☘️(2)

154 19 9
                                    

Siang itu Jaemin baru selesai kelas terakhirnya di jam 1 siang. Sebelum pulang ke apartemen dia menarik teman dekatnya untuk mampir ke kantin. Jujur saja dia tidak sanggup kalau harus menunggu lebih lama menahan perutnya yang dari tadi memberontak. Salahkan saja dosen yang suka sekali korupsi jam, Jaemin yang tidak sarapan tersiksa menunggu nyaris satu setengah jam menahan rasa lapar.

"Jangan banyak-banyak ya spesies dosen yang suka korupsi jam nyaris 2 jam, lho. Mentang-mentang dia kelas terakhir hari ini. Tidak tahu apa ada orang yang hampir mati kelaparan." Omel Jaemin sepanjang perjalanan menuju kantin fakultasnya.

"Dosen yang agak berumur memang suka begitu, Na. Disenggol dikit juga tantrum nanti, serba salah." Timbal Haechan.

"Padahal aku suka sama mata kuliahnya, sayang banget dosennya red flag."

"CPOB harus menghapal, kalau aku sih malas."

"Mending CPOB dari pada anatomi, banyak bahasa alien, capek."

Haechan menghela napas lelah, "alien matamu."

"Sudah-sudah, jangan bahasa pelajaran, aku lapar." Setelah mengatakan itu Jaemin langsung pergi memesan menu andalan kala bingung ingin makan apa tapi sudah kelewat lapar.

"Bu, pesan ayam geprek. Tolong tahu sama ayamnya di ulek sampai tidak berbentuk pokoknya." Pinta Jaemin. Setelah mendapatkan acungan jempol, Jaemin melipir mencari minuman. Karena hari ini cuacanya panas, dia pesan jeruk peras biar segar. Tidak lupa dengan air putih wajib Jaemin minum minimal 1.500 ml dalam sehari.

Setelah mengambil air mineral kemasan 600 ml dalam kulkas, Jaemin terdiam sejenak. Matanya mencoba melirik ke samping kiri letaknya tidak terlalu jauh dari kulkas. Perawakan laki-laki tidak begitu asing yang tengah makan di sana membuat Jaemin bingung. Pasalnya barang-barang yang dibawa laki-laki itu identik dengan anak FK, kenapa dia ada di kantin FF?

Selain itu, dia mirip sama laki-laki mesum yang ditamparnya tempo hari. Apa laki-laki itu lupa ingatan di mana letak fakultasnya akibat terlalu mesum? Hawa-hawa ingin menghampiri dan mencaci maki laki-laki itu seolah berkobar dalam jiwa Jaemin. Masih tidak terima ya dia di intip begitu.

"Minggir, aku juga mau ambil minum. Duduk sana." Usir Haechan.

Jaemin melirik Haechan sebentar sebelum pergi dari sana. Setelah duduk di kursinya, arah pandangnya tak luput dari laki-laki itu. Yang tidak Jaemin prediksi kalau laki-laki itu akan menoleh ke arahnya, Jaemin yang sudah terlanjur berpadu pandangan dengan laki-laki itu tidak mau mengalah.

Melihat senyum tipis terbit dari laki-laki itu membuat dugaan Jaemin nyata. Tidak, itu bukan senyum ramah, melainkan senyum seperti menantang dirinya. Jaemin pikir jangan-jangan laki-laki ini bertingkah aneh efek stres dari pelajaran yang tidak mampu dia selesaikan.

Jaemin membuang muka pura-pura sibuk dengan ponselnya kala Haechan terlihat berjalan ke arahnya. Walau Haechan teman akrabnya, Jaemin tidak terlalu terbuka urusan pribadinya diketahui siapapun. Jaemin merasa urusannya dengan laki-laki itu akan cukup rumit.

