1 :Pertemuan dan pesan malam

153 111 29
                                    

Ketika aku sedang termangu menatap salah satu karya indahku yang terpampang di rak buku besar, tiba-tiba aku mendengar suara lembut seseorang memanggil namaku.

"Sha.. Renesha," suaranya seperti bisikan lembut yang menyelinap ke telingaku, membuatku tersadar dari lamunan.

Aku menoleh dan melihat seorang laki-laki berdiri di depanku. Matanya berwarna kecoklatan, dengan tatapan yang teduh dan penuh arti. Senyumnya, yang manis dan akrab, tampaknya tidak asing bagiku. Senyumnya yang membuatku terpesona, begitu menawan dan tiada duanya.

"Masih belum ketemu bukunya?" tanyanya dengan nada ramah sambil melirik rak buku di sampingku.

"Iya, belum ketemu nih," jawabku, bibirku mengerucut lucu.

"Oh, buku ini lagi jadi best seller, ya?" tanyanya sambil mengambil sebuah buku dari rak.

Aku mengangguk dan menatapnya penuh rasa penasaran. "Lo tau buku ini, emangnya?"

Senyumannya melebar, menampilkan lengkungan yang begitu menawan. "Gue tau kok. Kisah cinta para pemeran utama di novel ini lucu dan gemesin. Apalagi dengan beberapa konflik yang mereka hadapi, bikin hubungan mereka makin erat."

"Lo suka novel ini?" tanyaku, mataku terbuka lebar.

"Iya, novel ini udah jadi salah satu favorit gue. Nama pemeran utamanya sama kayak nama kita. Gue suka banget. Jadi berasa baca cerita kita pas SMA," jawab Ethanio dengan tatapan yang menerawang jauh, seperti mengenang masa lalu kita.

Aku tersenyum tipis, "Bikin lo ngerasa nostalgia, ya?"

"Iya, Sha. Buku itu sama cantiknya kayak lo," kata Ethanio, matanya tak pernah alih dari wajahku.

Aku terkejut, "E-eh? Lo ngomong apasih, Than?"

"Buat gue, lo selalu cantik, Renesha," katanya sambil dengan lembut menyisipkan sebagian helai rambutku di balik telinga.

Aku merasa malu dan mencoba menutupi wajahku dengan kedua tangan. "Kok lo malah gombal gini sih, Than?"

"Gue serius. Di dunia ini, nggak ada yang bisa menggambarkan kecantikan lo, Renesha Allea Karuna," katanya dengan senyum tipis yang menawan, matanya tidak pernah lepas dari wajahku.

"Ethaaan, stop! Gue maluu," kataku, wajahku semakin merah.

"Coba kalo dulu gue nggak ngedeketin lo duluan, pasti lo udah jadi cewenya Fareez," katanya dengan tatapan nostalgia, seolah kembali ke masa-masa SMA kita.

"Dulu ya?" gumamku, menatapnya dengan penuh rasa ingin tahu dan mengenang kembali awal mula pertemuan kami.

***

Suara bising memenuhi ruang kelas yang penuh dengan para siswa yang sedang bercanda dan beraktivitas. Bola kertas terbang dari satu meja ke meja lain, pesawat kertas melayang-layang, dan beberapa siswa tampak tidur dengan nyaman di meja mereka. Terlihat jelas bahwa para guru tidak tampak terganggu dengan keramaian ini.

"Sha, nanti istirahat lo mau ke kelas IPS 2 lagi?" tanya Rami, teman sebangku Renesha, sambil mengangkat alisnya.

"Iya, nyamper Ona," jawab Renesha dengan nada ceria.

Rami tampak heran, "Kalian kan dulunya satu SMP. Kok bisa sih kalian milih jurusan yang beda? Lo milih IPA, sedangkan Vilona milih IPS."

"Ya, hidup itu emang unpredictable. Kadang berputar, kadang macet," Renesha menjawab sambil tertawa kecil, menganggap hal itu dengan santai.

Rona di Balik MataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang