35, bandara Sukarno-Hatta

330 16 0
                                    

"Jadi kamu beneran hamil?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadi kamu beneran hamil?." tanya Shaka, shok.

Aqilla, tadi memang sudah menjelaskan semuanya setelah mereka selesai makan makanan khas Jerman, yang dibuatkan langsung oleh chef Pervesiol Shaka. "ya," gumam aqilla pelan.

Ia menoleh kearah Shaka "apa bisa kita ngobrolnya pake Lo Gua aja kak?." tanya aqilla.

Shaka, memang lebih tua usianya, yah kurang lebih beda 3/4 tahuanan gitu. Shaka mengangguk setuju lalu ia menoleh ke arah Amora "terus sekarang rencana kalian mau apa? setelah lulus sekolah?."

"Kalo gue si kynya bakal ngelanjutin kuliah disini." jawab Amora accident, yah gimana gak accident orang kampusnya ga jauh dari caffe ini, jadi enak kalo pulang ngampus ia bisa bertemu dengan CEO caffe Tamfan ini.

"Mau ambil jurusan apa kalo boleh tau?." tanya shaka penasaran.

"Mungkin kedokteran si."

"Oh mau jadi dokter? dulu juga gue pengan jadi dokter, tapi di suruh sama ortunya ngambil jurusan bisnis. Yah gitu deh. Tapi bagus lho kalo mau ngambil jurusan dokter." sahut shaka sedikit terseyum pada amora, yang di balas juga oleh amora.

Aqilla, memandang mereka berdua heran, "kenapa gue rasa amora sedikit centil ya sama kak shaka? Atau cuma perasaan gue aja kali yah?." tanya aqilla dalam hati.

"Kyanya kalian akrab banget, padahal baru ketemu lho." celetuk aqilla.

Amora menoleh kearah aqilla dengan muka sedikit memerah, sedangkan shaka ia hanya terseyum lalu memggaruk belakang kepalanya, canggung "oh ya kalo lo gimana qil?."

"Kyanya ga bakal bisa kuliah deh, paling langsung terjun kedunia bisnis, ngebantu bantu om max." jawab aqilla dengan senyuman yang sepertinya memiliki arti.

Mereka berdua mengangguk mengerti, mereka tau arti dari senyuman itu, memang tidak mudah bagi aqilla menjalankan ini semuanya, karna Amora sangat tau betul, dari sikap aqilla yang cerita terdapat luka di dalamnya.

Amora juga sering mendengar tangisan aqilla dimalam hari, karna memang kamar mereka bersebelahan jadi ia bisa mendengar jelas tangisan aqilla yang menyayatkan hati. ia tahu aqilla bukan tipe orang yang memberitahu tentang luka dirinya pada orang lain. Bahkan jika itupun kakek neneknya, karna menurut aqilla. Itu bisa saja mengganggu pikirin mereka. Jika ia masi bisa menampung semuanya, jadi ia tidak usah membuang-buang waktu untuk menceritakan ceritanya yang ia sendiri pun bingung mau mulai dari mana.

"ya kita faham ko. Lo kalo ada apa apa jangan sering di pendam. Bilang aja sama kita. Kalo memang kita bisa kita bakal bantu lo." Ujar shaka yang di iyakan oleh Amora

Aqilla mengangguk lalu terseyum "oke, sebenarnya sekarang gue lagi pengen sesuatu tapi...." aqilla dengan sengaja tidak melanjutkan ucapan ia malah menunduk lalu memainkan jarinya.

"Tapi apa? bilang aja qill." sahut Amora.

Aqilla, menoleh kearah mereka berdua dengan tatapan seperti anak kecil "tapi kalian janji ya mau nurutin?." Amora, dan Shaka tanpa rasa curiga sedikitpun mengangguk kepalanya setuju

GarQil {Revisi}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang