"Kami pulang," ucap lelaki dengan tinggi badan 187cm. Wajahnya mengkilap serta tubuhnya lengket setelah semalaman berjaga. "Kau sudah bekerja keras bung, seharian ini kita harus tidur." Mingyu menepuk badan Reo manna nya.
Seorang pria lainnya juga mengikuti dari belakang, namun wajahnya sudah asam sejak di depan rumah. "Soonyoung! Jihoon! keluar kalian!" serunya.
"Orang yang sedang Jeonghan hyung cari sedang pesta minum teh di rumah kaca. Pergi saja kesana." saut Seungkwan berlari gugup dari arah basement. Sesuatu yang dibungkus kain dan panjang ada dipelukan tangannya.
"Apa yang kau bawa?" tanya Mingyu curiga memperhatikan. "Itu tangan kan, siapa lagi yang mengacau?"
Mata Seungkwan langsung melotot lebar, gawat jika seseorang di dapur mendengar apa yang Mingyu katakan barusan. "Dasar bodoh, pelankan suaramu!" ucap Seungkwan gemas.
"Oh ternyata benar yang Seungkwan bilang tadi," gumam sosok pria berkacamata keluar dari dapur. "Maaf ya Gyu, si payah ini memang seorang pengacau." Manna Wonwoo, Fan juga menggeram karena perubahan emosional pemiliknya.
"A-apa, tidak! Ma-maksudku bukan begitu, sayang... Wonwoo hyung!" Mingyu mengejar Wonwoo ke lantai atas meski belum tau kesalahan yang diperbuat. Namun tangan buntung Wonwoo setidaknya sedikit menjelaskan. Diikuti Seungkwan dan Seokmin serta empat manna, perjalanan ke lantai dua menjadi sangat berisik.
Sedang Jeonghan sedari tadi hanya memperhatikan tanpa komentar apapun. Tidak ada yang perlu diherani juga, ini adalah keseharian normal di rumahnya. Justru kalau anak-anak disini seharian diam duduk tenang barulah patut di curigai.
"Kita masuk ke kamar saja Hani. Ayo bersihkan bulumu, debu para roh membuat warnanya jadi kusam dan tak cantik." ucap Jeonghan pada manna nya. Dia perlu bersantai dulu setelah semalam sibuk berburu.
[Nin.. ninnn ninnn...] Hani terbang mengitari Jeonghan, mengikutinya.
*****
Duduk memutar di meja panjang, Seungcheol lagi-lagi memecahkan gelas. Jisoo sebagai sekertaris sigap mengambil sarung tangan dari saku, mengelap tangan basah ketuanya.
"Kenapa kami harus selalu terlibat di barisan depan gate breaker?!!" Seungcheol menatap nyalang orang-orang diruangan.
Berdiri dibelakang samping Seungcheol, Jisoo bisa memahami sebab kemurkaan pemimpinnya kali ini. Selalu saja, para ular itu memberi mereka (sektor 17) sesuatu yang sulit dan mustahil.
"Seungcheol- tenanglah. Ini bahkan belum diputuskan, duduk lagi dan jangan membuat sekertarismu kerepotan dengan sampah yang kau buat." wanita bergaun merah dan sepatu boots hitam pendek memerintah dari kursi termegah. Aura kepemimpinannya memancar kuat, dia adalah orang yang ditunjuk sedari awal untuk menjadi pemimpin para Theron.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEKTOR 17
FanfictionKalau ditanya apa bayangan kalian mengenai bumi berapa ratus kemudian, pasti dibenak banyak orang adalah kemajuan sains dan teknologi bukan? Tapi bagaimana kalau jawabannya bertentangan, justru di masa depan umat manusia sibuk mempertahankan kehidup...