~°~

"Aku duluan." Pamit Haechan. Siang ini dia ada acara keluarga, biasanya pulang pergi suka bersama dengan Jaemin. Bukan apa-apa, Jaemin itu sangat kesepian, dia tidak pernah tega melihat wajah murung temannya itu. Ya walaupun yang dia tahu hanya sebatas kedua orang tua Jaemin terlalu sibuk bekerja.

Setelah mobil yang ditumpangi Haechan tidak terlihat lagi, barulah Jaemin berbalik berniat untuk ke parkiran. Namun naas saat dia berbalik langsung menabrak tubuh seseorang. Kalau saja tidak ada tangan yang bertengger di pinggangnya, Jaemin pasti sudah jatuh di atas semen. Jaemin sudah ada rencana untuk mengajukan cuti semester ini, malunya itu Jaemin tidak bisa menanggungnya.

"Maaf, maaf." Ujar Jaemin sepenuh hati.

"Tidak apa-apa kok."

Jaemin mendongak melihat siapa yang menolong sekaligus korban atas kecerobohannya ini. Seketika rasa bersalah dalam hati Jaemin langsung lenyap kala wajah laki-laki mesum itu terpampang sangat dekat dari wajahnya.

"Kau sengaja kan berdiri di belakang ku?" Tuduh Jaemin.

"Mungkin saja." Laki-laki itu berkata sangat santai serta senyum tipisnya tidak pudar.

Jaemin memberontak kala tubuhnya ditarik oleh laki-laki ini agar tubuh mereka lebih dekat. "Urat malu kau sudah putus ya? Ini di tempat umum, kau mau berbuat mesum!" Pekik Jaemin marah. Tenaga laki-laki ini terlalu kuat, aneh sekali, padahal dia juga kaki-laki walaupun tubuhnya tidak memiliki otot lebih seperti laki-laki ini, maklum dia suka rebahan soalnya.

Tangan Jaemin sendiri sibuk  menahan agar tidak masuk dalam rengkuhan laki-laki itu saja kalah kuat. Jaemin jadi ingin mempertanyakan apakah laki-laki ini manusia sungguhan? Kenapa tenaganya berlebihan sekali.

Baru kali ini Jaemin dipeluk orang asing, ingin rasanya Jaemin gigit dada laki-laki ini. Tapi sepertinya tubuh laki-laki ini terlalu keras untuk dia gigit dagingnya, serba salah. Mau melayangkan pukulan tapi kedua tangannya sudah terhimpit ditengah-tengah tubuh mereka.

"Aku hanya menolong agar kau tidak terjatuh, mesum darimana coba?" Bela laki-laki itu.

"Kalau niat nolong ya nolong saja, tidak perlu sampai meluk juga!"

"Soal ini, mubajir tidak sih kalau sudah sedekat ini tidak dipeluk?"

Cukup, Jaemin tidak tahan dengan emosinya. Tangannya yang sibuk bertengger di depan dadanya guna menahan tubuhnya agar tidak menempel dengan laki-laki ini, berpindah terulur ke atas meraih helaian rambut si kaki-laki, sepenuh hati Jaemin jambak rambut itu.

"Aku suka lho orang yang kasar begini." Bisik laki-laki itu. Tidak terdengar ringisan sama sekali dari bibirnya.

Darah dalam tubuh Jaemin berdesir merinding. Keputusan Jaemin menjambak rambut itu salah besar, laki-laki ini malah memiliki kesempatan memeluknya lebih erat serta kepalanya yang menunduk seolah ingin menjamah lehernya.

"Ingat mamaku Lee Jeno. Karena besok kita akan bertemu lagi, jika ku tanya dan kau melupakannya, maka kau sudah siap dengan konsekuensinya." Jeno melepas pelukannya lalu menatap senang pada laki-laki yang mematung syok.

~°~

Rupa laki-laki yang memaksa tidak ingin dilupakan.

Rupa laki-laki yang memaksa tidak ingin dilupakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Wet Wipes Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang