Tak semua orang pandai mengutarakan isi hati mereka.
Menyimpan luka yang menyakitkan sudah seperti kebiasaan,
sehingga kebal akan rasa sakit seiring berjalannya waktu.⸶•⸷
Hazel berbalik ke arah Mona. Segera membantu Mona bangun dan memapahnya keluar. Ragu dan cemas mulai menyelimuti Hazel. Mengingat sudah sangat larut untuk keluar. Selain itu, asrama memiliki aturan sendiri.
"Apa yang kau lakukan? Kau melanggar aturan."
Amel menatap Hazel dan Mona yang terluka, tapi memilih acuh dengan luka dan mempertanyakan hal lain. Hazel acuh. Hanya menghela nafas dan kembali melangkah pergi.
"Kau tak bisa pergi seperti ini. Asrama memiliki klinik. Pergilah ke sana."
Hazel masih acuh. Sedikit membuat Amel merasa kesal. Ia pun kembali menahan Hazel.
"Jangan menghentikanku, bu. Aku sulit bersikap sopan pada orang yang membuatku kesal," ucap Hazel.
"Jangan keras kepala. Kembali ke kamar kalian."
"Aku tak percaya padamu." Amel terdiam. Menatap terkejut Hazel. "Ibu, kau salah satu dari banyaknya manusia di sekelilingku yang membuatku lelah. Jika tak bisa memberi penjelasan yang tepat, jangan menghentikanku."
Aku tak bisa tinggal di sini malam ini. Tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Amel hendak menahan Hazel, tetapi kepala pengurus asrama muncul dari jauh. Memberi isyarat untuk tak menahan keduanya.
Hazel memasukkan Mona ke dalam mobil dengan hati-hati. Segera melaju keluar dari sana. Dalam perjalanan, Hazel sesekali melirik Mona yang meringis kesakitan. Ia baru menyadari luka tusuk di perut Mona.
"Terima kasih. Maaf merepotkanmu," ucap Mona sembari menatap Hazel yang tampak cemas.
"Jangan banyak bicara. Mungkin lukanya cukup parah." Cukup dingin. Nyatanya, Hazel cukup cemas dengan keadaan Mona sekarang.
"Hazel. Tidakkah kau berpikir untuk melarikan diri dari sekarang?" tanya Mona.
"Memang ada yang akan berubah? Mereka mengatakan, aku hanya punya dua pilihan. Entah itu hanya bualan atau ..., kita lihat saja nanti."
Mona tersenyum, tapi kedua bola matanya berkaca-kaca. Ada perasaan cemas yang sulit untuk ia ucapkan.
"Ada apa? Katakan sesuatu. Sebentar lagi kita sampai ke rumah sakit. Maaf, aku merasa pusing, jadi aku tak berani melaju cepat," ucap Hazel.
"Sejauh ini, tak ada yang berhasil keluar dengan selamat. Anehnya, walau memiliki keinginan untuk menceritakannya pada orang luar. Tapi mulutku seolah menolak untuk melakukannya. Sekolah ini ..., ada yang salah dengan sekolah ini. Ini seperti kita berkeliaran, bernafas, tapi bukan berarti kita masih hidup," ucap Mona.
KAMU SEDANG MEMBACA
DO OR DIE
УжасыHazel terpaksa pindah sekolah karena ayahnya bangkrut, dan posisinya di yayasan yang menaungi sekolah tempat ia mengenyam pendidikan, terancam. Oleh karena itu, ia memilih pindah sekolah, ke sebuah sekolah yang sudah berdiri cukup lama. Memiliki sik...