2 :Pertemuan tak terduga

127 110 13
                                    

Ethanio tengah menikmati bekalnya, ditemani oleh Arvelo, teman sebangkunya yang juga membawa bekal. Suasana di antara mereka penuh canda dan tawa, seperti biasa. Namun, momen itu berubah ketika dua gadis dari kelas MIPA melangkah masuk ke kelas mereka.

Ethanio terdiam, seolah waktu berhenti di tempat. Matanya terpaku pada salah satu gadis yang baru saja masuk ke kelas. Wajahnya berubah serius, seakan dunia di sekelilingnya memudar dan hanya menyisakan gadis itu dalam pandangannya.

Gadis itu melangkah dengan anggun, kaki rampingnya bergerak ringan menuju salah satu meja di dekatnya. Kulitnya seputih susu, terbalut seragam olahraga yang nampak begitu serasi dengan sosoknya. Rambutnya yang disanggul acak memberi kesan unik yang mengundang perhatian.

Wajah gadis itu indah, dengan tulang pipi yang halus, dagu yang sedikit lancip, bulu mata lentik, dan leher jenjang yang tampak jelas karena sanggulnya. Setiap gerakannya membuat Ethanio makin terpaku, tak bisa mengalihkan pandangan. Ia benar-benar terpesona, seperti ada daya tarik magnetis yang tak terlihat.

"Nio, woi. Lo kenapa tiba-tiba diem?" Arvelo memecah lamunan Ethanio.

Arvelo Rajaswara, teman sebangkunya, adalah sosok dengan kulit coklat manis senada dengan warna matanya. Gigi taring yang terlihat saat ia tersenyum, menambah kesan manis pada wajahnya.

"Pel, yang satu buat gue, satu lagi buat lo. Deal, ga?" Ethanio bercanda sambil menaik-turunkan alisnya.

Mendengar itu, Arvelo tertawa kecil. "Candaan lo bisa aja, gue udah ada cewek yang gue taksir," balas Arvelo, menanggapi candaan sahabatnya.

"Gue serius, Pel," ucap Ethanio tegas. Matanya masih terpaku pada gadis yang duduk di depan meja Vilona.

Arvelo terdiam sejenak. Apakah akhirnya kisah romansa telah menyapa teman masa kecilnya ini?

"Yaudah, kita balik ke kelas dulu ya, Na," suara lembut salah satu gadis terdengar, memecah keheningan sebelum mereka keluar kelas.

Begitu gadis itu keluar, Ethanio langsung bangkit dan menghampiri bangku Vilona.

"Vil, tadi siapa? Temen lo?" tanya Ethanio penasaran.

"Iya, kenapa emang? Temen gue itu, jangan deketin ya. Gue ga sudi temen gue sama lo," Vilona sewot, menatap Ethanio dengan tatapan garang.

"Santai aja, elah. Gue cuma nanya," jawab Ethanio santai sambil kembali ke tempat duduknya.

"Jangan coba-coba rayu temen gue! Temen gue anak baik-baik," ancam Vilona, matanya tajam menatap punggung Ethanio yang cuek.

"Emang lo kira gue bakal ngapain?" tanya Ethanio sambil menatap balik dengan tatapan serigala yang siap menerkam mangsanya.

"Lo demen sama cewek tadi? Yang rambutnya disanggul?" suara Icarla, teman sekelas mereka yang dikenal tomboy dan sering dipanggil Lala, tiba-tiba terdengar.

"Gue belum yakin," jawab Ethanio ragu.

"Kalo lo demen, kejar. Keburu diambil orang," Icarla menyarankan sambil melirik ke arah pintu.

"Soalnya setau gue, banyak cowok yang demen sama si Renesha," lanjutnya, menyebut nama gadis yang tadi mencuri perhatian Ethanio.

di bangkunya, Ethanio masih saja mencuri pandang ke arah pintu kelas. Pikirannya tak lepas dari sosok gadis yang tadi masuk bersama temannya. Rasanya seperti melihat sesuatu yang selama ini tidak pernah ia sadari ada di dunia ini. Arvelo, yang duduk di sebelahnya, hanya menggeleng sambil tersenyum kecil, memahami kondisi sahabatnya itu.

"Nio, lo masih mikirin cewek tadi?" goda Arvelo sambil menyikut lengan Ethanio, berharap bisa sedikit mengguncang temannya dari lamunan.

Ethanio hanya mengangguk pelan, tapi matanya tidak sepenuhnya fokus. Dia terlalu sibuk mengingat setiap detail yang dia lihat, dari rambut yang disanggul acak hingga langkah ringan gadis itu saat melintasi kelas mereka.

Rona di Balik MataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang