Seusai makan malam, anaira sekarang tengah bermain bersama dengan kedua anak kembar ini, dan meratapi nasib karena pipinya kini menjadi sasaran empuk kedua anak itu.
Sangat ingin meminta pertolongan Sandero, tapi sekarang entah kemana perginya ketiga orang dewasa itu meninggalkan anaira yang sudah berpasrah diri, jika pipinya akan memerah nanti.
"Lebih baik, kau juga ikut san." Terdengar suara langkah ketiga orang dewasa itu dari pintu depan.
Membuat anaira tanpa sengaja tersenyum melihat penyelamatnya telah datang, Sandero.
"Ayah, pipi Snaya sakit." Tunjuknya kearah pipi yang sudah memerah, dan kedua anak kembar yang telah diambil oleh orang tua mereka.
Sandero mengelus pipi sang anak lembut dan sedikit meniup menghilangkan rasa sakitnya.
"Maafin Devan dan Ravin ya snaya, biasanya mereka gak gitu kok."ujar wanita itu terhadap anaira dan mengelus rambut gadis kecil itu pelan.
Anaira hanya mengangguk dan segera memeluk Sandero erat, dia saat ini sudah sangat mengantuk ingin segera tidur.
Tidak berselang lama anaira di pelukan Sandero anak itu sudah tertidur dengan nyenyak, tidak menghiraukan tamu yang sudah berpamitan.
Setelah kepergian teman dekat Sandero itu, dengan segera Sandero membawa anaira yang masih digendongan nya itu menuju kamar dan mengistirahatkan sang anak yang sudah berada di alam mimpi.
Berjalan keluar dari kamar anaira Sandero segera pergi menuju ruang kerja miliknya.
"Paman, besok tolong urus perusahaan sebentar aku harus menemani putriku ke suatu tempat." Ucap Sandero kepada seorang lelaki paruh baya yang senantiasa berada di samping nya itu.
"Baik tuan."kata lelaki paruh baya itu, dan sedikit membungkukkan tubuhnya.
~~~~~
Di pagi hari ini, anaira sudah dipusingkan dengan bibi pengasuh yang sudah sibuk mencari pakaian untuk anaira yang baru bangun tidur itu.
"Bibi, pakai baju yang biasanya saja." Ujar anaira terhadap bibi pengasuh yang sudah siap dengan berbagai baju di tangannya saat ini.
Bibi pengasuh menggeleng kan kepala pertanda tidak setuju."Tidak bisa nona, ini sudah disiapkan oleh tuan."
Bibi pengasuh segera mengendong anaira dan memandikan nona muda nya itu, menghiasi anaira dengan gaun berwarna biru yang terlihat sangat cantik dikenakan oleh anaira.
Tidak lupa menaruh jepitan rambut bergambar bunga cantik di rambut anaira yang sudah di kepang.
"Nah, nona sudah cantik ayo turun sarapan dulu." Menggandeng tangan kecil anaira bibi pengasuh itu segera membawa nona muda untuk segera memakan sarapannya.
Anaira segera memakan makanannya dan menatap sang ayah yang juga sudah rapi didepannya saat ini.
"Ayah kita mau kemana?" Tanya anaira dengan mulut yang masih penuh makanan itu.
"Kerumah kakek dan nenek."jawab Sandero seadanya terhadap sang anak yang terlihat sangat penasaran.
Mendengar kakek nenek, anaira hanya bisa mengangguk kedua orang itu sudah biasa seperti itu, padahal baru kemarin mereka bertemu dengan Sandero dan anaira.
Menghabiskan sarapannya, anaira dan Sandero segera memasuki mobil dan keluar dari perkarangan rumah.
Saat ini anaira sibuk memainkan mainan yang di berikan oleh orang tua Devan dan Ravin, sebuah rubik yang kini menjadi mainan kesukaan anaira selain boneka beruang.
Entah sudah berapa lama mereka melewati jalan lalu lintas, dan belum sampai juga ke tempat tujuan, perasaan anaira ke mansion aqatara tidak sejauh ini.
Mengangkat bahu tidak peduli, anaira masih melanjutkan memainkan rubik, tidak memperhatikan Sandero yang membelokkan arah tujuan yang mana memang bukan mansion aqatara tujuan mereka.
Merasa sedikit bosan, anaira melirik kearah Sandero yang sibuk mengendarai, sampai tidak menyadari kini mobil itu telah berhenti.
"Sudah sampai, Snaya ayo turun sapa kakek dan nenek."ucap Sandero terhadap anaira yang sudah berada digendongan nya saat ini.
Anaira melihat siapa yang dimaksud dan benar saja dugaan nya ternyata tidak pernah salah, sekarang dirinya dan Sandero telah tiba di kandang serigala, mansion keluarga Renggana.
Terlihat didepannya saat ini sudah ada beberapa orang termasuk kedua paruh baya yang disebut Sandero, kakek dan nenek itu.
"Nenek, siapa si gendut di gendongan paman itu?."Ucap seorang anak lelaki yang kini tengah memandangi anaira di gendongan Sandero.
Mendengar kata gendut keluar dari mulut anak lelaki itu, anaira melompat turun dari gendongan Sandero dan segera menarik kencang rambut anak nakal didepannya saat ini.
Melihat anaira yang melompat begitu saja, beberapa orang dewasa disana terlihat sangat terkejut.
"Aku enggak gendut, kurus."ucap anaira dengan tangan yang masih berada di rambut anak lelaki itu.
Anaira dengan amarahnya dan anak lelaki yang sudah menangis kesakitan akibat tarikan dirambutnya.
"Mama, anak gendut nakal." Rengekan terdengar dari mulut anak kecil itu yang kini ditenangkan oleh ibunya.
Sedangkan anaira kini gadis kecil itu tengah tersenyum kemenangan sudah membuat Raka si protagonis menangis oleh tangannya.
"Terima lah amarah dari pembaca ini Raka"batin anaira bangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Snaya
FantasyAnaira tidak tahu jika dengan menutup mata untuk tidur dia akan berpindah kedalam tubuh seorang bayi.