Bagian 5: Lembah Solok

9 0 0
                                    

"Bi, lihat disana." Aku menunjuk kearah rumunan orang-orang.
"Sepertinya ada pertunjukan, Li."

Bian langsung menarik tanganku dan membawaku kekerumunan orang-orang. Aku benar-benar tidak menyangka, aku bisa sampai ke Lembah Solok. Selagi aku asyik menikmati pertunjukan, sudut mataku menangkap Bian yang terus menatapku. Sesekali aku menoleh untuk memastikan, namun Bian juga tidak kalah gesit untuk memalingkan wajahnya. Namun, untuk saat ini aku tidak peduli dengan apa yang Bian pikirkan. Terserah saja dia mau melakukan apa, asalkan tidak menyusahkanku.

*************
"Aku tidur di ranjang. Kau dibawah." Bian dengan gesit menjatuhkan badannya keranjang penginapan.

"Heh, mana bisa seperti itu!" Aku melotot.
"Jadi, kau tidak mau tidur dilantai? Baiklah. Kita bisa tidur bersama malam ini." Bian menatapku dengan ejekan.

Aku sudah kehabisan tenaga untuk berdebat dengannya, jadi aku memutuskan untuk tidur dilantai. Tidak masalah juga Bian tidur diranjang, aku anggap saja sebagai bayaran karena ia sudah mengantarkan aku ke Lembah Solok.

Bian terlihat kelelahan. Jadi, ia langsung tertidur pulas. Sepanjang hari ia mengajakku mengelilingi Lembah Solok. Malam sebelumnya bahkan aku lihat ia bekerja agar kami bisa mendapatkan uang. Jika sedang tertidur  seperti itu, Bian terlihat sangat tampan.

**************
"Kita berpisah dari sini, Li"
"Kau yakin akan pergi mencari pemilik lencana itu sendiri?" Aku berusaha menyakinkan Bian untuk mengajakku.

"Tenang saja, Li. Aku tidak sendirian." Ucapnya dengan santai.

Aku bingung dengan apa yang dikatakan Bian. Bagaimana bisa ia tidak sendirian. Sedangkan yang ia kenal disini hanya aku seorang. Aku sedikit sedih karena Bian benar-benar tidak ingin mengajakku.

"Kau mau ikut ha?" Bian menatapku dengan lembut.
"Bolehkah?" Aku sedikit tersenyum padanya.
"TIDAK" Bian tertawa terbahak-bahak.

Ish, ia benar-benar menjengkelkan. Tanpa sepatah katapun aku langsung keluar dari ruangan dan meninggalkan Bian yang masih tertawa mengejekku.

**************

Aku membaringkan diri diatas ranjang. Akhirnya, aku bisa tidur dengan nyenyak malam ini. Tidak ada manusia menyebalkan yang tidak mau mengalah pada perempuan itu lagi. Baguslah saat aku pulang Bian sudah pergi.

Terdengar suara ayam jantan berkokok. Cahaya matahari terlihat terik dikaki langit timur. Hari-hariku tanpa Bian sangat damai dan tentram. Aku tidak perlu berebutan ini itu dengannya. Untungnya juga aku bertemu pemuda tampan yang baik, jadi aku tidak perlu membayar biaya penginapan untuk beberapa hari kedepan. Hidupku memang beruntung, kecuali dengan Bian.

*************

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The King and His Fairy WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang