebuah sekolah yang sudah berdiri cukup lama. Memiliki sik...