Prolog

9 4 1
                                    

𝘋𝘪 𝘵𝘦𝘱𝘪 𝘭𝘢𝘶𝘵 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘣𝘪𝘴𝘪𝘬 𝘭𝘦𝘮𝘣𝘶𝘵, 
𝘊𝘢𝘩𝘢𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘯𝘫𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘳𝘱𝘢𝘯𝘤𝘢𝘳
𝘔𝘪𝘮𝘱𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘭𝘢𝘺𝘢𝘳, 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘰𝘮𝘣𝘢𝘬 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘳𝘪, 
𝘕𝘢𝘮𝘶𝘯 𝘩𝘢𝘵𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘣𝘦𝘭𝘢𝘩, 𝘢𝘯𝘵𝘢𝘳𝘢 𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘴𝘢𝘩𝘢𝘣𝘢𝘵𝘢𝘯.

𝘋𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘵𝘢𝘵𝘢𝘱𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘸𝘢 𝘣𝘢𝘥𝘢𝘪, 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘦𝘺𝘢𝘬𝘪𝘯𝘢𝘯, 
𝘚𝘦𝘣𝘶𝘢𝘩 𝘫𝘦𝘮𝘣𝘢𝘵𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘫𝘢𝘭, 𝘱𝘦𝘯𝘶𝘩 𝘵𝘦𝘬𝘢-𝘵𝘦𝘬𝘪, 
𝘈𝘯𝘵𝘢𝘳𝘢 𝘥𝘶𝘢 𝘫𝘪𝘸𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘳𝘪𝘬𝘢𝘵 𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘯𝘢𝘴𝘪𝘣.

𝘏𝘢𝘳𝘢𝘱𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘪𝘭𝘢𝘶, 
𝘔𝘦𝘮𝘣𝘢𝘸𝘢 𝘪𝘮𝘱𝘪𝘢𝘯 𝘬𝘰𝘵𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘨𝘦𝘮𝘦𝘳𝘭𝘢𝘱, 
𝘕𝘢𝘮𝘶𝘯 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘩𝘢𝘯𝘨𝘢𝘵𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘪𝘯𝘢𝘳 𝘮𝘦𝘯𝘵𝘢𝘳𝘪

𝘊𝘪𝘯𝘵𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘴𝘢𝘩𝘢𝘣𝘢𝘵𝘢𝘯, 𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪 𝘨𝘦𝘭𝘰𝘮𝘣𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘢𝘭𝘪𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘦𝘫𝘢𝘳𝘢𝘯, 
𝘔𝘦𝘯𝘨𝘶𝘬𝘪𝘳 𝘫𝘦𝘫𝘢𝘬 𝘥𝘪 𝘱𝘢𝘴𝘪𝘳, 𝘵𝘢𝘬𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘯𝘢𝘩 𝘴𝘢𝘮𝘢, 
𝘋𝘪 𝘣𝘢𝘭𝘪𝘬 𝘬𝘢𝘳𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘯𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘤𝘪𝘱𝘵𝘢𝘬𝘢𝘯, 
𝘋𝘪 𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘭𝘢𝘣𝘶𝘩.



𝐏𝐫𝐨𝐥𝐨𝐠.

𝚱𝐚𝐦𝐢𝐬, 13 𝚨𝐩𝐫𝐢𝐥 2017

“Soe-hee!” panggil seorang pria dari kejauhan, melambaikan tangannya dengan riang.

Soe-hee mempercepat langkahnya, mengenali suara ceria yang tak asing. Ryu Hyun-jin, kakak laki-laki kesayangannya yang selalu mampu membawa semangat ke dalam hidupnya. Saat ia mendekat, Hyun-jin berdiri di dekat tumpukan kerang, wajahnya bersinar seperti matahari yang membakar langit biru.

“Kakak mendapat banyak abalon hari ini!” Hyun-jin berkata dengan gembira, menunjukkan hasil tangkapannya. Kerang-kerang berkilau di bawah sinar matahari, dengan aroma laut yang segar menguar dari bakulnya.

“Wow! Berapa banyak?” tanya Soe-hee, matanya berbinar.

“Hmm.. sekitar tigapuluh mungkin! Ibu pasti senang,” jawab Hyun-jin sambil tersenyum lebar.

Soe-hee mengangguk. Abalon adalah hidangan favorit mereka, dan setiap kali Hyun-jin pulang dari laut dengan hasil tangkapan yang melimpah, suasana di rumah menjadi lebih hangat. Mereka tumbuh bersama di desa ini, setiap kenangan yang mereka buat di tepi pantai mengikat mereka lebih erat.

“Mari kita bawa pulang,” ajak Hyun-jin, kembali menuju rumah.

Dalam perjalanan, Hyun-jin bercerita pada adiknya tentang apa yang ia lihat di laut. “Tadi aku melihat lumba-lumba! Mereka melompat-lompat, sangat indah!” ceritanya, mata Hyun-jin berbinar penuh kegembiraan.

“Seharusnya aku ikut, Kak! Aku ingin melihatnya!” Soe-hee menjawab, merasa sedikit cemburu.

“Bagaimana mungkin. Belum sampai dipertengahan saja kepalamu sudah pusing” jawab Hyun-jin sedikit mengejek.

ANTARA DUA HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang