CGT : 10. Sekolah Baru

1.1K 79 5
                                    

S E K O L A H B A R U

"Terkadang kata-kata yang terlontar dari mulut kita bukanlah apa yang sebenarnya kita rasakan, tapi hanya cermin dari rasa kecewa yang terlalu lama terpendam."

· · ─────── ·𖥸· ─────── ·

Tekan icon bintang sebelum baca. Tekan icon komentar setelah baca lalu tinggalkan jejak. Itu tandanya kamu menghargai karya sang penulis!

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

『 Happy Reading 』

"BAGAIMANA dengan keadaannya?" tanya lelaki yang berada disebrang telepon.

Pria paruh baya yang ditanya tadi mendengus. "Memburuk, mudah-mudahan saja bisa sembuh dari penyakit mental yang dideritanya."

Lelaki yang berada disebrang telepon mengangguk walaupun tidak dilihat oleh lawan bicarannya. "Yah ... Semoga saja."

"Bagaimana dengan 'dia'? Apakah dia baik-baik saja disana dengan seseorang itu?" tanya Pria paruh baya itu menanyakan keadaan dia.

Terdengar helaan nafas dari lelaki yang berada disebrang telepon. "Tidak baik-baik saja, 'dia' memiliki nasib sama seperti ayahnya dahulu kala, tetapi tidak semua. Aku khawatir dia akan seperti ayahnya," celetuk lelaki itu dengan nada cemas.

"Kau tidak bisa menghentikan perbuatannya?"

"Tidak bisa. Jika aku melakukan itu, aku akan dicurigai olehnya. Maka jalan satu-satunya adalah dengan cara menunggu ayahnya datang menolongnya."

"Harus seperti itu? Tidak ada cara lain? Aku tidak tega 'dia' menderita disana tanpa seorang pun yang membantunya."

"Tidak ada cara lain, seseorang itu kuat hampir setara dengan ayah 'dia'. Kau mengerti maksudku, bukan? Jadi, 'dia' harus menahan semua penderitaan itu sampai ayahnya datang untuk menolong dia."

"Aku rasa, itu tidak mungkin."

"Tidak mungkin? Mengapa?"

"Apakah kau menjadi amnesia? Bukankah ayahnya sekarang tengah menderita juga? Lalu bagaimana caranya ayah dia akan menolongnya?"

"Ck! Rumit sekali, pokoknya tugas kau membantu ayah 'dia' untuk sembuh dari penyakit mental yang sedang diidap pria itu."

"Hei, kau kira gampang, hah?!" hardik pria paruh baya itu kepada lelaki yang menjadi lawan bicaranya.

"Ya kau─"

Prang!

Pria paruh baya itu menoleh cepat ke arah atas, lebih tepatnya ke arah kamar yang ditempati seseorang.

"Aku mendengar suara pecahan, apa yang terjadi?"

"Hei, berbicaranya nanti lagi saja. Aku harus mengurus sesuatu yang penting sekarang."

"Oke, kawan. Aku mengerti maksudmu, sampai jumpa lagi."

Tut!

Cool Girl TransmigrasionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang