Part 10 Selalu Ada

27 3 0
                                    

Kau enggan membuka mata, rasanya kau tidak ingin terbangun dari mimpi indahmu semalam. Kalau kau membuka mata, maka kenyataan yang buruk tengah menantimu.

Meski dadamu terasa sesak dan bahumu berguncang hebat menahan tangismu yang hampir pecah, kau tetap bertahan meringkuk di balik selimut sementara suara dua orang yang tengah bercakap-cakap di sisi ranjangmu perlahan mulai menjauh. Begitu terdengar suara pintu menutup dan keheningan menyelimutimu, kau baru memberanikan diri untuk membuka mata.

Kepalamu sangat sakit, begitu seberkas cahaya tertangkap kedua netramu. Rasanya tidak karuan, penglihatanmu terasa kabur karena ada genangan air mata yang perlahan tumpah begitu kau mencoba bangkit dan terduduk di atas ranjang. Dadamu sakit, perutmu sakit, kakimu sakit, rasanya semua tulang baru saja dicabut paksa dari tubuhmu, semua tubuhmu terasa sakit.

Kau tidak yakin apa kau benar-benar sedang sakit atau ini semua hanya respon tubuhmu setelah mendengar dalam dia percakapan dua orang yang baru saja meninggalkan ruanganmu tadi.

Kau masih ingat dengan jelas saat suara seorang pria yang kau kenali sebagai JJ menanyakan kondisimu pada seorang pria bersuara parau yang dia panggil dengan sebutan dokter. Sebenarnya kau sudah mulai terjaga sejak subuh tadi, namun tubuhmu terlalu lemah untuk bergerak, jadi kau sengaja membiarkan dokter yang datang bersama JJ di pagi hari tersebut dan memeriksa perkembangan kesehatanmu.

Kau mengetahuinya, rupanya sudah lebih dari seminggu kau terbaring tak sadarkan diri di ranjang ini. Hal terakhir yang kau ingat adalah kau jatuh di antara kerumunan orang-orang yang berdesakan saat acara festival pertunjukan musik Shaun Monday. Kau hampir mati karena terinjak-injak orang lain dalam kericuhan malam itu, setelahnya kau hanya ingat beberapa kali wajah Jung, suamimu, mondar-mandir dalam bayanganmu.

Itu hanya mimpi bukan? Kau sangat merindukan pria itu hingga kau merasa selalu melihatnya dan seolah dia selalu memelukmu setiap malam. Rasa nyaman dan kehangatan yang sama, kau merasakan indikator kehadirannya bahkan hingga terbawa ke alam mimpi. Setidaknya kau menganggap itu sebagai mimpi indahmu, sebelum pagi ini terjadi yang memaksamu kembali pada kenyataan pahit.

"J-Jung-ahh, benarkah aku kehilangan bayi kita?" tanyamu dalam gumaman sendiri. Menatap nanar pada langit cerah melalui pintu balkon yang terbuka.

"Jung, aku mendengar mereka membicarakannya. Mereka bilang, lagi-lagi aku harus kehilangan sesuatu yang sangat berharga dalam diriku yang membuatku bertahan selama ini denganmu."
Tangismu pecah, kau terisak penuh penyesalan seraya menyentuh bagian bawah perutmu.

"Aku bahkan belum merasakan detak jantungnya, aku bahkan belum tahu apakah dia laki-laki atau perempuan, aku bahkan belum melihat seperti apa rupanya. J-Jung-ahh, kalau sudah tidak ada lagi dia lalu apakah kau lagi-lagi kau akan meninggalkanku dan menghilang seperti dulu?"

Kau tidak ingin kejadian tahun lalu terulang kembali dalam hidupmu, kau masih ingat benar bagaimana sakitnya kehilangan seorang bayi dalam rahimmu yang sudah kau jaga baik-baik hingga berbulan-bulan lamanya dan siap dilahirkan. Sekaligus kau juga kehilangan seorang pria yang entah kemana dia perginya saat itu, sebenarnya rasa sakitnya lebih karena Jung tidak berusaha untuk bertemu ataupun menghubungimu. Pria itu bukannya membesarkan hatimu malah hilang ditelan bumi, meski akhirnya kau tahu alasan dia melakukan hal itu.

Bukan hanya kecewa dan sedih, seperti ada rasa marah yang kini menyelimutimu. Seandainya ayahmu tidak mengirim kalian ke benua ini, tentu semuanya tidak akan terjadi. Sekarang kau bahkan tidak tahu di mana Jung, apa yang tengah dia lakukan, apa yang kini dia rencanakan, meski kau mencurigai JJ sebagai suamimu tapi tetap saja kau tidak punta cukup bukti untuk menyangkal sanggahannya.

Dengan langkah gontai, kau bangkit dan berjalan menuju balkon. Embusan angin pagi yang membawa aroma khas tepi laut bercampur aroma pahit dari hutan di balik dinding pembatas halaman Mansion Mendoza. Itu adalah pagar yang dipanjat JJ saat dia menyelinap keluar malam-malam tempo hari. JJ mengetahui sebuah jalan untuk bisa keluar dari mansion ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pseudonym 2 : The Another MissionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang