Pagi ini, Caithlyn merasa tidak enak badan. Keringat dingin memenuhi sekujur tubuhnya, badannya panas, kepalanya pusing. Dengan matanya yang masih tertutup, Ia mencari tempat terletaknya termometer atau pengecek suhu tubuh. Degg, suhu tubuhnya sangat tinggi. Sepertinya Ia mengalami demam. "Ah shit, ngapain pake sakit segala sih?"
Ia mengambil ponselnya dan membuka pesan dari seseorang, Geisha. Temannya itu sedari tadi menelepon dan mengirimkan pesan padanya, sepertinya Ia sungguh menantikan kehadirannya. Caithlyn mengetik pesan yang singkat padat dan jelas berisikan bahwa Ia sedang sakit dan meminta tolong pada temannya itu untuk memberi tahu ke guru pengajar.
Setelah membaca pesan dari temannya itu, Geisha dan Adelynn yang kebetulan sedang bersamanya kini panik. Geisha segera menekan tombol video call, tidak lama kemudian Ia mengangkatnya. "CAITHLYN! LO KENAPA ANJIR" Teriak seorang Adelynn ketika telepon berhasil tersambung. Tidak banyak bicara, Caithlyn hanya menunjukkan derajat suhunya. "Seorang Caith, bisa sakit? Wah keren sih" Ledek Geisha.
"Itu apaan Caith?" Tanya Adelynn ketika melihatnya menunjukkan hasil termometer tadi. Geisha menoleh dan tertawa "Serius lu gatau?", Adelynn menggelengkan kepalanya. Geisha masih tertawa sambil memukul-mukul pundak Adelynn tidak terlalu kencang. Yang dipukul tidak terima dan menjambak rambutnya. Alhasil, mereka berdua saling beradu mulut tentang hal yang sepele. Caithlyn yang memang sejak bangun tidur kepalanya sudah pusing, sekarang juga tambah dibikin pusing sama dua anomali ini memutuskan untuk mematikan teleponnya. "Eh gue matiin ya? Gue mau istirahat"
Mendengar itu, mereka berdua berhenti beradu mulut dan mengucapkan kata-kata terakhir mereka. "Get well soon Caith! Nanti kita berkunjung ke rumahmu ya, agak sore selesai ekskul" Caithlyn mengangguk dan tersenyum. "Thank you Sha, Del" Ia langsung mematikan telepon itu.
Tanpa Ia sadari, perutnya sejak tadi meminta asupan makanan. Dengan terpaksa Ia turun dari atas kasur untuk mencari makanan meskipun Ia sedang malas bergerak. Ia membuka lemari tempat bahan-bahan makanan ada di sana. "Yah, adanya cuma Indomie doang. Yaudah lah" Tanpa pikir panjang, Ia mengambil satu bungkus Indomie Jumbo dan segera merebus air.
Caithlyn duduk di meja makan memakan makanannya sambil membuka Instagram. Mulutnya bergerak, tangannya juga bergerak. Napsu makan Caithlyn serasa berkurang, Ia tidak menghabiskan makanannya kali ini, meskipun Indomie adalah salah satu makanan kesukaannya. Ia meninggalkan makanannya begitu saja di atas meja, lalu kembali merebahkan dirinya di atas kasur. "Gue ngapain ya?" Ia merasa bosan.
Tidak lama, Ia teringat sesuatu, Ia belum meminum obat panas! Seingatnya, obat panas miliknya sudah habis. Ia menghembuskan nafasnya, Caithlyn termasuk orang yang malas sekali jika disuruh keluar dari rumah. Dengan terpaksa, karena Ia tidak ingin terus-terusan berada di kos yang lumayan sepi ini, Ia harus keluar untuk membeli obat. Caithlyn hanya memakai hoodie dan celana tidur miliknya dan langsung mengambil kuncir motor lalu menyalakannya.
Ia mengendarainya sampai di toko apotek langganannya. Disitu terlihat ada satu gadis yang juga tengah membeli obat dengan dilayani satu-satunya apoteker disana, sepertinya rekannya sedang libur. Disitu Caithlyn menunggu dilayani, Ia berdiri di samping gadis itu. Sekilas Ia melihat wajah cantik orang itu, dengan rambutnya yang cukup panjang dan bergelombang. Wajahnya begitu menawan dan memikat hati. "Terima kasih Mbak" Rupanya Ia sudah selesai membeli apa yang diperlukannya, Ia tidak lupa tersenyum kepada Caithlyn. "Sial. Senyumannya manis sekali"
"Mbak? Mau beli apa?" Lamunannya dibuyarkan oleh si apoteker yang sudah memanggilnya berulang kali. "E-eh iya, saya mau beli obat. Jadi gini Mbak, saya itu dari tadi pagi keringat dingin, demam, sama pusing. Kira-kira obat yang cocok apa ya?" Si apoteker itu langsung bertanya-tanya lebih dalam tentang gejala Caithlyn. Dan pada akhirnya, Ia membawa obat yang cocok untuk sakit yang dialami olehnya. "Makasih Mbak" Setelah membayar, Ia tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih pada si apoteker karena telah membantunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ HIATUS ] Memories || Micath
Teen Fiction"I will still be here, waiting for you even though you will never come back"