PERINGATAN!
KARYA INI MENGANDUNG ADEGAN KEKERASAN/ DARAH, YANG MUNGKIN KURANG COCOK UNTUK SEBAGIAN PEMBACA.
MOHON KEBIJAKAN PEMBACA DALAM MEMBACA KARYA INI.
•
•
•
Duniaku berbeda dengan duniamu.
Jangan mencoba menjadi tuan putri di dunia paralelku.⸶•⸷
Sepulang sekolah, Hazel menunggu Kiel di parkiran. Sembari menunggu, pandangan Hazel mengarah ke sekitar gedung sekolah yang tampak klasik. Cukup mengagumi keindahan interior sekolah yang terus saja memberikan kesan menakutkan. Pemikiran itu muncul begitu saja, kala pandangan Hazel jatuh pada sosok siswi yang berdiri di rooftop lantai empat.
Dia? Tunggu, aku baru menyadarinya. Siswi yang meminta tolong padaku hari itu, apa dia adik mantan detektif yang kutemui? Benar. Itu dia.
"Hazel!"
Hazel melirik ke arah suara yang memanggilnya. Itu Kiel. Saat kembali mengalihkan pandangannya ke atas, siswi itu telah menghilang dari sana.
"Ada apa? Apa yang kau lihat di sana?"
"Tidak ada. Aku hanya mengagumi interior sekolah ini." Di tempat tadi, siswa laki-laki itu berdiri menatap Hazel. Kael, siswa yang tak boleh di sapa oleh siapa pun. "Kiel, bagaimana jika aku melanggar peringatan itu?"
Hazel menatap Kiel penuh tanya.
"Tak boleh. Sebisa mungkin menghindarinya. Dia ..., pokoknya jangan buat dia menyadari keberadaanmu."
Dia masih sama. Tatapan Kiel barusan, seolah ia berkata, 'Jangan bersikap seenaknya.' Jangan melarangku tanpa memberitahu alasan, kau melarangku. Aku dan siswa lain berbeda. Ini mungkin akan sangat menyenangkan. Baiklah.
"Tapi dia itu ... di sana."
Kiel mengikuti arah pandang Hazel. Tak ada siapa pun di sana. Hal itu di sadari oleh Hazel, jika hanya ia yang melihat Kael. Kael sendiri tengah menatap Hazel dengan menyilang kedua tangannya di dada.
Tidak. Apa kali ini hanya aku yang melihatnya? Tidak mungkin. Sebelumnya Kiel bisa melihatnya, kan?
"Ada apa? Kau melihat apa? Yah, jangan menakutiku. Kemarilah Hazel, ikuti aku."
Hazel menatap serius punggung Kiel. Saat Kiel melirik ke arahnya. Segera ia mengubah ekspresinya, dengan tersenyum. Kiel tampaknya mulai gelisah. Sulit baginya menebak apa yang dipikirkan Hazel. Sesekali, ia kembali melirik Hazel untuk memastikan sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DO OR DIE
HorrorHazel terpaksa pindah sekolah karena ayahnya bangkrut, dan posisinya di yayasan yang menaungi sekolah tempat ia mengenyam pendidikan, terancam. Oleh karena itu, ia memilih pindah sekolah, ke sebuah sekolah yang sudah berdiri cukup lama. Memiliki sik...