Jaemin hanya ada satu kelas hari ini, sekitar jam 10 pagi dia sudah siap meninggalkan kampus. Beruntung hari ini juga tidak ada acara apa pun di organisasi, Jaemin berencana mau langsung istirahat di rumah, maklum dari minggu lalu dia selalu disibukkan oleh laprak atau urusan organisasi.
Jaemin berjalan santai menuju parkiran. Wajahnya yang sumringah itu tiba-tiba bingung kala tidak mendapati keberadaan mobilnya. "Tidak mungkin kan mobilku jalan sendiri sedangkan kontaknya ada di aku?"
Jaemin mengambil kontak itu di dalam tasnya, keningnya menyerengit mendapati kontak yang asing itu. Mana nih gantungan kuncinya yang lucu?
Dret ....
Perhatian Jaemin teralih ke ponselnya yang ada panggilan masuk. Tertera nama kontak 'Si Sipit' disana. Oh! Jaemin baru ingat kalau tadi pagi laki-laki gila itu entah dapat angin dari mana menjemputnya, terus dia sendiri turun di fakultasnya dan menyuruh penumpang membawa mobilnya.
"Apa lagi?" Tanya Jaemin tidak santai. Agaknya keinginannya untuk pulang cepat akan batal sih ini. Hawa dari laki-laki gila itu memang sudah tidak enak dari awal.
"Sudah selesai kelas belum?"
"Iya sudah, ini aku mau pulang."
"Ke sini dulu, aku meninggalkan buku di mobil untuk kelas sore ini."
"Malas ah ke sana. Ambil sendiri ke sini."
"Aku tidak ada kendaraan."
"Resiko kau yang banyak tingkah, siapa suruh aku bawa mobilmu segala."
"Aku belikan jajan."
"Jajan apa?" Mulai tertarik Jaemin kalau disogok.
"Terserah mau apa."
"Tunggu aku di parkiran. Sampai sana kau tidak ada, aku langsung pulang." Ancam Jaemin.
"Iya, aku jalan ke parkir kok ini."
"Ya sudah." Jaemin mematikan sambungan telpon. Dia bergegas pergi ke FK.
~°~
Jaemin tidak keluar dari mobil, menunggu pemilik mobil yang masih asik tebar pesona di luar sana. Kalau kesabarannya habis, Jaemin tidak keberatan merusak mobil ini. Sepertinya Jeno orang kaya, beli mobil baru bukan perkara besar.
Hingga beberapa menit masih tidak ada tanda-tanda laki-laki sipit itu mendekat. Pura-pura tidak lihat atau sengaja? Heran juga Jaemin. Dia datang ke sini bukan untuk melihat buaya darat bertemu mangsanya. Jaemin mencari kontak Jeno lalu langsung menelponnya.
"Kau buta atau bagaimana, hah?! Aku sudah datang dari 15 menit yang lalu, dan kau malah sibuk tertawa seperti orang gila di sana, buang-buang waktu saja." Omel Jaemin bahkan sebelum Jeno membuka mulutnya.
Mendengar itu kepala Jeno celingak-celinguk mencari keberadaan mobilnya. Ini matanya yang memang tidak menemukan letak mobilnya, atau Jaemin bohong?
"Sama mobil sendiri juga lupa?! Di sebelah kanan mu padahal, Jeno. Noleh kanan! Jangan sampai aku turun ya, ku tarik telinga mu nanti dihadapan mereka!"
"Jangan marah-marah, nanti darah tinggi, lho." Jawaban Jeno yang semakin membuat Jaemin mengomel. "Iya, ini aku ke sana."
"Cepat!"
Jeno pamit kepada teman-temannya, baru dia berjalan ke arah mobilnya yang terparkir. Letaknya yang agak tertutup dari tempat dia menunggu tadi karena terhalang mobil lain. Wajar sebenarnya dia tidak melihat, tapi balik lagi, Jaemin sepertinya tetap akan menyalahkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wet Wipes
FanficJeno yang menyukai rasa sakit, bersinggungan dengan Jaemin yang memiliki kesabaran setipis tissue. Walaupun keduanya tampak seperti dua kubu yang saling bertentangan, namun satu hal yang bisa membuat keduanya cukup dekat, yaitu, mereka sama-sama hau...