Happy Reading
---
Bandung [2013]
Hari itu, Celio bermain di halaman rumahnya bersama sepupunya, Juzel. Kehadiran Juzel selalu menjadi hiburan bagi Celio, terutama saat orang tua Juzel sering bepergian ke luar negeri untuk urusan bisnis. Sejak setahun yang lalu, ketika Ravi pertama kali mengganggu Celio, hari-hari tenangnya berubah menjadi penuh gangguan. Ravi selalu hadir dengan berbagai cara untuk mengusik ketenangan Celio, membuat setiap hari terasa seperti medan perang kecil bagi Celio.
Siang itu, Ravi datang lagi, kali ini dengan segenggam balon berisi air di tangannya. Tawa khasnya sudah terdengar sejak ia melangkah mendekati mereka, tatapannya terfokus pada Celio dan Juzel. Melihat kedatangan Ravi, Juzel sudah tahu apa yang akan terjadi. Dengan cepat, Juzel berdiri di depan Celio, siap menjadi tameng untuk sepupunya yang tersayang. Ravi memiringkan kepalanya, memperhatikan Juzel dengan tatapan bingung sebelum tertawa terbahak. Tanpa peringatan, Ravi melemparkan balon pertama ke arah Juzel sambil berteriak, "Tangkap!"
Juzel berhasil menangkap balon itu, tetapi balon pecah di tangannya, membuat airnya membasahi tangan dan sebagian tubuhnya. Celio yang berdiri di belakang Juzel ikut tersentak saat cipratan air membasahi bajunya, dan Ravi semakin puas melihat reaksi mereka. Ravi terus melemparkan balon demi balon ke arah Juzel tanpa henti, sambil mengejek, "Terus aja jadi tameng buat si anak manja!" Sindiran itu jelas ditujukan untuk Celio, yang hanya diam dan bersembunyi di balik Juzel, meski hatinya bergejolak.
Juzel, yang lebih sabar dan kuat, tetap berdiri tanpa menanggapi celotehan Ravi. Ia fokus melindungi Celio, meskipun perlahan tubuhnya juga mulai basah oleh lemparan balon Ravi. Melihat Juzel yang tak bergeming, Ravi akhirnya berhenti, terdiam sejenak sambil berpikir. Ia mendekat, lalu dengan senyum jahil, Ravi mengulurkan balon berisi air kepada Celio dan Juzel, memaksa mereka ikut bermain. "Ayo, lempar aku! Balas aja kalau berani!"
Celio, yang sudah lama memendam kesal pada Ravi, akhirnya memanfaatkan kesempatan itu. Dengan penuh semangat, Celio melempar balon air tepat ke dada Ravi. Balon itu pecah dengan bunyi nyaring, membasahi Ravi hingga bajunya basah kuyup. Celio tertawa puas, menjulurkan lidahnya dengan gaya mengejek. Melihat Celio yang begitu bahagia membalas Ravi, Juzel pun ikut-ikutan melempar balonnya, kali ini tepat mengenai lengan Ravi.
Tak butuh waktu lama, halaman rumah Celio berubah menjadi arena perang balon air yang seru. Ketiganya saling melempar balon tanpa ampun, tawa mereka terdengar memenuhi sore itu. Meski Ravi yang memulai, kini mereka semua tenggelam dalam permainan yang kacau namun penuh keseruan. Namun, kekacauan itu berakhir ketika Bunda Celio keluar dari dalam rumah, terkejut melihat ketiga anak laki-laki itu basah kuyup dan kotor.
Dengan nada tegas namun penuh perhatian, Bunda Celio mengomeli mereka. "Apa-apaan ini! Sudah, kalian semua masuk dan mandi sekarang. Ganti pakaian sebelum kalian masuk angin!" Ketiganya menunduk patuh, menerima omelan Bunda Celio sambil cekikikan pelan. Meski dimarahi, tak ada yang benar-benar merasa bersalah. Mereka masuk ke dalam rumah, masih dengan senyum di wajah masing-masing, karena sore itu mereka semua telah melupakan sejenak perseteruan kecil yang sering terjadi, terjebak dalam momen menyenangkan yang tidak direncanakan.
🦋🐨
Hari-hari berikutnya berubah menjadi masa yang penuh warna bagi Ravi, Celio, dan Juzel. Mereka bertiga sering bermain bersama di halaman rumah, berlarian di gang kecil di depan rumah mereka, atau sekadar duduk di bawah pohon rindang sambil bercerita tentang hal-hal sederhana yang mereka alami setiap harinya. Kedekatan mereka tumbuh dengan cara yang unik, meski persahabatan itu diwarnai dengan kenakalan dan keisengan yang tak pernah berhenti.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAVICELIO'S DAY | HARUKYU
FanfictionRavi dan Celio adalah tetangga sejak kecil yang tidak pernah benar-benar akur. Ravi, yang tinggal bersama neneknya, adalah anak nakal yang gemar mencari perhatian dengan mengganggu orang lain, khususnya Celio. Sementara itu, Celio di mata Ravi adala...