"Kenapa nggak bilang sih kalau mau kesini?" Ella mengerucutkan bibirnya karena Ia belum siap-siap Aril akan berkunjung kerumah.
"Mau bilang apa nggak, pasti di suruh masuk, kan?" Aril tersenyum saat mengatakannya.
Ella mendecak pelan karena perkataan Aril barusan, Ia kembali bersikap normal. "Siapa bilang? Sana pergi." canda Ella sambil berpura-pura ingin menutup pintunya kembali.
Namun belum sampai pintu itu tertutup sepenuhnya, Aril menahannya dengan tangannya, lalu masuk ke dalam rumah Ella.
Aril berdiri di hadapan pacarnya, Ella yang sedang bersandar pada dinding sambil menertawai candaan mereka barusan.
Aril menutup pintu itu, Ia menaruh tangannya yang tidak memegang apapun di sebelah kepala Ella, mengukung gadis itu pada dinding.
Mereka bertahan pada posisi itu tanpa mengucap apapun. Hanya saling menatap sambil melempar senyum.
"Cantik."
Ella menunduk ketika Aril mengucapkan itu. "Udah sering, yang lain dong kata-katanya." ujarnya sambil menatap Aril kembali, masih dengan senyuman yang terpatri jelas pada wajah cantiknya.
"Nggak ada, cuma itu yang bisa mendeskripsikan soalnya." balas Aril.
Keduanya tertawa tipis karena ucapan Aril barusan. Aril menaruh kantong berisi makanan di meja samping mereka berdiri. Sekarang Aril mengukung Ella pada dinding dengan kedua tangannya.
"Ngapain sih kayak gini? Ayo duduk." ajak Ella, namun Aril sama sekali tidak berkutik.
Ella yang merasa takut dipandang lama oleh Aril itu kemudian memukul lengan Aril agar lelaki itu menjauh dari hadapannya.
"Kok di pukul sih....sakit tau.." lirih Aril kini mengusap lengannya yang dipukul oleh Ella.
Perlahan Ella mendekat kearah Aril dan memegang bahu Aril yang Ia pukul itu. mengusapnya lembut. "Aku minta maaf banget kak." ujar Ella panik.
Aril yang melihat ekspresi wajah Ella hanya tersenyum sambil berkata. "Cantik."
Ella mengernyit."Siapa?"
"Kamu."
Ella terkekeh ketika mendengar itu, "Kakak juga ganteng, jadi makin suka...." lirihnya sambil memeluk Aril, Aril pun membalas pelukan itu.
"Tadi katanya aku nggak di bolehin masuk." ucap Aril, mengelus lembut kepala Ella yang lebih pendek darinya.
"Nggak jadi. Kangen, mau peluk, mau cubit pipi kamu terus."
Aril yang sudah terlanjur gemas itu semakin mengeratkan pelukannya. Ia menghirup aroma dari hijab Ella yang sangat Ia sukai.
"Iya, ayo pelukan yang lama."
"Tapi aku laper."
"Gimana sih?" ujar Aril seraya tertawa.
Keduanya saling menatap, memancarkan cinta yang seakan tiada habisnya. Aril dan Ella sama-sama melempar senyum, menggambarkan betapa bahagianya mereka malam ini.
Aril mencium pucuk kepala Ella. "Ciuman buat orang gemes."
Ella kembali tertawa karena hal itu, "Orang gemesnya mau lagi." ucapnya sambil menyodorkan kepalanya kearah Aril.
Aril mengelus pucuk kepala gadis yang sangat Ia sayangi. "Nanti aja, makan dulu."
Ella terkekeh karena reaksi Aril barusan, "Yaudah kalau di tolak."
Aril terkekeh lalu mencubit gemas pipi kanan Ella. "Nanti aja ya orang gemes, kalau perlu pas ada Bunda kamu aku cium kepala kamu."
"Ih jangan nanti Bunda aku marah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ranbow at School [END]
RomanceMasa remaja memang menyenangkan bukan? Menghabiskan waktu bersama teman-teman atau pacar sampai lulus itu gak kerasa cepet banget. Didalam cerita ini juga terdapat kisah cinta yang rumit juga mengalami Friendzone. Start : 29 agustus End : 2 Novemb...