"Hyung, jie pinjam bulpen nya ya" Jisung dengan hati hati mengadahkan tangannya berusaha meminta pulpen nya yang sedari tadi di pegang oleh hyungnya itu.Sebenarnya seperti biasa mereka akan berkumpul bersama, dengan anak anak yang malam ini sedikit sibuk dengan tugasnya masing-masing.
Seperti Mark Jeno Haechan dan Jaemin yang sibuk di depan laptop mereka masing-masing untuk mengerjakan tugas kuliah sedangkan Chenle dan Jisung sibuk mengerjakan PR mereka yang sesekali di bantu Chanyeol ataupun hyung nya yang lain.
Namun karena Renjun seperti sudah mulai bosan dan terus bergerak acak di samping papanya nahkan kadang Renjun tiba-tiba menarik baju Chanyeol agar menatapnya sehingga Wendy berinisiatif memberikan kertas dan bulpen milik Jisung agar Renjun bisa melakukan apapun dengan dua benda itu.
Awalnya Jisung memang membawa tiga bulpen tapi yang satu di pakai Jeno dan satunya lagi di pegang Renjun, sekarang tiba-tiba bulpen yang dia pakai habis dan Jisung terlalu malas untuk mengambil di kamar.
Wendy dan Chanyeol yang tengah fokus melihat sambil sesekali mengajarkan dan mengenalkan Renjun dengan huruf huruf dan angka menjadi terhenti menatap putra bungsu mereka.
"Bulpen nya abis?" Ujar Chanyeol membuat Jisung mengangguk memperlihatkan bulpen yang sudah kosong isinya.
"Biar papa ambilkan yang baru" baru saja Chanyeol hendak berdiri.
"Pake punyaku saja tuh ada yang nganggur" Chenle memberikan satu bulpennya agar di pakai oleh Jisung sehingga Jisung langsung menerimanya dan kembali melanjutkan pr-nya.
Mark menatap interaksi itu, dirinya menutup laptop nya dengan perlahan dan ikut bergabung dengan kedua orang tuanya meninggalkan semua adiknya yang masih belum selesai.
"Injun gambar apa nih?" Mark melihat coretan coretan di kertas itu.
"Yang penting corat coret Mark, sayang kasih tau hyungnya dong kalau injun sudah bisa tau huruf A dan B tadi pagi" Chanyeol sedikit terkekeh mengusap surai putranya.
"Wah hyung mau lihat" Mark ikut antusias membuat Renjun menatapnya dengan bingung.
"Huh! Akhirnya selesai juga" Haechan sedikit menyandarkan tubuhnya setelah menyelesaikan tugasnya.
"Hyung gantian bantuin kita, tinggal beberapa nomer lagi nih" Jisung dan chenle kompak menyerahkan buku mereka.
Haechan membuka matanya perlahan melihat dua buku yang sudah berada di depannya.
"Kalian berdua salah alamat, gue bukan ahlinya matematika, tunggu Jeno aja dah, gue mau ke dapur" Haechan kembali menyerahkan buku itu pada kedua adiknya dan memilih menuju dapur untuk mengambil cemilan.
"Titip minum Chan sama Chiki yang kemarin gue beli" Jaemin menatap haechan yang hanya mengacungkan jempolnya.
Keesokan paginya seperti biasa Wendy akan membangun kan Renjun terakhir setelah semua orang pergi, hari ini Chanyeol sudah kembali bekerja di kantor setelah sekian lama membawa kerjaan itu kerumah.
Sehingga kini hanya tinggal Wendy saja yang menemani Renjun.
"Bi Tia tolong buatkan bubur seperti biasa ya sama susu hangatnya jangan lupa sekarang pake yang rasa coklat saja" ujar Wendy melepas celemek yang sedari tadi dia pakai dan mencuci tangannya.
"Baik nyonya"
Wendy berjalan perlahan membuka pintu yang masih tertutup itu dengan kondisi kamar yang masih gelap.
Wendy mengelus pelan surai putranya, sedikit terkekeh melihat tubuh putranya yang menghilang di balik selimut dan hanya menyisakan kepalanya saja dengan boneka yang selalu di peluk erat.
"Sayang bangun yuk, sudah pagi anak mama" Wendy berbisik pelan sangat mudah membuat Renjun terbangun dan seperti biasa Renjun akan terkejut ketika di bangunkan dan melihat orang di sekitarnya.
"Hei hei ini mama sayang" Wendy mengelus pelan punggung putranya agar tenang setelah beberapa saat barulah Wendy melepaskan pelukannya.
"Pa" lirihnya saat tidak menemukan seseorang yang biasanya ada di dekatnya.
"Papa kerja hm, Renjun sama mama dulu, sekarang kita mandi yuk sayang" Wendy mencoba dengan tenang agar putranya bisa mengerti.
"Hei hei nanti ketemu papa Renjun mandi dulu nak, astaga" Wendy sedikit kesusahan saat Renjun kembali memberontak.
"BI TIA!! HENDRA!!" Wendy berteriak mencoba memanggil pelayan nya dan juga Hendra yang menjadi bodyguard khusus di rumah ini untuk menjaga Renjun terutama.
Mereka berdua berjalan mendekati Wendy yang masih berusaha menenangkan Renjun...
"Hendra bantu pegang Renjun ya dan bi Ati siapkan peralatan mandinya dan cek suhu airnya juga jangan terlalu panas juga nanti pakaian untuk Renjun" ujar Wendy tanpa menoleh ke arah pelayan kepercayaan nya itu.
Dirinya sendiri tengah sibuk membuka kancing baju putranya yanh sudah menangis menyisahkan celananya saja kemudian meminta Hendra membantunya membawanya ke kamar mandi.
Setelah drama di dalam kamar di mana Renjun yang mengamuk sekarang anak itu tengah anteng di meja makan dengan bubur yang sudah berserakan di mana mana, tidak masalah kalau harus berganti baju lagi nanti, itulah yang di pikirkan Wendy saat ini.
"Lepas lagi bajunya ya" beruntung tadi Wendy hanya memakaikan kaos polos sekarang dirinya tengah mengambil sweater yanh sudah dia siapkan.
"Jisung Chenle, kita kerja kelompok di rumah kalian ya"
Seketika keadaan hening di sekitar mereka padahal suasan kantin sangat ramai tapi tidak di salah satu meja yang kini saling diam seperti patung.
Chenle dan Jisung saling melirik satu sama lain terlalu bingung harus menjawab apa.
"Kenapa harus di rumah kita?" tanyanya yang membuat Dika yang tadi berbicara langsung merasa bingung.
"Ya gak kenapa-napa sih, cuman rumah kalian itu yang jaraknya agak strategis menurut kita, lagian kalian kan pindahan otomatis kita tuh pengen tau kalau rumah yang lainnya kan udah sering kita datengin apalagi nih anak satu Dimas tetanggaan sama gue jadi agar semakin dekat aja kita" ujar Dika namun Chenle dan Jisung bingung harus menjawab apa.
"Di rumah kalian aja" gumam Jisung Chenle juga setuju mereka berdua masih takut membawa orang lain ke rumah mereka.
"Gak bisa hari ini di rumah gue ada acara, jadi kalau ngerjain di sana bakal ramai, lagian kenapa sih kalau di rumah kalian?" Dika menatap Jisung dan juga Chenle yang sangat ketara sekali jika sedang bingung.
"Oke berarti dil ya nanti kita ngerjainnya di rumah kalian berdua" Dika tersenyum tapi tidak dengan Jisung dan Chenle.
"Jadi kalian sempet tinggal di Indonesia tuh sampe usia 4 5 tahunan lalu pindah ke Amerika setelah adik lu hilang dan baru kembali taun ini gitu" ujar Lucas seraya berpikir membuat Mark sedikit terkekeh pelan.
"Silsilah keluarga lu gimana sih Mark sumpah bingung gue, mau di bilang keturunan korea terlalu bule mau indo juga gak bisa" tanyanya lagi hingga Mark terpaksa menutup laptopnya dan meladeni teman pertamanya ini.
"Dengerin, papa itu keturunan korea asli lalu kakek dari papa pindah karena mendapat tugas untuk mengelola perusahaan yang ada di sini lalu nikahlah sama nenek otomatis nenek yang selama ini sering gue ceritain itu cuma ibu tiri papa, sedangkan mama campuran antara orang indo dan china tapi kakek dari mama asli orang bule Canada tepatnya" jelasnya sedangkan Lucas masih antara faham dan tidak faham.
"Intinya campuran semua lah ya, btw adik lu kan ngampus di sini juga, gak pernah keliatan tuh?" Memang benar, Lucas hanya bertemu mereka saat berangkat selebriti mereka semua sudah berpencar.
"Mereka lebih suka buat kelompok sendiri"
Ayo jangan lupa vote sama komen oke
KAMU SEDANG MEMBACA
Stars Behind the Darkness
Fanfictiontidak ada kehidupan sejak balita berusia 3,5 tahun tersebut terkurung dalam sebuah bangunan terbengkalai di belakang mension mewah yang jauh dari pusat kota.... 15 tahun terkurung di tempat yang gelap tanpa ada yang tau bagaimana keadaannya, sebu...